19 juni 6 bulan 27 juni 1 bulan 19 juni 6 bulan 19 juni 6 bulan 19 juni 6 bulan 19 juni 6 bulan Obat Kuat 29 juni
Obat Kuat

Video GAdis Cantik Di Entot Om"

Bokep Indo 3GP Paling Baru | Gadis SMP Belia di Entot Om ~ 3GP Seru. Download Gudang BOkep Indonesia, Jav Idols, Video Miyabi Terbaru, Film Semi Terbaru, Foto Artis Bugil, Cewek Sma ABG Bugil, Foto Tante Girang Hot,Tips Seks Kumpulan Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Paling Seru Hot, dan Info Menarik Lainnya.

http://majalahgelap.blogspot.com/2013/03/video-gadis-cantik-di-entot-om.html

Download Disini

Video Panas || Yang bikin Anu Agan Tegang

Bokep ABG India Terpasnas | Cewek Toket Jumbo Emang Lebih HOT ~ Download Gudang BOkep Indonesia, Jav Idols, Video Miyabi Terbaru, Film Semi Terbaru, Foto Artis Bugil, Cewek Sma ABG Bugil, Foto Tante Girang Hot,Tips Seks Kumpulan Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Paling Seru Hot, dan Info Menarik Lainnya.

http://majalahgelap.blogspot.com/2013/03/video-panas-yang-bikin-anu-agan-tegang.html
Download Disini

Video Ngentot Terbaru || Majalah Malam Terkini

Bokep Naugthy America Terbaru 2013 | My Sister HOT Friends ~ Download Gudang BOkep Indonesia, Jav Idols, Video Miyabi Terbaru, Film Semi Terbaru, Foto Artis Bugil, Cewek Sma ABG Bugil, Foto Tante Girang Hot,Tips Seks Kumpulan Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Paling Seru Hot, dan Info Menarik Lainnya.

http://majalahgelap.blogspot.com/2013/03/video-ngentot-terbaru-majalah-malam.html

Download Disini
Bokep Terbaru || Desi indian student scandal full video

Bokep Terbaru || Desi indian student scandal full video

Desi indian student scandal full video ~ Download Gudang BOkep Indonesia, Jav Idols, Video Miyabi Terbaru, Film Semi Terbaru, Foto Artis Bugil, Cewek Sma ABG Bugil, Foto Tante Girang Hot,Tips Seks Kumpulan Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Paling Seru Hot, dan Info Menarik Lainnya.

Homemade cute desiteen with boyfriend nice fuck




Download Disini

Bokep India Terhot || Cekidot !!

Bokep India Terbaru Paling HOT | Pacarku dari India Seksi Sekali ~ Download Gudang BOkep Indonesia, Jav Idols, Video Miyabi Terbaru, Film Semi Terbaru, Foto Artis Bugil, Cewek Sma ABG Bugil, Foto Tante Girang Hot,Tips Seks Kumpulan Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Paling Seru Hot, dan Info Menarik Lainnya.

http://manjamaya.blogspot.com/2013/03/bokep-india-terhot-cekidot.html




Download : Disini

Banner Dimanja.info

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9zhXx8PYrlRnfAQwhFFzGWi3di-YA_Mf4hXyXhcfEdPvSem_4lOljfZEw5KzBuA7aEodB2p2budhyFx9ODsADT_GnxXLhruxRk906YVNxlljx64BIrD2m5677aTzY3egjGpDX_HFOIyI/s72-c/1.png

Cerita Dewasa Hot Seru Terbaru Paling Asik

Cerita Dewasa Ngentot Seru Dan Hot
Akhirnya sampai juga...", aku merasa lega sudah tiba di Bali. aku bersama Agnes dan anaknya Chelsea berliburan ke sini, selain dalam rangka kawin tamasya, ini untuk liburan bagi mereka. aku tau kejadian sebelumnya sudah pasti tidak bisa dilupakan, Agnes dan Chelsea sudah mendapat beberapa therapi dari psikiater, mereka sudah agak baikan, kini aku yang harus membawa mereka bersenang-senang untu melupakan bebannya.
Cerita Hot Seru Terbaru

Hari pertama kami langsung ke pantai, Chelsea terlihat senang sekali. "Man, thanks ya sudah perhatian sama kami", kata Agnes. "Loh loh, kita kan sudah menjadi suami istri, apa yang harus disungkan kan lagi?", kataku. Kami duduk di bawah pohon kelapa sambil melihat Chelsea yang sedang bermain pasir dengan senangnya. Karena kami datang bukan di hari liburan, pantai lumayan sepi, lebih asyik untuk bersantai, tidak seperti hari libur yang ramai dengan pengunjung. "aku gak mau kalo Herman baik padaku hanya karena kasihan...", lanjut Agnes. "Agnes sendiri tau, sejak bangku SMP saja Herman sudah sangat menyukai Agnes...", kataku yang kemudian terdiam karena kaget teringat bahwa aku telah mengungkit masa lalu. Agnes diam sebentar, wajahnya sedikit murung, lalu ia melanjutkan pembicaraan, "Agnes juga suka Herman kok dari dulu...", terlihat Agnes sudah tegar menghadapi masa lalu nya yang suram. Aku lalu memeluknya dengan kuat, "Maafin Herman, Nes...", kataku yang menyadari salahku. "Mulai hari ini, Herman akan selalu menjaga Agnes...", janjiku kepadanya.

Sebentar Agnes meneteskan air mata, lalu aku menariknya untuk kedekat Chelsea. Kami pun bermain bersama layaknya sebuah keluarga. Yah, kami memang sudah menjadi keluarga. Chelsea pun sudah diajarkan untuk memanggilku Papa, walaupun aku tidak tahu siapa ayah kandungnya, bahkan Agnes sendiri juga tidak mengetahuinya dengan pasti. Namun perasaan aku mengatakan bahwa Chelsea adalah darah dagingku, kami seperti ada ikatan batin.

Kami pun membuat sebuah istana pasir kecil sambil bercanda ria. Lepas dari itu kami berenang, menghabiskan sepanjang hari ini di pantai. Chelsea terlihat tersenyum lepas, ia mulai bisa melupakan kejadian sebelumnya. Cintaku dan Agnes mulai bersemi kembali, ia juga mulai menerimaku sebagai suaminya. Dan aku tak mau mengecewakannya lagi, cukuo sudah yang terjadi di masa lalu.

Hari sudah mulai sore, Agnes dan Chelsea mulai capek, kami pun mencari tempat menginap yang tidak jauh dari sini. Dapat sebuah hotel yang cukup mewah, kami pun segera ke kamar untuk mandi dan beristirahat. Baring-baring sebentar lalu kami keluar lagi untuk mencari makan. Tak mau mengecewakan Agnes dan Chelsea, aku pun membawa mereka ke restoran yang cukup elit. Biarlah ini menjadi kenangan yang baik untuk mereka.

Selesai makan, kami pun kembali ke hotel, karena Chelsea sudah merengek karena ngantuk, sedari tadi ia menguap terus. Sampai di kamar hotel, seperti biasa Agnes menyanyikan lagu untuk mengantar tidur Chelsea. Aku pun menunggu di teras kamar yang memandang ke arah pantai, kemudian setelah Chelsea terlelap, Agnes pun menyusul. Kami berbincang-bincang sejenak, meyakinkan kembali hubungan kami, dan siap saling menerima kelebihan maupun kekurangan masing-masing, melupakan masa lalu yang kelam untuk menyongsong masa depan yang indah.

Agnes terlihat cantik malam ini, gaun yang aku belikan untuknya terlihat sangat cocok dikenakannya. "Bidadariku...", kataku sambil melihat Agnes yang tetap cantik sedari dulu. "Ah, papa...", Agnes tersipu malu. Aku terus menggodanya hingga ia mulai terbang, kemudian aku pun mengajaknya untuk mengukir malam yang indah.

"Bagus sewa satu kamar lagi pa... Tar kalo di sini malah ganggu tidurnya Chelsea...", saran Agnes. "Hmmm....", aku mengangguk sambil mencubit mesra ke dagunya. Kemudian aku menelpon ke pelayan hotel untuk menyiapkan kamar sebelah. Tak lama kemudian kuncipun diserahkan. Kami pun segera berpindah ke kamar sebelah.

Aku dan Agnes belum pernah bercinta secara bebas, dulu di bangku SMP percintaan kami dengan terpaksa, aku telah memperkosanya dengan kasar. Kini hubungan kami sudah tanpa halangan, semoga malam ini menjadi malam yang indah.

Begitu masuk kamar, aku langsung merebahkan tubuh Agnes ke ranjang, lalu ku peluk dan ku ciumi wajahnya. Keningnya, pipinya dan bibirnya tak luput dari ciumanku. Lidah kami pun saling beradu dalam pergulatan bibir kami. Agnes sudah piawai dalam hal ini, tubuhnya yang harum membuatku sangat terangsang. Sambil berciuman, aku pun melepaskan kancing bajuku. Sedangkan Agnes yang sedikit kesulitan melepaskan gaunnya, dengan terpaksa melepaskan ciuman dan ia bangkit untuk melepaskan gaunnya.
Kini kami sudah bugil tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh kami. Tidak ada raut wajah malu lagi yang terpancar dari kami. Kami lalu kembali berpelukan dan merebahkan diri di ranjang. Kami meneruskan perang lidah kami, ku peluk erat tubuhnya hingga susunya nempel di dadaku, sungguh nikmat. Lalu Agnes pun menurunkan tangannya untuk menjamah penisku.

Kini aku berada di bawah, Agnes terliat sangat agresif, sambil melumat bibirku, tangannya pun sibuk mengocok penisku. Tanganku pun kini sudah meraba susunya Agnes. Sudah entah ada berapa pria yang pernah bersetubuh dengan Agnes, tapi aku tidak memperdulikannya lagi, bagiku yang lalu cukuplah sudah berlalu.

Lidahku menyisiri isi mulut Agnes, bagian dalamnya seperti gusi dan gigi terus ku sapu hingga ke langit mulutnya, Agnes juga membalas dengan menyedoti lidahku, sungguh permainan mulut yang cukup lama. Bibirnya pun terus kugigit kecil, baik bagian atas maupun bawahnya. Terus beradu beberapa menit hingga kami mulai bosan, dan ke tahap selanjutnya.

Aku mulai menciumi lehernya, lalu menurun hingga ke dadanya. Kukenyot susunya yang bagian kanan, sedangkan susunya yang bagian kiri kuremas dengan tangan ku. Agnes sendiri menyodorkan dadanya padaku, cukup lama aku menyantap payudara nya itu, hingga Agnes sendiri kegelian. Karena posisinya di atas, ia lebih leluasa bergerak.

Ia kemudian turun sehingga aku tidak bisa lagi menyedot susunya, ia sengaja turun untuk mencapai daerah penisku. Tanpa ragu lagi, Agnes lalu melahap penisku bagaikan sosis, diemutnya dengan semangat, layaknya seorang perek yang sudah profesional. Sungguh nikmat sekali bisa bersetubuh dengan orang yang kita cintai.
Agnes terus mengulum batang kemaluan ku, kantung telurku pun tak luput dimainkannya, baik dengan mulut maupun dengan jarinya. Kemudian ia mengocok oenisku dengan tangannya, sungguh nikmat. Dijilatinya pangkal pahaku hingga ke ujung penisku, membuatku sungguh tak bisa menahan geli.

Cukup lama juga Agnes menyepong penisku, dan aku juga tidak mau mengecewakannya, aku minta dia berputar agar kami bisa melakukan gaya enam sembilan. Agnes pun berputar mengarahkan vaginanya ke wajahku. Agnes mengulum penisku dan aku menjilati vaginanya, cukup adilkan? Ku jilati bagian luar vaginanya sambil menusuk-nusukkan jari ku ke dalam lubangnya. Ku jilat dan ku gigit kecil di bagian klitorisnya, Agnes pun merasa geli, apalagi jari ku pun tak henti keluar masuk dan mengobok-obok liang vaginanya. Agnes pun demikian, sesekali ia melepaskan kulumannya dan mengganti kerja mulutnya dengan tangannya.

Gaya enam sembilan kami berlangsung cukup lama, hingga kami sudah sangat merasa di puncak, kami pun segera menghentikan pergulatan kami. Tak mau cepat-cepat menyudahi percintaan kami, kami pun mengambil jeda menenangkan kemaluan kami. Tak sampai dua menit, kami pun kembali beradu. Kini aku sudah tak sabar menggenjot vagina Agnes, segera ku tindih tubuhnya, lalu ku tuntun penisku untuk masuk ke lubang vagina Agnes.

"Arghhhh........" desah panjangku setelah penisku berhasil melesap masuk ke vagina Agnes. Ku naik turunkan pinggulku untuk memompa Agnes. Agnes pun merem melek kenikmatan merasakan rudalku mengocok di dalam vaginanya. Kemudian kulmat bibirnya yang mungil. Tanpa henti terus kugenjot hingga pinggangku pegal. Namun kenikmatan ini telah mengalahkan rasa capekku.

Walaupun aku sudah banyak menikmati tubuh gadis lain, tapi hanya dengan Agnes lah aku merasakan sensasi yang berbeda, sensasi yang timbul karena benih-benih cinta yang tumbuh di hati ku. Sedangkan Agnes, ia juga telah banyak mengalami persetubuhan, entah dia akan bosan denganku atau tidak.
Sambil menggenjotnya aku kembali teringat masa laluku serta mengingat apa yang telah Agnes ceritakan pengalamananya. Dulu di bangku SMP, aku pernah memperkosanya bersama teman-temanku secara bergantian, hanya hal sepele, karena Agnes akan dijodohkan kepada seorang pria kaya, setelah memperkosanya, Agnes ditinggalkan sendirian digubuk dan kemudian ditemukan oleh petani, Agnes kemudian tak luput dari perkosaan itu lagi. Lebih malangnya lagi ketika ia kabur, ia malah bertemu dengan pencari kodok, lagi-lagi ia diperkosa. Kisah tragis dan memilukan itu aku melihatnya dengan jelas. Setelah itu, Agnes pun pindah ke Jepang, dia tinggal bersama tantenya, namun malangnya belum usai, ia menjadi budak cinta oleh om dan sepupunya. Masih di Jepang, ia juga pernah diperkosa di dalam bus oleh yakuza di sana. Hingga akhirnya ia mesti kabur dari Jepang ke Singapura. Saat itu aku pernah mengunjunginya, tapi sudah telat, ia sudah bersuami orang bule. Aku mengintip percintaan hardcore mereka, malangnya Agnes tidak berhenti. Ketika suaminya bangkrut, ia malah dijual ke rekan bisnis suaminya yang kasar. Oleh sebab itulah dengan terpaksa ia harus kembali lagi ke Indonesia. Nasib sial beruntun masih terjadi, kami diculik pria yang pernah dijodohkan dengan Agnes, dan pria itu memperkosa Agnes. Kini Agnes sudah jadi milikku, tidak akan aku biarkan seorang pria pun menyentuhnya.

Pergulatan kami masih terus berlangsung, namun kami sudah berganti posisi, Agnes mengambil posisi atas, ia mengocok penisku dengan vaginanya, pinggulnya terus bergoyang dan bergoyang, maju mundur, dan kiri kanan. WOT maut milik Agnes ini akhirnya membuatku berejakulasi, aku pun menyemprotkan spermaku di dalam lubang vagina Agnes. Lalu kubaringkan Agnes, dengan jari tanganku aku pun mengocok vaginanya yang belum juga berejakulasi. Mula-mula satu jari, mungkin karena seringnya diperkosa, vagina Agnes menjadi sedikit lebih longgar, ku tambahkan dua jari, hingga tiga jadi. Ku keluar masukkan jariku dengan cepat, agar Agnes segera berejakulasi dan aku bisa beristirahat. Beberapa menit kemudian kurasakan dalam vaginanya sudah penuh dengan air, lalu kutarik jari ku, dan ternyata air bercucuran menyembur keluar. "Arghhhhh........", desahan Agnes serentak dengan aku yang langsung merebahkan badan.

Aku pun kemudian memeluk Agnes, sambil berbicara sebentar, akhirnya kami ketiduran. Sekitar pukul 00:00 aku terbangun lagi, melihat tubuh Agnes yang masih telanjang bulat membuat penisku kembali mengeras, kuputuskan untuk melanjutkan ronde ke dua. Agnes masih tertidur, ku coba buka pahanya sehingga Agnes bergaya ngangkang, aku pun menusukkan penisku ke vaginanya tanpa membangunkannya.
Ketika penisku melesap masuk ke vaginanya, Agnespun membuka matanya. "Pa....", panggilnya dengan mata yang masih sayup-sayup. Aku tidak menjawabnya, tapi aku terus menggenjot vaginanya. "Pa... Ngantuk...", kata Agnes. Matanya merem tanpa mau melawan, aku tidak mau menghiraukan rasa kantuknya, malam ini malam terindah yang tidak boleh aku lewatkan. Agnes sama sekali tidak mau bangun, mau tidak mau aku yang harus bekerja ekstra dengan menggenjotnya dari atas, hanya posisi ini yang bisa aku dapatkan. Keluar masuk penisku dari vaginanya sama sekali tidak membuatnya meninggalkan rasa kantuknya. Ya sudah lah, pikirku, biar Agnes sibuk dengan tidurnya, dan aku sibuk dengan vaginanya.
Sedikit bosan karena tidak mendapatkan balasan dari Agnes, akhirnya kupercepat iramaku, agar aku cepat mencapai klimak. Tubuh Agnespun bergoncang kuat karena goyanganku, maju mundur mengikuti irama pompaanku. Dan akhirnya 'blleeessssss' kembali spermaku memenuhi isi vaginanya. Puas menyalurkan hasrat aku pun kembali tidur. Agnes masih enak tidur tanpa mau menghiraukanku. Sebentar saja aku kemudian terlelap kembali.

Sekitar jam 03:45 aku tiba-tiba terbangun karena merasakan hangat di bagian penis ku. "Mama?..." ternyata Agnes sedang mengulum penisku. Penisku yang tadinya sedang tertidur, sontak langsung terbangun. Wah, ronde ketiga nih pikirku dalam hati. Kini giliran aku yang pura-pura capek, kubiarkan Agnes terus mengulum penisku. Asyik sekali, walaupun telah menganggu tidurku, namun aku rela sekali. Hanya dengan terbaring saja, aku dilayani istriku, enaknya, tanpa perlu keluar tenaga. Agnes terus melumat penisku dan buah jakarku, membuatku sangat terangsang, namun aku menahannya agar Agnes yang berusaha sendiri. Dan sesuai kemauanku, Agnes bangkit dan berjongkok di atas penisku yang mengeras, ia mengarahkan penisku ke lubang vaginanya, 'blessss' penisku langsung saja melesap tepat ke vaginanya. Kini giliran Agnes yang bekerja ekstra, ia terpaksa naik turun agar bisa memompa penisku. Asyik sekali rasanya, percintaan seperti ini akan menjadi kenangan indah bagiku. Capek naik turun, kini Agnes hanya memutar mutar pinggulnya, ke kiri, ke kanan, ke depan dan ke belakang.

Cukup lama Agnes memompaku, hingga ia sendiri telah berejakulasi, kurasakan penisku basah seperti tenggelam di dalam gelas berisi air penuh. Air itu bercucuran keluar membasahi sekitar pahaku. Agnes masih tidak mau berhenti, ia mau sampai aku berejakulasi, thanks ya Nes, pikirku dalam hati. Akhirnya aku pun berejakulasi untuk ketiga kalinya di malam ini.

Agnes akhirnya lunglai dan terkapar menindihku, penisku masih tertancap di vaginanya, dari keras hingga mengecil. Kemudian aku balikkan tubuh Agnes agar ia bisa tidur di sampingku dengan nyenyak.
Terbangun di jam 06:00 aku dan Agnes segera mandi dan berpakaian kembali. Buru-buru kami menyusul ke kamar segera untuk memastikan Chelsea belum terbangun dari tidurnya. Syukurlah, Chelsea masih tidur dengan nyenyak, kalau saja ia terbangun maka akan membuatnya ketakutan karena tidak melihat kami di kamar ini.

Setelah Chelsea terbangun, kami kembali melanjutkan liburan kami, berkeliling di pulau Bali, berbelanja dan berwisata sepuas kami. Dan tiap malamnya aku mendapatkan percintaan yang spesial dari Agnes, bahkan lebih spesial dibanding malam sebelumnya. Malam-malamku kini terus dihiasi dengan mimpi yang sempurna.

TAMAT

Cerita Dewasa Seru - Perlakuan Seru Alex Yang Bergairah

Kumpulan Cerita Seru-“ Cerita Paling Seru Melintas
aku duduk termenung di sebuah kursi panjang bandara. aku diminta menemani bos Herman menjemput seseorang temannya. Herman berada di depan pintu, mondar-mandir seperti tak sabaran. Entah siapa yang akan kami jemput, Herman tak menceritakannya, sepertinya ini adalah orang penting baginya.
Cerita Dewasa Seru

Tak lama menunggu pesawat pun akhirnya sampai, Herman semakin tidak sabaran, ia selalu memandang ke arah pintu. aku pun mendekati Herman ketika para penumpang telah keluar dari pintu. "Nes!" teriak Herman ke arah rombongan penumpang yang keluar. Seorang perempuan kira-kira berumur 25tahunan berparas cantik datang mendekati Herman. Mereka langsung berpelukan, membuatku penasaran siapakah perempuan ini. "Man...", sapaan akrab bos Herman kepadaku, karena namaku Satorman. "Ini Agnes, teman SMP saya...", Herman memperkenalkan perempuan itu kepadaku. Baru ku ingat memang dulu Herman pernah cerita mengenai masa lalunya, nama perempuan itu adalah Agnes Monica, teman SMP yang pernah Herman perkosa bergiliran hanya karena sebuah pelampiasan kekecewaan. "Ini anaknya, Chelsea Olivia...", Herman juga menunjukkan anak perempuan yang dibawa Agnes, mungkin umurnya sekitar 7 tahunan. Mukanya mirip dengan ibunya, putih dan oriental.

"Biar saya bawa saja mbak...", aku menawarkan bantuan untuk membawakan tas Agnes. "Panggil Agnes saja...", balas Agnes sambil menyodorkan tas bawaannya. Kami pun segera menuju mobil. Herman dan Agnes terlihat akrab sekali, bahkan Herman menggendong Chelsea layaknya ayah menggendong anaknya. Dalam perjalanan mereka pun terus bercerita, ternyata sebelumnya Herman pergi ke Singapura bukan untuk liburan, melainkan untuk menemui Agnes. Dan ternyatanya lagi, sejak hadirnya Herman di sana, Agnes malah banyak mengalami masalah, ia harus bercerai dengan suaminya dan pulang ke Indonesia.

aku ingat cerita Herman dahulu kala, Agnes pernah dijodohkan dengan seorang pria kaya, sehingga memicu api cemburu Herman. Dan semua itu membutakan Herman, ia bersama teman-temannya, kalau tidak salah bersama Tono, Eko, Budi, Marwan dan Iskandar, mereka semua mengeroyok pria yang akan dijodohkan dengan Agnes itu. Selain itu, mereka juga menculik Agnes lalu diperkosa secara bergiliran. Bukan hanya itu, hanya karena perjodohan, watak Herman menjadi rusak, menjadi perokok dan peminum. Yang ujung-ujungnya, Agnes harus meninggalkan Indonesia untuk melupakan masa kelamnya.

aku terkejut karena tiba-tiba mobil yang aku kendarai oleng. Apalagi sedari tadi aku memikirkan kisah Herman yang membuatku tidak begitu konsen di jalan. "Ada apa man?", tanya bos Herman yang duduk di belakang bersama Agnes dan Chelsea. "Ga tau bos, kayaknya kempes...", aku pun menepikan mobil.
"Sial, ban bocor bos kena paku...", aku menyampaikannya kepada Herman, ia pun keluar untuk melihat. "Waduh, mana jalanan sini sepi...", kata Herman. "Biar gue telpon yang lain untuk jemput saja bos...", saranku. Tapi belum sempat mengambil hp di saku celanaku, sebuah mobil box menghampiri kami. Dua orang keluar dari mobil box itu sambil membawa senjata api. "Ayo ikut!!", perintah mereka sambil mengarahkan senjata api mereka. Yang satunya pun membuka pintu mobil dan menyeret Agnes dan Chelsea keluar dari mobil. Mungkin paku yang menusuk ban juga adalah ulah mereka yang sudah terencana.
"Mau apa kalian?!", teriak Herman mencoba melawan. 'BUKK' pukulan keras ke pipi Herman dengan menggunakan gagang senjata api. Aku tidak berani melawan selain tubuh dua orang itu yang besar berotot dan membawa senjata api, aku juga khawatir keselamatan Herman, Agnes dan Chelsea. Kami pun dipaksa naik ke dalam box, bau sekali dan pengap, walaupun box isinya kosong, tapi sepertinya sering digunakan untuk mengantar entah barang apa.

Pintu box pun ditutup. Herman mencoba menenangkan Agnes dan Chelsea yang mulai ketakutan dan menangis. "Hp tertinggal di tas...", kata Agnes yang ingin menghubungi bantuan. Untung saja hp ku selalu taruh di saku celana. "Biar gue telpon yang lain...", kataku. Keadaan box sangat gelap, nyala hp menjadi satu-satunya penerangan di sini. "Ton, kami diculik... Ga tau mau dibawa ke mana... Mobil box warna kuning...", belum selesai berbicara dengan Tono melalui hp, tiba-tiba sambungan terputus. "Damn! Pulsa habis...", aku kesal sambil membanting hp. Herman pun sudah mulai gelisa. Ia mendekati pintu box, memukul-mukul dan berteriak.

Percuma saja yang dilakukan Herman, mobil box malah bergoyang-goyang kuat, sepertinya sopir itu membawanya dengan kecepatan tinggi. Aku dan Herman pun kemudian menyusun rencana, untuk melawan ketika pintu box di buka. Agnes dan Chelsea juga disuruh bersiap-siap agar bisa segera kabur bila kami berhasil melumpuhkan dua pria besar itu.

Mobil box pun terasa melambat, sepertinya sudah mendekati tujuan, padahal sudah hampir sejam-an kami menunggu. Saat pintu dibuka, astaga, sangat terkejut sejali dengab sambutan dibalik pintu box. Kaki ku serasa kaku tak mampu bergerak melihat belasan orang berbadan kekar mengarahkan senjata api dari luar sana sehingga tak mungkin bagi kami untuk melawan. Agnes dan Chelsea pun kemudian menangis dengan kencang melihat keadaan seperti ini.

Entah siapa mereka dan apa tujuan mereka menculik kami. Kami pun kemudian diseret keluar dari box dan dibawa ke sebuah ruangan yang gelap dan penuh dengan kotak-kotak kayu. Kami semua diikat secara terpisah. Kemudian orang-orang berbadan besar itu pun keluar dari ruangan tanpa mengatakan apapun. Aku lihat Herman juga tidak berkutik, kami diikat dengan kuat di tiang-tiang dekat dinding. 
"TOOLLLOOOONNNNGGGGGG........", teriak Agnes mencoba mencari bantuan, siapa tahu ada yang mendengarnya. Namun sepertinya usaha Agnes percuma saja, ruangan ini tertutup sangat rapat, sehingga menjadi kedap suara. Chelsea malah menangis hingga pingsan. Agnes melihat keadaan adaknya menjadi terdiam dan kemudian kembali menangis.

Tak lama dari itu pintu terbuka, sebuah sosok pria masuk ke dalam ruangan, kucoba liat dengan jelas, tapi aku tidak mengenalinya. "Aleexxx......", seru Herman terkejut melihat sosok pria itu. "Apa mau mu Lex?!", sambung teriakan Agnes. "Hahahaha, akhirnya kita reunian juga ya... Sudah bertahun-tahun aku menunggu kesempatan ini...", kata Alex. Ia berjalan mendekati Herman, ku lihat sebenarnya wajah Alex ganteng sekalu, kulit putih oriental pun menambah nilai plus, hanya disayangkan ada goresan di pipinya seperti di film kartun samurai x. "Ingat dengan goresan ini?...", tanya Alex kepada Herman sambil menunjukkan goresan di pipinya itu. Belum sempat menjawab, Herman langsung ditinju di perutnya, "Arghhh....".

Alex kemudian membuka pakaiannya, seluruh tubuhnya penuh goresan, apa ini juga akibat dari perbuatan Herman? Sungguh kejam sekali masa lalu Herman. "Lihat! Semua yang terbekas olehmu!!!" teriak Alex yang kemudian langsung menendang Herman. Ia membuka seluruh pakaiannya hingga bugil. "Gara-gara kalian, aku menghabiskan hidupku di lembah kelam... Bergaul dengan penjahat agar suatu hari datang kesempatan seperti ini...". Aku sangat terkejut, padahal ceritanya dulu Alex adalah orang yang berpendidikan, hanya karena perbuatan tidak menyenangkan, telah membuatnya berubah 180 derajat. Kulihat Herman meneteskan air mata, sepertinya ia sangat menyesali perbuatannya.

"Maafin aku Lex...", Herman meminta maaf pada Alex. "Hahaha, maaf?"... 'BUKK' sekali lagi Herman mendapatkan tinjuan namun kali ini mengarah ke wajahnya. "Kau pikir maaf itu bisa memperbaiki semua? Mengembalikan masa laluku? Mengembalikan keadaan tubuhku? Hahahah...", Alex lalu tertawa terbahak-bahak. Darah terlihat menetes keluar dari mulut Herman. "Kau boleh balas aku, tapi tolong lepasin mereka...", pinta Herman. "Hahaha, aku sudah terlanjur begini... Kenapa harus berbaik hati?...", jawab Alex.
Alex kemudian mendekati Agnes, "Hallo, mantan calon istriku...", sambil memegang dagu Agnes. "Tolong lepasin kami Lex...", Agnes memohon sambil meneteskan air mata. "Hahaha, semudah itu kah memohon padaku?", balas Alex dengan raut wajah sedikit kesal. "LEX!!! Gue bakal kasih lu duit berapa pun yang lu mau!" teriak Herman mencoba menawar. "Hey, gue gak perlu duit lu, BEGO!", jawab Alex ketus. "Lepasin kami Lex...", Agnes kembali memohon. Sedangkan aku tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan aku tidak tahu harus berbuat apa, ini permasalahan antara mereka, tapi seharusnya aku membantu Herman, namun dengan kondisi terikat begini, sama juga sia-sia kalau aku berontak. Apalagi aku tahu perasaan Alex bagaimana, tubuhnya yang telah ditorehkan bekas-bekas yang tidak akan hilang untuk selamanya itu, tentunya akan diingatnya hingga akhir hayat.

Muka Alex mendekati muka Agnes, ia terlihat menciumi aroma wajah Agnes yang harum. Tubuhnya yang sudah bugil menunjukkan penisnya yang mengeras. "Hmm, harum sekali kamu Nes... Jadi ingin ku kentot...", dengan senyum yang bringas kemudian Alex berusaha menciumi Agnes. "BAJINGAN KAU LEX!!!" teriak Herman sekuat tenaga, tapi sama sekali tidak dihiraukan oleh Alex. Ia terus menciumi kening, pipi, leher, dan bibir Agnes yang tak bisa berontak karena terikat.

Herman terus berteriak mencaci maki Alex, tapi Alex malah semakin brutal menciumi Agnes, ia pun memberikan cupangan di leher Agnes hingga memerah. "Aku akan bunuh anakmu kalau kamu tidak melayaniku!", ancam Alex kepada Agnes sambil melihat ke arah Chelsea Olivia yang tengah tertidur. Agnes hanya menangis tak bisa menjawab, Herman pun kemudian kembali memohon, "Lex, ini salah gue, bukan salah mereka... Lu boleh siksa gue, tapi jangan kepada mereka...". Aku melihat Herman meneteskan air mata, ia pasti sangat menyesal sekali dengan perbuatannya yang dulu.

Alex tak menghiraukan Herman, baginya inilah hukuman yang pantas Herman dapatkan, melihat Agnes disakiti tentunya merupakan pukulan berat bagi Herman. Melihat kondisi ini, penisku pun mengeras, aku yakin Alex sudah pasti ingin menikmati Agnes. Alex kemudian melepaskan ikatan Agnes, "Ingat, nyama mereka semua ada ditanganku...", Alex kembali mengancam. Agnes terlihat pasrah, ia menangis dan gemetaran, tanpa perlawanan kemudian pakaiannya pun dilucuti Alex hingga lepas semua.

Sungguh indah tubuh Agnes walaupun dadanya tidak begitu besar dan postur tubuhnya tidak begitu tinggi, tapi lekukan tubuhnya yang langsing dan seksi dibarengi kulit yang putih mulus terlihat sungguh indah. Tidak heran, Agnes diperebutkan seperti ini, bahkan aku sendiri hampir tidak bisa menahan, penisku sudah tidak tahan, aku terus menelan ludah melihat indahnya tubuh seksi Agnes.

"LEPASIN AGNES LEX!!!" Herman terus berteriak, "BAJINGAN!" semua teriakan Herman tidak digubris Alex. Agnes gemetaran lalu dipeluk Alex, "Tenang saja Nes, nanti juga lu senang... Lagian kalau dulu si 'anjing' tidak memisahkan kita, mungkin kita sudah menjadi suami istri yang berbahagia...", Alex mencoba menenangkan Agnes. 'Anjing'? Apa maksud dia adalah Herman? Berarti Alex benar-benar sudah dendam sekali dengan Herman. Alex lalu kembali berciuman dengan Agnes sambil memeluk erat dirinya. "Layani aku sebentar saja Nes, mereka akan baik-baik saja...", kembali Alex mengingatkan posisi kami semua. Tanpa perlawanan Agnes pun diciumi tanpa berhenti.

Herman masih terus berteriak, namun suaranya sudah sedikit serak. Sedangkan Alex sudah menciumi hingga ke bagian dada Agnes. Dadanya yang tidak begitu besar namun putih itu terus diciumi dan diremas-remas oleh Alex. Lalu ia pun sudah memulai menyedot puting susu Agnes, memilin-milinnya hingga Agnes terlihat kegelian. Aku sedikit malu melihat aksi Alex, karena aku seharusnya tidak melihat adegan ini untuk menghormati bosku, Herman, namun pemandangan langka ini tidak boleh ku lewatkan. Terus menelan ludah menahan penisku yang mengeras, kulihat Herman sudah tak bersuara, ia mulai lelah akibat teriakannya.
Puas menikmati susu Agnes, Alex pun kemudian meminta Agnes berjongkok, sudah tahu apa niat Alex, ia mengarahkan penisnya ke muka Agnes, ia bermaksud menyuruh Agnes menyepong penisnya. Awalnya Agnes terlihat ragu, ia hanya memainkan penis Alex dengan tangannya. Alex menjambak rambut Agnes agar Agnes tidak ragu menyepongnya. Adegan selanjutnya Agnes sudah terlihat terbiasa menyepong penis Herman, bahkan kulihat gaya Agnes sudah sangat profesional, tidak heran karena pengalamannya yang sudah menjadi seorang istri. "Man, lihat ini... Hahahaha...", Alex tertawa terbahak-bahak, ia senang mengolok Herman. Ku lihat Herman tidak mampu bersuara, ia ngos-ngosan kecapekan.

Beberapa lama setelah itu, Alex sudah ingin ke tahap selanjutnya. Ia menarik rambut Agnes agar mengikutinya. Agnes diseret hingga ke depan, lantai yang hanya beralas kardus-kardus bekas. Alex kemudian berbaring terlentang, Agnes ditarik agar menjongkok. Alex meminta Agnes melayaninya dengan gaya WOT. Adegan yang aku tunggu-tunggu telah tiba, ku lihat Herman tidak mau melihat lagi, ia menundukkan kepalanya untuk tidak melihat perlakuan Alex terhadap Agnes, Herman sudah sadar usaha berteriaknya hanya sia-sia, sedangkan Chelsea masih tertidur pulas.

"Oh... Andai kau jadi milikku Nes...", desah Alex menikmati penisnya dikocok vagina Agnes. Alex meremas dada Agnes sambil berbaring, Agnes hanya menaik turunkan tubuhnya dengan mata yang tertutup, entah apa yang ia rasakan, kulihat antara sedih tapi menikmati. "Tapi semua sudah telat Nes... Hidupku sudah berubah...", kata Alex.

Beberapa puluh menit kemudian terlihat Agnes sudah sedikit lelah, Alex kemudian coba bangkit memeluk Agnes dan menekannya ke bawah hingga Agnes terlentang, sekarang gantian Alex yang berada di atas. Sambil menggenjot vagina Agnes, Alex kemudian mengulum susu Agnes. Dari sini terdengar jelas desahan Agnes yang merintih keenakan. Walaupun matanya tertutup karena malu diperlakukan begini, namun aku yakin dia telah menikmati sensasi seks ini. Badannya terus bergoyang mengikuti irama sodokan penis Alex di vaginanya. Permainan mereka pun berlangsung cukup lama, hingga Alex mencapai ejakulasi, ia membiarkan penisnya menyemprotkan sperma di dalam vagina Agnes. Agnes berusaha mendorong tubuh Alex, "Jangan Lex...", Agnes memohon sampai menangis, namun Alex memelukknya dengan erat sampai beberapa menit hingga penisnya mulai mengecil dalam vagina Agnes. Agnes pun menangis lebih keras, sperma Alex sudah memenuhi liang vaginanya. "Thanks Nes...", kata Alex lalu menarik keluar penisnya, ia tersenyum gembira, ini adalah kemenangannya. Herman tidak berkutik dipermalukan seperti ini.

Alex kemudian bangkit dan menjauhi Agnes, ia pun keluar dari ruangan ini. Agnes masih terbaring lemah sambil menangis. Aku tahu Agnes sudah menderita dan Herman juga sudah frustasi dengan keadaan ini, akhirnya aku buka mulut, "Nes, ayo bangkit Nes... Lepasin kita...", aku berteriak pelan agar Alex tidak mendengarnya, "Kita harus kabur dari tempat ini...", aku berharap Agnes bisa bangkit dan dan melepaskan ikatan kami.

Mendengar masukanku, Agnes kemudian coba berdiri, walaupun badannya lelah tapi ia terus berusaha, ia pun berdiri dan menghampiri kami, dengan berjalan terhuyung-huyung ia menuju ke arah Chelsea. Itulah yang memotivasinya untuk keluar dari tempat ini, dengan air mata yang masih menetes, ia melepaskan ikatan Chelsea. Anaknya itu masih terlelap, sehingga Agnes membiarkannya sejenak berbaring di dekat sana, lalu ia menghampiri Herman untuk melepaskan ikatan Herman. Herman terlihat masih menundukkan kepala, ia menyesal telah menyeret Agnes ke dunia yang begitu kejamnya. 

Selesai melelaskan ikatan Herman, ia lalu mendekatiku untuk melepaskan ikatanku. Tubuhnya kulihat dari jarak dekat membuat penisku terus mengeras ingin melampiaskan gejolak. Dadanya putih sekali, ingin rasanya aku lumat. 'BRAKKK' suara keras tiba-tiba membuyarkan imajinasiku. Agnes pun berhenti melepaskan ikatanku, matanya lalu tertuju ke arah pintu. Gila, belasan pria berbadan besar tadi memasuki ruangan ini. "Ayo Nes, lepasin aku...", pintaku. Namun sebelum Agnes berhasil melepaskan ikatanku, seorang pria hitam besar berlari lalu menjambak rambut Agnes, lalu ia menariknya ke arah mereka. Semua kemudian mengerumuni Agnes, melihat demikian Herman lalu berlari ke arah mereka berusaha menyelamatkan Agnes. Namun apa daya, selain kalah postur tubuh, Herman juga kalah jumlah. Ia dipukuli pria-pria besar itu, ditendang hingga Herman tersungkur dan tak sadarkan diri. Sungguh malang sekali nasib mereka, karena sebentar lagi Agnes diharuskan melayani pria-pria besar itu. Satu, dua, tiga... delapan belas, iya tidak salah hitunganku, mereka berjumlah delapan belas orang.

Mereka lalu melepaskan pakaian mereka masing-masing. Mereka terlihat sangat bringas, Agnes ditampar dan digerayangi. Tak mau menunggu lama, mereka pun bergiliran menikmati Agnes yang tak berdaya. Satu pria dengan penisnya yang besar langsung menusukkan ke arah vagina Agnes, yang lain hanya meremas susu Agnes, satunya lagi menancapkan penisnya ke mulut Agnes yang mungil. Agnes menangis ketakutan, "Hiks hiks hiks...". Berjam-jam mereka tidak berhenti menikamti Agnes, secara non-stop bergiliran menggenjot vagina Agnes. Mereka pun tidak segan berlaku brutal, rambut Agnes dijambak, payudaranya ditampar, bahkan vaginanya ditusuk tanpa henti bukan hanya dengan penis mereka melainkan tongkat baseball yang mereka bawa sebagai senjata.

"Perek ini bening sekali ya...", kata mereka. "Bagus habis ini kita jual saja...", sambung yang lain. "Iya, pasti laku nih...", lanjut yang lainnya. "Oh ya, lihat tuh anak perempuannya sudah bangun...", kata yang lain melihat Chelsea sedikit bergerak karena terbangun. Apa yang akan terjadi dengan Chelsea? Apalagi kalau ia melihat kondisi ibunya seperti itu. "Hey, lu kan doyan anak-anak...", olok salah satu pria ke pada satu pria lainnya. Pria itu terlihat mempunyai kelaianan, ia kemudian bangkit dan mendekati Chelsea. "Jangaannnnn........", Agnes mencoba memohon, ia terlihat tak mampu lagi ber teriak.

Pria besar yang mendekati Chelsea itu lalu menarik Chelsea, anak itu kaget lalu menangis, "Mamaaaa....", teriaknya. Kasihan sekali, anak perempuan yang masih kecil itu sebentar lagi akan dinodai. Herman masih pingsan, dan aku terikat erat di sini tak mungkin menolong, namun walaupun aku tidak terikat, aku juga tak mungkin mampu menolong. Yang aku lakukan hanya bisa coba memohon, "Hei, dia masih anak-anak... Teganya kalian... Coba kalian bayangkan kalau itu terjadi pada anak kalian?!...", aku coba menyadarkan mereka. Namun pria itu tidak menggubris, ia menangkap Chelsea lalu menarik koyak baju Chelsea.
Pria yang mengerumuni Agnes malah marah padaku, "Hey, bisa diam ga lu?! Atau mau gue bunuh?!", ancamnya membuatku langsung terdiam. "Jadi orang gak usah munafik!", sambung satu temannya. Kemudian salah satu dari mereka mendekatiku dan meremas kelaminku, "Wah, otongnya keras, dia konak broooo....", teriaknya kepada kawan-kawannya. "Hahaha, gak usah munafik, nih kita kasih jatah...", sambut kawannya langsung menyeret Agnes ke arah ku. Pria yang tadi meremas penisku langsung membuka resleting celanaku, ia menarik keluar penisku, "Ayo kulum...", mereka meminta Agnes mengulum penisku. Entah apa yang kurasakan lagi, semua gelora berkecamuk dipikiranku, ku alihkan pandangan ke arah Chelsea, ternyata anak perempuan itu masih menangis dengan kondisi tubuhnya yang sudah bugil tanpa satu helai pakaianpun, dada nya rata, ia hanya anak berumur sekitar tujuh tahunan, sunggub bajingan mereka.

Tak bisa berpikir lebih lanjut, tiba-tiba penisku terasa hangat, Agnes dengan terpaksa mengulum penisku dengan posisi di-'doggie' oleh pria berbadan besar penuh tatto, pria lain memegabgi Agnes agar ia tidak lelah dengan posisinya, yang lain sambil meremas-remas susu Agnes. Sedangkan satu pria keluar dan kemudian kembali dengan membawa seember air penuh, "Gue mau liat reaksi pria ini...", ia lalu menguyurkan air itu ke arah Herman, membuat Herman tersadar dari pingsannya.

Pria itu menarik bangkit Herman, "Liat jing! Wanita yang lu cintai... Sedang melayani kami, bahkan melayani temanmu sendiri...", ia memaksa Herman memandang ke arah kami. Aku sangat tidak enak, aku menggelengkan kepala, entah apalagi yang dirasakan Herman kemudian. Ia menangis tanpa mau melawan, pria itu lalu mendorongnya jatuh. Namun ketika Herman memandang ke arah Chelsea yang sedang dipeluk satu pria, Herman terlihat marah, ia bangkit dan mau melawan, kemudian ia tetap dilumpuhkan dengan tendangan pria yang tadi menyiramnya. "Lu nonton aja!!", kata pria itu masih menendang Herman agar Herman tidak melawan.

Aku telah merasakan nikmat duniawi, penisku benar-benar nyaman diemut oleh Agnes. Sungguh hangat penisku berada di dalam mulutnya, Agnes hanya menangis dan mengikuti perintah. Dengan gaya doggie, Agnes terus menyepong penisku tanpa henti, sedangkan pria-pria yang men-doggie nya sudah silih berganti. Dan sebentar lagi aku juga akan mencapai tahap ejakulasi, kurasakan nikmat mencapai ujung penis, akhirnya aku pun menyemprotkan sperma ke dalam mulut Agnes.

"Bajii... nggaannnnn....", Herman tak mampu melawan, ia hanya bisa terus tersungkur karena dipukuli pria tadi. Kami hanya bisa melihat adegan ini tanpa perlawanan. Yang paling menyedihkan adalah nasib Chelsea, ia sudah terlihat pingsan karena tak mampu menahan rasa sakit ketika vaginanya ditembus penis jumbo pria berkelainan seks itu. Pria tersebut terus mengenjot anak Agnes yang masih kecil. Chelsea memang terlihat cantik, kalau sudah besar pasti akan menjadi pujaan lelaki, tapi sangat disayang hidupnya telah hancur seperti ini. Rambutnya yang panjang dan hitam terus dibelai pria itu, bibirnya yang mungil dilumat, lalu juga ke arah susunya yang rata, kulitnya putih sehingga bekas cupangan sangat terlihat jelas.

Sedangkan nasib Agnes masih belum berubah, walaupun ia sudah selesai menyepong penisku, kini ia diharuskan menyepong penis milik pria lainnya. Entah sudah berapa pria yang telah menggilirnya, tapi permainan ini sama sekali belum berakhir, apa mereka akan menawan kami sampai waktu yang cukup lama? Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apa kami akan dibunuh? Aku tak mampu memikirkannya lagi, sekarang aku hanya menyaksikan adegan 'live' yang sangat seru.

Kini kulihat Agnes berada di atas salah satu pria yang berbaring dilantai, pria itu kemudian memeluknya dengan cukup erat sehingga pantatnya sedikit nungging. Dengan vagina yang masih tertancap penis, salah satu pria mendekati Agnes dan ingin melakukan aksi anal. Tak mau lama-lama, pria itu dengan cepat dan kasar menusukkan penisnya ke lubang anus Agnes. "Argggghhhhhhh!!!!....", teriak Agnes. Kini lubang vagina dan anusnya telah tertancap penis, giliran mulutnya yang akan disumpal penis pria lainnya. Aku tidak tega melihat Agnes mengejang kesakitan seperti itu, tubuhnya mungil tampak terlihat seperti sedang berada dalam genggaman para monster.
Lama sekali mereka menggenjot Agnes, lalu kualihkan pandangan ke arah Chelsea, ia masih terus digenjot pria tadi. 'Apa enaknya?' pikirku dalam hati, kok pria itu sangat menikmati, menggenjot tubuh seorang anak kecil dan melumat susu yang rata. Sungguh bajingan yang berotak gila, sifatnya tak jauh dari sifat temanku, Tono, yang mempunyai kelainan seks juga.

'BUKKK!' suara tendangan yang sangat keras mengarah ke perut Herman. Ternyata Herman masih mencoba bangkit untuk menyelamatkan Chelsea. "Lu ini gak tau diuntung ya?! Syukur-syukur kalian gak kami bunuh...", kata pria yang menendang Herman itu. "Hahaha, apa dia juga mau nyicip anak ini?", gurau pria yang sedang menggenjot Chelsea. "Tenang saja, tar kalo gue dah puas, lu bole nikmatin juga kok...", sambungnya yang semakin membuat Herman marah. Masih beberapa pukulan dan tendangan mengenai Herman, mulutnya sudah mengeluarkan darah, matanya pun bengkak sebelah.

Agnes sudah mulai tidak sadarkan diri, sekarang hanya satu pria yang memperkosanya, sedangkan pria lain sudah puas mendapatkan giliran. Tubuh Agnes penuh dengan cupangan, wajahnya belepotan dengan sperma, bahkan masih ada beberapa tetes yang mengalir keluar dari mulutnya. Setelah berhasil berejakulasi di dalam vagina Agnes, pria itu pun kemudian mencabut penisnya, terlihat jelas sperma menetes keluar dari lubang vagina Agnes. Kemudian pria itu membopong tubuh Agnes dan dilemparkan ke arah Herman. "Nes...", seru Herman ketika tubuh Agnes didekatnya, Herman lalu memeluknya dan coba membuatnya terjaga.

"Woi! Gue bukan suruh lu pelukin dia!", kata satu pria, lalu pria lain pun menyambung, "Kami mau liat lu ngentot sama tuh perek!". Herman lalu melotot ke arah mereka, seakan tidak percaya betapa malang nasib Agnes. "Napa? Mau lawan? Atau biar kami telpon kawan kami yang lainnya lagi biar lebih rame lagi ngentotin tuh perek?", ancam satu pria.

Herman lalu memucat wajahnya, pelan-pelan akhirnya ia membuka bajunya. "Kalau gak mau, tar kita kentot tuh anak juga...", tambahnya mengancam. "Bole bro, gue dah selesai ne...", kata pria yang memperkosa Chelsea. Tubuh Chelsea yang lunglai ditinggalkan begitu saja dengan vagina yang berdarah karena koyak ditembus penis besar, sekitarnya terlihat cairan sperma yang tertinggal. Herman tak berkutik, ia hanya bisa menuruti kemauan pria-pria itu, Herman mulai menggenjot Agnes yang sedang pingsan. Sinar cahaya air mata terlihat dari wajah Herman, ia terus menangis sambil menyetubuhi Agnes. Malang sekali, pria-pria jahanam itu malah bersorak-sorai, mereka pun kembali mengenakan pakaian mereka sambil mengawasi tingkah laku kami.

Akhirnya ku lihat Herman mengejang, ia sudah berejakulasi dan menyemprotkan spermanya ke dalam vagina Agnes. "Hebat! Lu ternyata juga doyan ma perek ini... Hari ini kami jual gratis, lain kali mesti bayar loh...", ejek pria bertubuh gede itu. Aku hanya diam dan menundukkan kepalaku. "Hei, lu mau ga? Gratis loh...", seru pria itu ke arah ku, aku pun langsung diam dan berpura-pura tertidur. "Biarin aja bro, anggap aja dia lagi ga mujur, hahahaha...", olok kawannya mengira aku sudah tertidur. Aku hanya pura-pura tertidur, namun aku masih jelas mengetahui aktivitas mereka. Mereka terus berbicara sambil merokok, mengawasi kami dengan cermat.

"Yuk cabut...", aku mendengar ada pria yang berkata demikian, aku tidak berani mengangkat kepalaku, ku biarkan hingga ku dengar pintu terbuka dan tertutup kembali. Saat ku angkat kepalaku, ruangan sudah tidak ada mereka, sebelah kiri hanya ada Chelsea yang tertidur pulas, sedangkan depanku ada Herman yang juga tertidur memeluki Agnes. Kondisiku yang cukup baik, walaupun terikat tapi setidaknya aku tidak disiksa mereka, malah mendapat sedikit kenang-kenangan, dengan kondisi terikat, penisku masih bergelantungan di luar celana yang resletingnya terbuka.

Menunggu cukup lama, akhirnya aku pun tertidur. Dan suara gaduh kemudian membangunkanku, dengan mata sayup-sayup ku coba melihat keadaan sekitar. Sedikit lega, aku melihat ruangan ini ramai dengan polisi, mereka lalu mengevakuasi Herman, Agnes dan Chelsea. Kemudian salah satu polisi mendekatiku dan melepaskan ikatanku. Beberapa polisi terlihat menggeledah kotak-kotak yang ada di ruangan, ternyata isinya adalah botol-botol bir, dan beberapa memasang garis polisi. Kami pun dibawa ke mobil mereka dan meminta kami menjelaskan apa yang terjadi di kantor polisi.

Aku masih sedikit pusing, tapi sesampai di kantor polisi, ku lihat Herman dengan lancar menceritakan apa yang terjadi, walaupun wajahnya masih bengkak di mana-mana. "Pokoknya Alex harus ditangkap! Berapapun akan aku bayar!", Herman menegaskan. Sedangkan Agnes dan Chelsea dibawa ke rumah sakit untuk divisum. Aku pun dimintai beberapa kesaksian, dan aku menceritakan semuanya yang terjadi.

TAMAT

Cerita Dewasa paling Seru - Bimbingan Bejat Sang Dosen

Kumpulan Cerita Dewasa Seru -“Laptop, bahan materi, HP, dompet, rokok,,, OK clear!!” begitu kataku sambil merapikan isi ransel dan beranjak menuju garasi. Sampai di garasi, aku baru ingat kalau salah satu ban mobilku kempes sejak 3 hari yang lalu. Dan akhirnya, aku memutuskan pergi dengan motor meskipun sepertinya akan turun hujan.
Cerita Dewasa paling Seru - Bimbingan Bejat Sang Dosen

Malam ini aku ada janji dengan dosen pembimbing TA ku. 
Aku adalah seorang mahasiswa angkatan tua. Sudah 7 tahun aku kuliah sampai-sampai dosen pembimbing TA ku diganti karena harus melanjutkan study keluar negeri. Sisi baiknya, sang dosen pengganti adalah seorang wanita cantik yang mungkin usianya hanya terpaut 2-3 tahun dari umurku. Maklum lah, aku sendiri sudah berumur 25 tahun saat ini.
Bu Chintya, begitulah kami biasa memanggilnya. Seorang wanita muda yang tak hanya cerdas dan penuh kharisma namun juga cantik dan modis. Beliau resmi mengajar di fakultas kami baru 1 semester. Tapi dengan berjuta keanggunan itu, tak heran jika beliau langsung dikenal & dikagumi oleh seluruh penghuni kampus.

Minggu ini, Bu Chintya cuti sakit. kabarnya gejala thypus yang disertai maag. Suatu berita yang sangat buruk bagi kelas yang diajarnya, karena selama beliau cuti, tentu saja anak-anak tidak bisa bertatap muka dengan bu dosen yang katanya menjadi semangat belajar mahasiswa. 
Tapi hal ini lain bagi mahasiswa TA bimbingan Bu Chintya. Kemarin pagi Bu Chintya mengirimkan e-mail yang mempersilahkan seluruh mahasiswa bimbingannya mengirimkan pekerjaan masing-masing via e-mail, kemudian beliau menjadwalkan kami untuk bimbingan di rumahnya selama beliau cuti. Sungguh seorang dosen yang sempurna. Cantik, cerdas dan penuh integritas.

***
“blok C3 nomer 21”, begitu aku membaca kembali sms yang berisi alamat Bu Chintya. Tak terasa aku telah sampai di perumahan Griya Pesona, dan tinggal 1 blok lagi aku telah sampai di kediaman beliau.
“sebelah kiri jalan, gerbang merah maroon”, kataku dalam hati sambil memarkirkan motorku didepannya. Rumah itu tidak terlihat megah, tapi terlihat sangat rapi. Kombinasi warna lampu tamannya terlihat sangat menarik dimataku. 
Dan seolah tidak ingin membuang-buang waktu lagi, aku bergegas memencet bel dibalik gerbangnya.

“selamat malam” begitu sambut sosok pemilik rumah yang sudah kukenal baik itu. Dan tak lama kemudian, kami sudah duduk berhadapan di ruang tamu yang ukurannya juga tidak terlalu luas. 
Malam itu Bu Chintya mengenakan atasan tanpa lengan berwarna hitam, dengan bawahan celana ketat berwarna abu-abu. Sungguh padu padan yang pas sekali, terlihat sexy tetapi tidak menyirnakan keanggunannya. Sangat cantik.
“kamu tadi tidak kehujanan kan?” tanyanya membuka pembicaraan.
“tidak Bu. Ibu sudah sehat?” kataku basa-basi
“ah, saya sebenarnya juga tidak merasa sakit kok” jawabnya sambil tersenyum dan menyalakan netbook-nya.
“Dhimas Perdana, HC04XXXXX, betul kan?” katanya sambil membuka file pekerjaanku, dan aku pun mengangguk meng-iya-kan.
“nah, saya harus mengatakan kepadamu bahwa kamu selalu mengulang kesalahan yang sama. Sekarang kamu baca hasil pekerjaanmu dan silahkan bertanya kalau ada yang belum paham” katanya sambil memutar netbook berisi draft TA yang penuh coretan-coretan highlight itu kearahku
“seperti yang sudah saya katakan kemarin, sebaiknya tulisanmu jangan bertele-tele. Gunakan sumber materi yang valid dan jangan menuliskan pendapatmu sendiri kedalam dasar teori. Kalau kamu ingin mengutip, blablabla…”
Begitulah Bu Chintya menelanjangi hasil kerjaku seolah semua yang kukerjakan penuh kesalahan. Sekilas aku melirik wajah cantik yang penuh ekspresi itu, dan memang semua yang dikatakanya tidak salah.
“maaf Bu, kalau mengenai paragraf ini, kira-kira yang salah bagian mana?” kataku sedikit memotong pembicaraannya sambil menghadapkan netbook itu kearahnya
“nah, kalau yang ini mengenai penggunaan kalimatnya. Kalimat ini mengandung makna yang sama persis dengan bagian ini,” begitu katanya sambil menyorot beberapa kalimat dibawahnya
“maaf bu, boleh saya duduk disitu, soalnya dari sini kurang jelas” begitu sahutku sambil menunjuk bangku panjang yang diduduki Bu Chintya
“ya silahkan” katanya sambil menggeser posisi duduknya. 

Dan akhirnya malam itu kulewati dengan duduk bersanding Bu Chintya sambil mendengarkan ceramahnya. 
Malam minggu, hujan gerimis mulai turun, dan duduk bersanding Bu Chintya. “What a perfect weekend” begitu kataku dalam hati. Dan tentu saja kalimat-kalimat yang terdengar dari bibir tipis itu tidak sepenuhnya lagi kusimak. Aku lebih memperhatikan gerak bibirnya dari belakang sambil menikmati kecantikannya parasnya.

“ada pertanyaan lagi?” katanya mengakhiri penjelasannya
“ehm, tidak bu” jawabku cepat
“kamu ini sebenarnya sudah paham, tapi kurang serius saja menulisnya. Tolong yang serius yak,, kasihan penelitianmu. Kabarnya TA ini sudah 4 semester tidak kamu kerjakan ya?”
“hehe,, kan yang 1 tahun cuti Bu.. jawabku sekenanya”
“apa bedanya??? Ya pokoknya saya harap semester ini kamu selesaikan. Kalau tidak, silahkan cari pembimbing lain saja” kata Bu Chintya dengan nada tegas. 
“ngomong-ngomong kamu mau minum apa? Saya buatkan kopi sambil nunggu hujan reda ya?” kata Bu Chintya sambil beranjak berdiri
“What a super perfect weekend!! Sekarang malah acara ngopi bersama Bu Chintya ” begitu kataku dalam hati dengan polos. 
Dan satu hal lagi kusadari ketika Bu Chintya beranjak menuju dapur. Tampak jelas ketika beliau lewat didepan mataku, celana abu-abunya mencetak jelas belahan pantatnya. 
“masa’ Bu Chintya gak pake CD yak??” begitu kira-kira pikiran jorokku tiba-tiba muncul dan segera kutepis jauh-jauh. Beliau termasuk dosen yang kuhormati, so, sepertinya tidak pantas kalau aku berpikiran yang aneh-aneh seperti itu

***
“Ngomong-ngomong, kamu asli mana dim?”.. tiba-tiba Bu Chintya sudah muncul lagi membuyarkan lamunanku. “Katanya kamu buka usaha konveksi ya?” lanjutnya sambil meletakkan cangkir kopi didepanku
“Iya bu. Usaha clothing kecil-kecilan. Saya asli Surabaya Bu. Kalau Ibu asli mana?” kataku menanggapi.
“Saya kecil di Medan, tapi sudah pindah sini sejak kuliah S1 dulu. Katanya usaha clothing kamu sudah kirim kemana-mana ya??? memang mahasiswa kalau sudah kenal duit biasanya jadi susah lulus.” sahutnya sambil tertawa kecil. 
Dan akhirnya malam itu kami lewati dengan pembicaraan-pembicaraan ringan tentang bisnis yang sedang kujalankan, tentang hobby kami, tentang keluargaku, tentang keluarga Bu Chintya, dll. 
Ternyata Bu Chintya adalah anak bungsu dari 3 bersaudara. Kedua kakak laki-lakinya sudah berumah tangga. Ayahnya adalah orang Medan, seorang pejabat militer dan ibunya seorang keturunan Belanda. Kedua orang tua Bu Chintya bercerai sejak beliau duduk di SMU, oleh karena itu, Bu Chintya memutuskan untuk tinggal sendiri di rumah ini, sejak beliau lulus SMU dulu. 

“Ngomong-ngomong, hujannya tambah deras dim, kamu tunggu disini dulu saja sampai reda. Saya mau masuk dulu sebentar” kata Bu Chintya sambil menengok kearah jam yang tergantung disudut ruangan
“eh, sudah malam Bu. Sudah setengah 10. Mending saya nekat saja, daripada nanti tambah malam. Kayanya hujanya juga ndak bakal berhenti” begitu jawabku sambil melihat memasukkan laptopku
“ya kalau hujanya ndak berhenti kamu nginep disini saja ndak pa pa” sahut Bu Chintya sambil tersenyum menirukan gaya bicaraku
“ya kalau saya nginep nanti bisa dimasa tetangga Bu” begitu sahutku dengan nada bercanda
“siapa yang mau ngeroyok kamu?” sahut Bu Chintya cepat. 
“Saya tidak bercanda kok dim. Kamu bisa disini dulu kalau kamu mau. Daripada kamu hujan badai nekat”. begitu sahut Bu Chintya. Jawabanya singkat, tapi cukup menegaskan bahwa dia tidak bercanda. 
“bagaimana? Kalau mau nekat hujan-hujan tidak apa-apa. Saya tidak bisa melarang kamu, tapi kalau mau nunggu hujan dulu juga tidak apa-apa. 
“eh, saya nunggu hujan dulu saja bu” jawabku sambil tetap merapikan laptopku.
“OK, saya masuk dulu ya. Soalnya disini banyak angin. Nanti kalau hujannya belum reda silahkan istirahat disini, anggap saja rumah sendiri. Jangan lupa motormu dimasukkan” begitu kata Bu Chintya sambil tersenyum
“iya Bu”, begitu jawabku singkat. 

***
Aku sendiri tidak habis pikir. Bagaimana bisa seorang Bu Chintya menawarkan aku untuk tidur disini. Biarpun aku tidur diteras sekalipun, apakah layak seorang mahasiswa sepertiku tidur dirumah seorang dosennya? Apakah ini suatu jebakan? Jangan-jangan ada konspirasi atau rencana khusus dari pihak kampus, atau apapun itu. Begitulah pikiranku muluk-muluk, dan ternyata hujan tak kunjung reda. 

Sementara hujan angin semakin deras, akupun memutuskan memasukkan motorku dan menutup pintu depan. Bukan karena aku memutuskan untuk menginap, tapi angin diluar tambah kencang dan air hujan tertiup masuk ke ruang tamu. “Nanti kalau reda baru balik deh” begitu kataku dalam hati
Setelah menutup pintu, aku bergegas masuk kedalam mencari Bu Chintya, bukan pula karena aku ingin tidur dirumahnya, melainkan aku ingin ke toilet mencuci kaki sambil buang air kecil

Ternyata Bu Chintya berada didalam kamarnya. Aku mendengar suara beliau menonton TV sambil tertawa kecil. Dan aku pun bergegas mendekat dan mengetuk pintu kamarnya yang memang terbuka.
“Eh dimas, gimana? Jadi mau nginep? Masuk dim” sahut beliau sambil tetap menyimak TV-nya. 
Tubuhnya terbaring diatas spring bed yang cukup lebar, sementara selimut tebal yang tampaknya sangat hangat menutup hingga bahunya.
“eh tidak Bu, saya mau ke toilet” begitu jawabku
“ya silahkan” sahutnya cepat. “pakai yang didalam saja ya, soalnya yang diluar tidak ada sabunnya. saklarnya ada disamping pintu” lanjutnya sambil menunjuk ke salah satu sudut kamarnya
Dengan sedikit canggung, akhirnya aku masuk dan pipis di kamar mandi di kamar Bu Chintya. Padahal tadi aku mau buang air di toilet belakang. 
Tidak enak kan kalau masuk rumah sampai ke belakang tanpa bilang. Rasanya agak rikuh juga buang air di kamar mandi Bu Chintya, apalagi yang punya kamar sudah berbaring nyaman ditempat tidurnya.
“pintu depan sudah ditutup?” begitu tanyanya begitu aku keluar dari kamar mandi, sambil tetap menyimak tayangan TV yang tergantung disisi kanan kamar
“ehm, sudah Bu” begitu jawabku canggung
“ya sudah, itu acaranya bagus lho. Kalau kamu perhatikan bisa jadi masukan buat TA-mu” katanya sambil membesarkan volume TV
“ini tentang budaya Jepang jaman PD 2, ini bisa jadi referensi blablabla..” begitu lanjutnya menerangkan. Aku sendiri hanya bisa melihat tayangan TV itu dari depan pintu kamar mandi, dan bingung harus bagaimana. 
Mati gaya banget lah

“Heh, mau sampe kapan berdiri disitu?” Bu Chintya segera berseru dengan tanggap. Sepertinya beliau tahu kalau aku berdiri disitu dengan canggung.
“ngapain bengong disitu??”, lanjutnya sambil menggeser posisi tidurnya.
Dengan bahasa tubuh seperti itu, aku menangkap bahwa beliau menginginkan aku beranjak ke tempat tidurnya. Atau setidaknya, duduk disitu lah. 
Dan, dengan sedikit salah tingkah aku pun mendekat dan duduk diseberang tempat Bu Chintya berbaring. Tepatnya dibelakang Bu Chintya yang sedang asyik memperhatikan TV nya. 
Sesaat kami pun terdiam. Aku benar-benar merasa canggung berada disini. Aku juga tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana, aku benar-benar merasa aneh dan mati gaya. Aku berada dikamar Bu Chintya, seorang dosen yang menjadi idola di kampus, atau mungkin idola di universitas!!! ckckck
“nih bantalmu” begitu kata Bu Chintya sambil mengulurkan sebuah bantal kepangkuanku. Tampaknya beliau tahu bagaimana aku merasa aneh dan tidak tahu harus bagaimana. 
Dan dengan bantal yang yang diulurkan padaku itu, aku malah tambah bingung harus bagaimana. Aku tambah salah tingkah dan tetap diam
“kurang besar apa dim? atau kamu mau pakai bantal saya saja?” katanya sambil tertawa ringan dan menggeser bantal panjang berwarna putih yang menopang wajah cantiknya.
“eh” aku tambah bingung dengan kalimat terakhirnya, dan aku masih tak bisa menyahut apa-apa, sekalipun aku tahu maksud beliau adalah mempersilahkan aku tiduran disitu
“ehm, maksud Ibu, saya tidur disini?” kataku terbata. Seolah aku bingung mau menyahut apa
“apa kamu mau tidur di garasi? Sepertinya kasur saya masih sisa banyak kalau cuma kamu tiduri” sahutnya sambil tersenyum
Dan sekali lagi aku sangat tidak percaya dengan kata-katanya. 
Aku tidak percaya dengan telingaku sendiri. Namun aku tetap mengerti apa yang dimaksud dan segera berbaring sambil tetap menyaksikan tayangan TV yang tergantung didepan Bu Chintya.

Sesaat kemudian, nampak acara TV yang kusaksikan dengan canggung itu hampir selesai, dan tiba-tiba suara Bu Chintya kembali memecah kecanggunganku “lampu besar saya matikan saja ya dim, saya tidak bisa tidur kalau terlalu terang” 
Dan tanpa banyak berkata lagi, beliau langsung beranjak turun dari tempat tidur, dan aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang kulihat. 
Dibalik selimut itu, Bu Chintya masih mengenakan atasan berwarna hitam yang tadi dikenakannya, tetapi ternyata beliau tidak lagi mengenakan celana abu-abunya. 
Sebagai gantinya, seutas tali G string hitam terselip diantara belahan pantatnya. Terlihat jelas pantat yang halus dengan paha yang mulus itu bergerak menuju pintu kamar, dimana saklar lampu berada. 
OMG!!! I can’t believe what i’ve see. 
Setelah mematikan lampu, Bu Chintya berjalan kearah tempatku berbaring, dan melewatiku yang ternganga dan sibuk mengalihkan pandangan. 
Beliau berjalan menuju kekamar mandi yang terletak tepat dibelakangku, tepatnya diatas kepalaku. 
Tampaknya beliau menggosok gigi, beliau sedang bersiap-siap untuk tidur. 
Bu Chintya hanya dengan G-string hitam menutupi bagian bawahnya, oh My God, I cant realized what I’ve see. 
Dan G-string itu menjawab misteri belahan pantat yang terlihat jelas dibalik celana abu-abu tadi. Ternyata Bu Chintya tadi mengenakan G-String didalamnya. 
Dan apakah aku bermimpi saat ini? Aku tidak tahu, aku tidak mau tahu. Dan dengan cepat aku menyusupkan kakiku dibalik selimut. Andaikan ini mimpi, sungguh aku berharap aku tidak terbangun dari tidurku. 

“Sebenarnya saya tidak suka celana jeans diatas tempat tidur dim” tiba-tiba Bu Chintya sudah berdiri lagi disamping tempatku berbaring, tepatnya disamping kepalaku.
Tapi karena sudah terlanjur ya tidak apa-apa” begitu lanjutnya sambil berjalan mengelilingi tempat tidur, dan kembali menyusupkan kedua kaki jenjangnya kedalam selimut dan berbaring sambil memindah chanel televisi. Beliau tampak beberapa kali memindah saluran, tapi sepertinya tidak ada yang menarik baginya. 
Kini dia berbaring membelakangiku, menghadap sisi dimana televisi LCD 32” itu digantungkan. Dan dengan segenap jiwa, aku mencoba memberanikan diri membuka pembicaraan. Aku anggap saat ini sebagai sebuah mimpi, so, its free to me to speak up!!!

“ehm, Ibu suka John Lennon?” begitu kalimat pembuka yang otomatis kuucapkan ketika melihat Bu Chintya berhenti memencet-mencet remotenya pada salah satu channel music
“yakk, i love The Beatles, dan tolong berhenti memanggil saya Ibu” begitu ujarnya tegas
“kalau nggak boleh panggil Ibu, terus saya harus panggil gimana ni bu?” 
“ya terserah kamu mau panggil gimana. Yang pasti disini kan bukan dikampus, kalau kamu panggil aku Ibu, kok kesannya aku ini sudah tua banget. Padahal, bisa jadi kamu lebih tua dari aku lho” begitu jawabnya bercanda
“ya, nggak lah bu, saya ini kan masih mahasiswa, young teenager yang masih energik dan bersemangat”
“whatever you say. Yang pasti aku kuliah S1 tahun 2001, so, paling kamu 3-4 tahun lebih muda. Itu juga kalau kamu SMUnya lancar.”
“eh, saya SMUnya malah cuma 2 tahun bu”, jawabku berkelakar
“jangan panggil aku Ibu,,, thats the point.” ujarnya kemudian
“you can call me chintya, atau teman-teman dekatku biasa memanggil cinta”
“eh, begitu ya cin,,” sahutku bergumam “canggung ah kalau panggil seperti itu, gimana kalau “kak” atau “mbak” atau gimana lah,, saya canggung bu, eh, mbak..” 
“kenapa nggak manggil tante saja!! biar puas sekalian. Kamu ini bikin aku merasa tua saja” jawab Bu Chintya ketus sambil tetap tertawa ringan
“OK deh mbak, saya panggil cinta... Ngomong-ngomong, kalau saya disini, nggak ada yang marah apa mbak,, eh, cin?” 
“maksudmu, kamu bertanya apa aku tidak punya pacar,, begitu?” ujarnya sambil berbalik menghadap kearahku. Sorot matanya terlihat serius dan menatap tajam mataku
“eh, ya bukan begitu mbak,,, eh, ya tapi mungkin bisa begitu maksudnya, atau,,,” 
aku jadi salah tingkah sendiri dengan pertanyaanku. Tampaknya aku juga salah bertanya 
“dimas, sepertinya kamu harus banyak belajar tentang wanita. Masa’ kamu bertanya seperti itu kepada perawan tua seperti saya?” lanjutnya sambil tetap menatap mataku
“eh, bukan begitu maksud saya mbak,, eh,, saya cuma….”
“nggak apa-apa kok, aku cuma merasa familiar dengan pertanyaanmu barusan. pertanyaanmu itu seperti pertanyaan papaku saja”: “kapan kamu nikah cin?? Ngga mungkin lah gadis cantiknya papa gak laku-laku??” sambungnya lagi dengan nada serius
“eh” aku benar-benar tambah salah tingkah dengan ucapan beliau. Aku tidak bisa berkata apa-apa, dan memang sepertinya aku salah bertanya. Sorot matanya yang tajam itu seolah melucuti mentalku yang tiba-tiba hancur runtuh. Dia benar-benar menelanjangi mataku dengan wajah cantiknya yang sangat dekat dihadapanku, sangat-sangat dekat. Mungkin hanya berjarak 5cm dari hidungku. Dan aku benar-benar merasa terpojok dengan ucapannya
Namun tiba-tiba dia tersenyum dengan senyuman yang sangat teduh dan menenangkan. Raut mukanya tiba-tiba berubah seolah mengatakan: “aku hanya bercanda, aku tidak marah kok”. Dan kami saling bertatapan sangat dalam. 
Sungguh aku terpesona dengan kecantikannya. Kecantikan khas seorang Indo yang menurutku tidak mungkin ditandingi oleh siapapun juga. 
Dan ditengah kekagumanku akan wajah menawan itu, tanpa berkata apa-apa, tiba-tiba dia memajukan kepalanya, dan dengan cekatan dia memagut bibirku. Aku benar-benar kaget dan tidak menyangka hal ini terjadi. Jantungku berdegup sangat kencang, darahku seakan mengalir sangat deras kearah kepala. 
Aku menyadari bahwa aku sedang bercumbu dengan idola dari segala idola. Aku dapat merasakan dengan jelas aroma nafasnya yang wangi, bibir basahnya yang menghisap pelan bibirku, dan lidahnya yang mulai bermain dirongga mulutku. 
Semakin lama, bibir kami terpaut semakin dalam, hingga tak sadar tanganku telah memeluk erat tengkuknya, dan kami tidak lagi berbaring berdampingan, melainkan aku telah berada diatasnya.

Perlahan aku memberanikan diri untuk menggeser cumbuan bibirku, aku memberanikan diri mencumbu bagian leher hingga belakang telinganya, dan tampaknya dia sangat menikmatinya. Sungguh aku tak percaya dengan apa yang kulakukan. Sesaat aku menghisap daun telinganya perlahan, dan aku bisa membaui dengan jelas aroma wangi yang selama ini hanya terasa samar. 
Sungguh seorang wanita yang cantik dan spesial. 

“dim, boleh kubuka ini?” kata Chintya tiba-tiba sambil menyingkap kaos hitamku. Aku tidak menyahut dan menjawabnya dengan membuka kaos yang kukenakan. 
Dan tak lama kemudian, Chintya sudah asik memainkan dadaku dengan lidahnya yang hangat. Aku sungguh merasa melambung tinggi dengan permainan lidahnya, dan aku sengaja bergeser dan berbaring hingga Chintya lebih bebas mengexplore tubuhku. 
Dan tanpa dipersilahkan, Bu Chintya sudah telungkup menindih perutku. Mulutnya yang lembut tak henti-hentinya menjilat wilayah dadaku, dia terus melakukan ritual tersebut hingga lidahnya kembali menuju bibirku, dan sekali lagi kedua bibir itu berciuman erat. Dia kembali mencumbu erat bibirku, dan melanjutkan kecupanya hingga wilayah leher dan telingaku. Tanganku pun dengan sigap memeluk erat pinggulnya sambil mencumbu bagian bawah lehernya.

“boleh tangan saya masuk Cin?” tanyaku sambil tetap menikmati permainan lidahnya. Kali ini jemariku sudah mulai berani menyusup melalui bagian bawah kaosnya dan meraba bagian punggungnya. Dapat kurasakan punggung yang halus itu bersinggungan dengan jariku
Chintya pun menghentikan usapan lembut lidahnya di bagian belakang telingaku, dan berbisik pelan: “mau masuk kemana memangnya?” 
“eh,, mau masuk kesini, eh, mbak”, kataku gugup, sambil menghentikan jemariku yang tengah meraba bagian perutnya yang rata dan terawat. 
Dan, Chintya pun tidak menjawab pertanyaanku, dia hanya tersenyum cantik sambil menggenggam bagian bawah kaosnya, kemudian menyingkapnya keatas dengan cekatan. 
Yah, dia membuka penutup atas tubuhnya itu yang ternyata sudah tidak dilapisi bra didalamnya. 
Dan mataku kembali terbelalak ketika atasan itu tersingkap melewati bagian dadanya. Sebuah pemandangan yang terindah yang pernah kulihat. Sepasang gumpalan daging tersembul dibalik kaos itu, sangat halus dan lembut. Saking halusnya, dapat kulihat alur urat yang tersembunyi tipis dibalik kulitnya. 
Sungguh payudara terindah yang pernah kulihat. 
Ukurannya tidak terlalu besar, mungkin sekitar 34an, tetapi ukurannya sangat proporsional dengan tubuhnya, ditambah lagi dengan putingnya yang mungil berwarna coklat kemerahan menghiasi ujung-ujungnya. Sangat-sangat sempurna, im really speechless
Saking kagumnya dengan payudara itu, aku tidak menyadari tangan nakalku sudah meraba lembut bagian bawah gumpalan daging itu, 
“eh,, boleh saya...”
“sure..” katanya memotong kalimatku sambil kembali telungkup dan melumat bibirku.
Mendapat perlakuan seperti itu, aku pun tak mau kalah. 
Seolah telah mendapat ijin, akupun melayangkan serangan-serangan yang lebih berani. Kedua tanganku segera meremas lembut payudara indah itu, dan permainan Chintya pun semakin mengganas. 
Dia tampaknya tidak memberikan kesempatan bagiku untuk memegang kendali. Bibir mungilnya semakin agresif, dia menorehkan cupang merah tipis didadaku, hingga menjelajahi perut bawahku sambil menyibak selimut yang masih sedikit menaunginya. 

Sangat-sangat liar, bahkan aku tidak kesampaian merasakan puting merah itu dengan bibirku. 
Sambil bibir mungilnya terus beraksi, dia menarik turun resliting celanaku, “no jeans in my bed” begitu bisiknya ditelingaku sambil tersenyum menggoda. 
Dan aku hanya bisa pasrah ketika ternyata Chintya tidak hanya berniat melucuti celana jeansku. Dia mencengkeram jeans berikut celana dalamku, menariknya turun dengan cekatan, dan melepaskanya dari kakiku hingga aku benar-benar dibuat bugil dihadapnya. 
Sekali lagi aku merasa bahwa aku sedang bermimpi, aku sedang bugil dihadapan idola kami semua. 
Sungguh aku tidak percaya, Chintya sedang mencumbu perut bagian bawahku, dengan pangkal pahaku yang terbuka lebar tanpa seuntai benang pun menutupinya. Sungguh terasa bagaikan mimpi, imajinasiku melayang jauh dan aku tidak pernah merasakan moment seindah ini, seorang wanita yang kupuja, sedang bermain-main dipangkal pahaku.

Dan sekali lagi Chintya menunjukkan keajaiban lidahnya, kali ini serangannya diarahkan pada bagian bawah perutku. 
Yak, dia mencoba membunuhku dengan jilatan-jilatan maut dibawah sana. Dan tak lama kemudian, tangan kanannya memegang erat batang yang sudah berdiri tegak disana. Dan sambil menatap mataku dia mengecup bagian kepalanya, dan segera memasukkan batang itu kedalam mulutnya. Sungguh sekali lagi aku merasa terbang ke awan. 
Tidak seperti lumatan-lumatan yang pernah kurasa, lidah Bu Chintya benar-benar ajaib, dia benar-benar mampu memainkannya dibawah sana, just like a french kiss in my junior.
Begitupun dia tidak perhenti disitu, setelah puas menghisap bagian batang, Bu Chintya menggeser mulutnya kebawah, dan inilah pertama kali aku merasakan sensasi rangsangan di bagian paling bawah sana. Chintya melumat habis pangkal bola-bolaku, dan melanjutkannya dengan mencumbu area sun hole-ku dengan liarnya. 
Dan tampaknya dia begitu menikmatinya. Dia melakukannya sambil terus memainkan bola-bolaku, sungguh suatu sensasi yang luar biasa.

Sejenak, ingin rasanya aku membobolkan saja pertahananku dan mengaku kalah. Bibir Bu Chintya adalah bibir paling gila yang pernah kuhadapi. Namun aku masih bisa berpikir sehat. Aku segera menarik bagian pangkal pahaku itu dari cengkeramannya, dan segera memagut bibir ajaib itu dengan bibirku. 
Dengan cepat pula, kubaringkan Chintya karena kali ini aku ingin menguasai permainan. Aku pun segera berganti menunjukkan potensiku. Kembali kurangsang bagian leher Bu Chintya, kujilat perlahan, hingga turun sampai bagian payudara. Bagian yang sangat kunanti dari tadi. Kubenamkan mukaku diantara kedua payudara itu, sungguh payudara yang paling lembut yang pernah kurasakan. 
Tanganku pun tak mau kalah, kuremas payudara kanan dengan tangan kanan, sambil lidahku mulai bermain dengan puting kirinya. Bagaikan buah cherry yang sangat manis, aku mengulum lembut puting itu, sungguh rasanya sangat menggairahkan. Ini adalah puting paling sempurna yang pernah dirasakan bibirku. 
Merasa sudah menguasai keadaan, aku mulai memainkan ritme permainan. Sesaat kuhisap puting itu lebih dalam, sambil meremas payudara kanannya. Demikian aku bergantian bermain dengan kedua gumpalan menakjubkan itu. Sesaat aku mencoba menyentuh lembut lingkaran penyangga puting itu dengan telunjukku, sesaat pula dapat kurasakan puting itu mulai mengeras kencang disertai munculnya bulu-bulu halus yang berdiri diatas kedua bukit indah itu. 
Sungguh sepasang payudara yang sangat cantik, sangat indah dengan bintik2 bulu roma yang menghiasinya, aku jadi semakin bergairah melihatnya, dan akupun tak mau menyia-nyikan moment ini. 

Permainan bibirku mulai menjamah bagian perutnya yang rata. Sambil tangan kiriku tetap mencengkeram satu dari dua bukit indah itu, tangan kananku menekan bagian punggungnya perlahan. Tampaknya Bu Chintya benar-benar menikmati permainanku, dan akupun memberanikan diri mengexplore bagian bawah perutnya dengan lidahku. Yah, aku mengecup lembut belly buttonnya dan mencoba bermain sedikit lebih kebawah sana. 

Menanggapi perlakuanku, Bu Chintya tidak terlalu terlihat keberatan. Dia malah terlihat sangat menikmati dan sedikit membuka pangkal pahanya. Bahasa tubuhnya seolah memberiku ijin untuk beranjak ke bagian itu. Segera aku kembali menurunkan kepalaku. Kali ini aku mencumbu bagian dalam pahanya, tanganku pun sekarang sudah memegang erat kedua pinggulnya, dan akhirnya aku mulai berani mencium bagian segitiga G-string yang menutupi surganya. 
Sungguh suatu pengalaman yang tidak pernah akan kulupakan. Aku sedang menghirup bagian paling intim milik Bu Chintya, aku merasakan sensasi yang paling dahsyat yang pernah kurasakan selama ini. 
Gairahku semakin menggebu, dan akhirnya kuberanikan diri menyusupkan lidahku ke sela-sela bagian bawah segitiga cinta itu. Tangan kanan ku mencoba menyibak kain hitam itu, dan bibirku mulai mengecupnya perlahan, rasanya sungguh indah, agak terasa asin, tetapi aromanya sangat lembut. Sungguh-sungguh indah. 
Bu Chintya yang tampaknya sudah sangat pasrah itu akhirnya menyangga kepalaku dengan tangan kanannya. Tanpa berkata apa-apa, dia meraih tali pengait segitiga itu dengan tangan kirinya, dan dengan perlahan dia menurunkan G-String itu dengan tangan kirinya. Aku yang sedang dimabuk gairah pun segera tanggap, kubantu dia menurunkan segitiga bertali itu, dan melepaskannya dari kakinya yang jenjang. 

Dan dengan segera, seperti seorang anak kecil yang sedang dijamu dengan dengan sekotak permen lezat, aku pun segera kembali dengan daerah segitiga yang menakjubkan itu. 
Kini tubuh wanita pujaan itu telah benar-benar telanjang. Aku benar-benar takjub dengan keindahannya, lekuknya yang sempurna dibalut dengan kulit yang putih, tipis dan lembut. Ahh,, ternyata Bu Chintya yang kami puja selama ini tidak hanya pintar dan cantik, beliau sangat sempurna seutuhnya, sangat terawat. 
Bagian pangkal paha itu terihat sebagai bagian segitiga yang ditumbuhi dengan bulu-bulu lembut. Tampaknya Chintya sangat rajin mencukurnya. Pun begitu, tepat pada bagian bawahnya, terdapat sekatup bibir mungil berwarna merah muda. Pintu surga itu terlihat begitu rapi, hanya terlihat sebagai segaris lubang yang berwarna kemerahan.

Tanpa diberi aba-aba, aku pun segera kembali menjamu segitiga cinta itu. Kali ini aku merasa sangat bebas, tidak ada lagi sehelai benang pun yang jadi penghalang. Aku mulai mengecup pelan bibir cantik dibawah bulu-bulu tipis itu, dan tampaknya Chintya sangat-sangat menikmatinya, dan akupun menikmatinya. 
Samar-samar mulai kurasakan aroma wangi yang sempurna, aroma yang mungkin dapat mengalahkan nikmatnya rasa sabu yang dulu sering kuhisap jaman SMU. Perlahan tapi pasti, aku memagut bagian itu dengan bibirku, lalu kembali kuhisap perlahan. Dengan sedikit keberanian, tanganku pun mulai turut meraba bagian itu. Kucoba membuka tangkupan dua bibir itu dengan jemariku, dan kulihat jelas liang berwarna merah muda yang begitu indah. Tampaknya sangat hangat dan nyaman didalam sana. Dan kembali aku memberanikan diri mengeksplore lubang itu dengan lidahku. 
Kali ini, kucoba memasukkan lidahku kedalamanya dengan bantuan kedua tanganku yang menyingkap pintu cinta itu. Kali ini, aku benar-benar merasakan aroma yang sangat memabukkan itu, sangat membangkitkan gairahku. Dan dengan segera, aku memainkan lidahku didalam sana, menghisap perlahan, kemudian menghisap kuat, demikian aku mencoba mencari ritme yang tepat dalam menangani bibir terindah ini. 
Aku mencoba memainkan lidahku dengan maksimal disini, sambil tangan kananku merangsang bagian klitoris Bu Chintya. Dan tampaknya dia sangat-sangat menikmatinya. 

Setelah sesaat bermain dengan ritmeku, aku mencoba mengubah pola serangan. Kali ini, bibirku menghisap lembut bagian klitorisnya. Disini lidahku pun turut bermain, kuhisap sambil sesekali menekan bagian itu dengan lidahku. 
Perlahan tapi pasti, aku kemudian memberanikan diri memasukkan telunjuk kananku yang dari tadi sudah memegang erat kulit berwarna kemerahan itu. Dan, ketika seluruh telunjukku tercelup didalamnya, Chintya tiba-tiba mencengkeram kepalaku dengan tangan kanannyanya yang sedari tadi menyangga kepalaku. 

Sejenak aku tiba-tiba tersadar, kali ini aku memasuki daerah privatnya tanpa mohon ijin terlebih dulu. 
Aku sedikit terkejut dan kembali gugup, secara reflek aku segera menarik keluar jariku dari lubang itu, tetapi dengan segera pula Bu Chintya memegang tanganku dengan tangan kirinya. 
Yak, dia mengijinkan jemariku bermain didalamnya, dan tanpa berkata apa-apa, dia membimbing jari nakal ini masuk kedalam miliknya yang sangat berharga itu. 
Sungguh aku dapat melihat raut wajah cantik itu yang kini sedang dibara gairah, aku melihat dia sangat menikmati permainanku, dan dengan sigap pula, aku merangsang kembali daerah klitorisnya dengan bibirku, sembari jemariku mencari-cari daerah G-spotnya didalam sana. 
Tidak butuh waktu lama untuk mendapatkan area paling sensitif itu. Tak lama jariku bermain disana, Chintya semakin membuka lebar pangkal pahanya. Dia kini tidak hanya mendesah dan menatapku nakal. Bu Chintya sudah tidak malu-malu lagi untuk mengerang. Kaki jenjangnya sedikit ditarik keatas, dia sedikit melipat lututnya, suatu tanda bahwa dia sungguh terbuai dalam permainan jemariku. 
Pun demikian, aku pun semakin bergairah, aku semakin cepat menggerakkan jariku didalam sana, kutekan kuat pagian G-Spotnya sambil lidahku terus memainkan klitorisnya, jemari dan lidahku kini sudah masuk gigi 5. Aku semakin cepat dan liar bermain dengan lubang cinta itu. 

Namun tiba-tiba Chintya mengapit erat kepalaku dengan lututnya. Dia menjepit kuat kepalaku sambil tangan kanannya menekannya kedalam. Dan segera setelahnya, aku bisa merasakan tubuh itu terguncang, aku bisa merasakan, tubuhnya sedikit kejang, dan,, aku kembali kaget dibuatnya, seiring dengan teriakan yang keras, tiba-tiba dia menggelinjang hebat, jemariku merasakan ada kedutan hebat didalam sana,,, dan tidak putih bening kemukaku. 
Yess, dia sudah sampai... and she squirt in my face!!
dan aku tidak bisa mengelak sama sekali, secara reflek aku meronta mencoba melepaskan kepalaku, tetapi cengkeraman pahanya terlampau kuat, dan sampai saat ini pula, paha lembut itu masih mencengkeram kuat kepalaku. 
Aku hampir tidak percaya dengan apa yang kualami, Bu Chintya mencapai puncak dan menyemprot mukaku dengan cairan cintanya memabukkan.
Aku sangat terkejut, tetapi sebenarnya aku sangat menikmatinya. Pun begitu Bu Chintya yang sudah terkulai lemas, aku bisa melihat tubuhnya yang masih sedikit gemetar, wajahnya sangat-sangat erotis, sepertinya dia baru saja mengalami orgasme paling dahsyat yang pernah dirasakannya. 

***Aku kemudian beranjak ke sudut ruangan berinisiatif mengambil beberapa lembar tissue, dan mengelap mukaku yang agak lengket, 
“kamu baik2 saja kan cin?” tanyaku sambil berbaring lagi disisinya
“eh,, maaf ya dim, aku sendiri tidak terpikir kalau bakal sampai kaya gitu” tangannya dengan reflek menarik lembar tissue yang kupegang dan segera me-lap bagian pipiku yang ternyata masih sedikit basah.
“tidak apa-apa kok, aku juga menikmatinya”
“serius,, ini pertama kalinya sampai seperti itu, aku benar-benar tidak menyangka sampai seperti itu” jawab Chintya sambil memeluk aku erat.

Dan akhirnya, malam itu kami melanjutkan sesi bimbingan TA dengan bercerita panjang lebar tentang keseharian kami, tentang keluarga kami, tentang kesibukan-kesibukan kami. 
Maklum, pada dasarnya aku dan Bu Chintya masih belum terlalu mengenal satu sama lain.
“jadi, sekarang mamamu masih tinggal di Jakarta bersama suaminya yang baru itu?” tanyaku menanggapi cerita Chintya. 
“begitulah” jawabnya pelan.
“ooh,, beliau punya anak lagikah?”
“nggak sih,, cuma ada suatu hal yang dulu bikin aku nggak nyaman tinggal disana”
“kenapa??”
“well, si om bule itu hypersex.”
“heh?? maniak gitu??”
“yupss. dan aku pernah tinggal bersama mereka selama 2tahun”
“haha.. yang kamu ceritakan waktu kamu SMU itu ya? Trus, apa hubungan antara hypersex dengan ketidaknyamananmu tinggal bersama mereka? Toh si om bule itu kan papa-mu, bukan suamimu?” 
“yahh,, masalahnya bukan cuma hypersex doang dim. dia juga orang naturist. Kalau dirumah mamaku sana, begitu masuk gerbang udah wajib bugil. Itu berlaku buat semua orang yang tinggal disitu.”
“whatsss??? jadi kamu juga ikut2an nudis gitu??”
“nggak cuma saya honeyy, disana dari sopir nyampe tukang kebon juga bugil semua.”
“begitukah?? are u serious??” 
Aku seperti tidak tahu harus menjawab apa lagi. Tampaknya Chintya memang memiliki pengalaman yang luar biasa dalam hidupnya. Dia banyak bercerita tentang masa lalunya, dan tiba-tiba aku merasakan empati yang sangat dalam, sebuah perasaan seolah tidak terasa lagi ada jarak antara kami. 
Seolah seperti sepasang kekasih/sahabat yang sedang berbaring dan sharing berdua

“uhm,, kembali ke masalahmu tadi Cin, emang kalo menurutmu kamu trauma dengan masa lalumu, lalu apa dampaknya di masa sekarang?” aku kembali bertanya mencoba mengenal dosenku itu lebih dekat.
“well, kita bahas topik ini lain kali lagi saja ya dim, kamu belum dapet kan?” katanya sambil kembali memelukku mesra. Tampaknya dia belum ingin membahas sampai sejauh itu, dan akupun harus menghormatinya
“kalau aku sih, asal kamu senang sudah bisa dibilang dapet kok cin. gue ikhlas” jawabku cengengesan
“Dasar mulut buaya!! sekarang kamu sudah berani merayu saya…” sahutnya tersipu sambil mencubit lenganku keras-keras

“Ehmn, Dim, kamu percaya sama aku kan?” lanjut Chintya sambil meraih laci disamping tempat tidur. Aku tidak menjawab dan hanya mengangguk kecil
“okeey,, tangan kamu diikat dulu yaa,,” katanya sambil mengeluarkan seutas kain panjang dan mengikat kedua tanganku ke bagian atas tempat tidur. Aku mulai berpikir aneh-aneh, sejenak aku ingin menolak apa yang dilakukan Bu Chintya padaku. Tapi, aku penasaran juga dengan rencananya, so, ikuti saja deh,, hehe
“aku mau diapain hon?”
“diem ah,, trust me honey” jawabnya sambil kembali mengecup bibirku. Aku sendiri tidak bisa banyak bergerak dengan kedua tangan yang terikat erat diatas kepala, sedangkan tampaknya bibir maut itu akan kembali mengeksekusi titik-titik lemahku. 

Perlahan, Chintya menggeser kembali kecupannya kearah leherku, sedikit cupang panjang disana, dan kemudian turun kearah dada. Bagian ini tampaknya bagian yang paling disukainya, lidahnya yang lembut bermain dengan putingku, sambil kedua tangannya mimijit-mijit bagian samping dadaku. Di babak pertama ini aku sudah mulai bisa merasakan sensasi Chintya. Sebuah teknik-teknik yang baru kutemui dalam bercinta, diselimuti oleh paras yang sungguh-sungguh menggoda. 
Perlahan, dia kembali menggeser posisi bibirnya, kali ini kecupan-kecupan itu diarahkan kebagian samping dadaku, dan, dia bermain dengan ketiakku. Aku meronta keras, kukatakan padanya bahwa ini keterlaluan, “Geli banget Cin, kamu menyiksaku”,, begitu ujarku. Tapi tampaknya Chintya tidak peduli dan terus melancarkan aksinya. 
Dan ternyata teknik yang satu ini juga sangat mengerikan. Rasa geli yang perlahan berubah menjadi sebuah rangsangan yang mahadahsyat. Seiring dengan rabaan-rabaan tangannya yang sedikit memijit, Chintya benar-benar bak seorang sex machine yang istimewa.
Selama beberapa saat Chintya menyiksaku, tampaknya dia sudah cukup puas dan berniat memulai permainannya di bagian bawah. 
“Sudah panas kan?” katanya sambil sambil tersenyum kecil dan memegang batangku yang sudah berdiri keras. 
Dan tanpa banyak bicara lagi, dimasukkannya batang itu kedalam mulutnya. 
Yah, Chintya segera mengulumnya dengan bersemangat, dan dia langsung memainkan ritme permainan oral terdahsyat yang pernah kurasakan. Sesekali setelah lidah hangatnya bermain lincah, dihisapnya batangku kuat-kuat, seolah dia ingin menyedot habis seluruh isinya. 

Sambil terus bermain-main dengannya, tangan Chintya meraih dua bantal disisi kiri tempat tidur, 
“diganjal bantal ya dim” katanya sambil menyusupkan dua bantal itu dibawah pantatku. Aku yang sudah merasa keenakan pun pasrah saja, kuangkat pantatku sesuai dengan apa yang diingininya, dan kini, posisiku agak berasa tidak nyaman, punggung dan pantatku terganjal oleh bantal yang tampaknya cukup tinggi. Aku agak heran sebenarnya apa rencana Chintya, tapi kembali lagi, aku pasrah saja. 
Chintya kemudian mengambil posisi tepat dbawah selakangku, dan kemudian kembali dia memasukan batangku ke bibir mungilnya, tangan kirinya memegang testikelnya dan tangan kanannya memegang pangkal batangku. Aku tidak bisa melihat terlalu jelas apa yang terjadi disana, tapi aku kembali merasakan sensasi yang luar biasa. 
Sejenak setelahnya, aku merasakan kepala penisku bersentuhan dengan bidang yang sangat hangat dan licin, saat itu pula kurasakan sensasi yang luar biasa diujung kemaluanku, sembari kudengar Chintya sedikit batuk-batuk dan mengeluarkan penisku dari mulutnya. 
Dan,, ternyata dia melakukan deep throat. Bu dosen satu ini memang gila, dan ini adalah pengalaman deep throat pertamaku. Dan malam ini Chintya memberiku deep throat tidak hanya sekali, melainkan berkali-kali. 
Sensasi rasanya benar-benar gila, sepertinya aku hampir ejakulasi dibuatnya.

Sesi oral pun berakhir, saat ini Chintya kembali memeluk aku. Tubuhnya yang gemulai bergelayut mesra diatasku “sekarang menu utama yuk,,” begitu bisiknya memanja ditelingaku… 
Sambil tangan kirinya tetap memeluk leherku, Chintya meraih kembali senjataku dan mengarahkannya kebagian pangkal pahanya yang memang sudah berada tepat diatasnya. 
Yah, Chintya memasukkan kepala batangku kedalam lubang yang berhias bulu lembut itu, dan tak lama kemudian dengan sedikit menindihku, seluruh batangku telah bersemayam didalam lubang hangatnya. 
1001 rasa penasaran yang selama ini berkecamuk hilang sudah. Kini aku telah merasakan hangat dan nikmatnya liang itu. Sangat hangat dan rapat, bahkan jika batang kesayanganku itu bisa membauinya, kukira dia pun akan terkesima dengan aroma wanginya.

Chintya pun memagut bibirku sambil sedikit menggoyangkan pinggulnya, tidak naik turun tetapi memutar perlahan. Wew, bahkan teknik goyanganya pun dahsyat, tidak banyak bergerak, tapi dapat kurasakan batangku dipijit dengan sempurna. 
Dan perlahan kusadari, sepertinya pijitan ini tidak hanya bermuara pada goyangan pinggul semata, tetapi tampaknya dinding-dinding kemaluan Chintya turut berperan. Lubang ini menggigit rapat dan dapat kurasakan sedikit berdenyut teratur, ini juga baru kali ini kurasakan. 
Hal ini kusadari ketika Chintya beranjak dan menjamuku dengan posisi duduk. Dengan senjataku yang masih tertancap disana, kurasakan pijitan-pijitan lembut itu walau Chintya tidak banyak menggerakan pinggulnya. 
Dan, aku tidak menyangka bahwa menit-menit kedepan adalah waktu yang tidak akan pernah kulupakan seumur hidupku. Mungkin bila aku bisa memutar balik waktu, aku akan selalu memutar menit-menit itu sambil mengaktifkan fitur slow motion. 
Dengan posisinya yang mendudukiku, Chintya kembali menggoyangkan pinggulnya. 
Kali ini tidak memutar maupun maju mundur, melainkan naik turun. Tubuhnya yang semampai itu seakan menduduki bantalan trampoline. Sekilas aku merasa miris dengan perlakuannya. Dengan sedikit berjongkok, Chintya menarik pangkal pahanya keatas hingga tiga perempat batang penisku keluar dari sarangnya, dan dengan cekatan pula dia menimpanya kembali. Yah, dia mengocok batangku dengan kencang dengan posisi pinggulnya yang naik-turun tajam itu. 
Jujur, aku sedikit takut kalau-kalau dia sedikit meleset dan mematahkan senjataku yang sangat berharga itu. Tapi, kekhawatiran itu segera sirna terhapus sensasi yang kembali kurasakan. 

Chintya memperlakukan senjata yang benar-benar berdiri keras itu seperti mainan, seperti dildo stainless yang tak punya jaringan syaraf, dan kali ini aku benar-benar ingin menyerah dan memuntahkan cairan cintaku, aku tak kuasa mengimbangi wanita cantik yang tiba-tiba menjadi sangat liar ini. Dapat kulihat jelas ekspresi mukanya saat ini, dia tidak hanya sekedar mencoba memuaskanku, dia kembali turn on, dan aku wajib mengimbanginya. 
Tapi semakin aku melihat wajah cantiknya, semakin ingin rasanya aku mengakhiri permainan ini. Whatever, aku memang tidak mampu melayaninya. 
Tapi tiba-tiba, Chintya mengakhiri gerakan naik turun yang dahsyat itu. 
Dia merebahkan tubuhnya, memeluk aku erat, sambil tetap mengocok kencang batangku dengan goyangan pinggulnya super cepat itu. 
Dan tentu saja pada akhirnya aku segera tewas dan mengakhiri pertahananku. Aku benar-benar tidak tahan dengan perlakuannya, dan kali ini aku benar-benar tak bisa berkutik dan harus menyerah kalah

Chintya tengah memelukku erat sambil sambil mengggoyangkan pinggulnya maju-mundur dengan cepat saat batangku mulai kejang-kejang. 
Pinggul indah itu bergerak dengan kerasnya seolah penisku hanya mainan tak bernyawa.
Dan seiring dengan dengan senjataku yang mulai muntah dan mengaku kalah, ritme goyangan Chintya perlahan-lahan mulai melambat, dan dapat kurasakan kembali cengeraman pahanya yang mulai bergetar, seiring dengan kedutan ringan yang memijit lembut kemaluanku yang masih tertanam didalamnya. Dan perlahan-lahan, lubang menakjubkan itu mencengkeram penisku sangat erat. Ternyata, Chintya pun mendapatkan orgasme untuk yang kedua kalinya… 
Yah, liang hangat itu seakan menyedot batangku dengan kerasnya seiring dengan bobolnya pertahananku. 
Dan kembali aku menangkap ekspresi muka cantik Chintya yang seolah mengatakan bahwa dia baru saja mendapatkan orgasme yang hebat.
Selama beberapa saat tubuh indah itu bergetar lemah diatas tubuhku, dan tak lama kemudian sosok cantik itu benar-benar lemas tak berdaya.
Perlahan-lahan, Chintya menggeser tubuhnya sambil melepaskan liang terindahnya dari kemaluanku dengan hati-hati. 
Tanpa berkata apa-apa, dia membaringkan tubuh indahnya disampingku, dan tak lama kemudian, idola dari segala idola itu sudah terbaring lelap disisiku

Dan aku kembali terdiam seakan tidak percaya dengan apa yang sudah terjadi. Aku hanya bisa termangu, mencoba meyakinkan diri bahwa apa yang terjadi malam ini bukanlah mimpi. 
Dalam hatiku, terbentu sebuah perasaan yang tidak bisa didefinisikan. Ada sebuah kepuasan yang tidak pernah tertandingi, bercampur rasa tidak percaya yang masih menghantui.
Dan akhirnya aku hanya bisa terheran-heran sambil berusaha melepaskan tali yang masih mengikat erat tanganku. 
Sungguh malam terdahsyat yang pernah kualami.
Cerita Dewasa Paling Seru