kumpulan cerita dewasa hot, cerita dewasa seru, cerita ngentot, cerita ML, cerita sexs seks,dan cerita dewasa terbaru update terbaru dari www.alamatkonyol.blogspot.com
Pesta Seks di Pulau Terpencil. Teman2ku, Sintia dan Dina mengajak aku ke pulau, nginep semalem. Mereka akan membawa pasangan masing2, sedang aku gak punya pasangan. “Nanti di pulau ada senior trainer untuk snorkeling dan diving, orangnya 40an, ganteng dan tegap badannya. Tipe kamu banget deh Nes. Kamu bisa partneran sama dia”, kata Dina. “Iya, kalo gak aku bengong, sedang kalian berdua asik dengan pasangan masing2″, jawabku. Ketika di Marina Ancol setelah makan siang, aku dikenalkan Dina dengan mas Anto, trainer yang dia sebutkan itu.
Orangnya ganteng juga dan perawakannya tegap, maklumlah untuk olahraga air seperti itu perlu stamina yang tinggi, apalagi dia harus mengajari orang yang akan melakukan diving, kalo snorkeling katanya relatif mudah. “Mas, staf pulau ya”, kataku membuka pembicaraan, ketika speedboat meluncur meninggalkan Marina. “Oh enggak, aku hanya bantu pulau untuk acara diving dan snorkeling. Kalo ada permintaan, pulau akan kontak aku. Ines senang diving?” “Belon pernah mas, susah ya kalo mo diving. Temenku juga pada belon pernah diving”. “Kalo gitu kita snorkeling aja, gak susah kok, cuma ngambang sambil menikmati panorama bawah laut. Di pulau ada lokasi yang sangat indah untuk snorkeling. Kalo mau diving sedikit sambil snorkeling juga bisa, gak dalem kok lautnya”. “Kalo diving kan butuh peralatan, mas”. “Gak usah, dilokasi snorkeling lautnya gak dalem, tahan napas sebentar bisa kok nyilem sedikit. Nanti deh aku ajari”. Cuaca sangat cerah, laut sepertinya tanpa ombak sehingga perjalanan menuju ke pulau tanpa hambatan apa2. Sesampai di pulau ke 2 temanku langsung cek in ke cottage masing2 dengan pasangannya. Kami mendapatkan cottage yang terapung di laut, letaknya agak berjauhan. Aku dapat cottage yang paling menjorok ke laut. Segera aku cuma mengenakan bikini ku karena mas Anto sudah menunggu untuk snorkeling. Mas Anto membelalak melihat bodiku yang tertutup bikini yang minim itu. Toketku seakan mau tumpah dari bra bikiniku yang aga kekecilan. “Nes kamu seksi amat”. Aku hanya tersenyum mendengarnya.
Dia memberiku kacamata snorkeling yang ada perati untuk bernapas. aku gak tau ke2 temanku lagi ngapain sama pasangannya. Mula2 kita latihan dulu di kolam renang untuk membiasakan diri dengan kacamata snorkeling itu dan sepatu kataknya. “Kamu mau diving sedikit gak Nes, kalo mau gak usah pake pelampung”. “Iya deh mas, mau. Gak dalem kan lautnya”. “Temen2 kamu gak mau ikutan snorkeling”. “Gak tau pada kemana, kalo udah sama cowoknya masing2 ya asik sendiri lah, Ines sama mas aja, gak punya cowok sih”. “Masak sih, kamu kan cantik, seksi lagi, masak gak ada cowok yang mau, aku aja mau kok”.
Dia mulai menggodaku. Aku hanya tersenyum mendengar celetukan usilnya. Kami mulai latihan di kolam renang. Setelah aku terbiasa dengan kaca mata itu, aku diajaknya ke lokasi diantar dengan speedboat pulau. Sampai dilokasi, aku langsung nyebur ke laut ditemani mas Anto, sedang speedboat kembali ke pulau, dijanjikan akan dijemput lagi setelah kami puas ber snorkeling.
Pemandangan bawah airnya indah sekali, jauh lebih indah katimbang ngeliat di akuarium laut. Tidak puas hanya snorkeling saja, mas Anto mengajakku sedikit diving. Aku diajarinya sebentar untuk bagaimana menahan napas, kemudian kami menyelam. Aku bisa lebih dekat dengan objek yang kulihat dari permukaan. Karena gak bisa menahan napas lama, sebentar2 aku harus kepermukaan untuk menahan napas. Tapi menyenangkanlah bersama mas Anto di laut.
Mas Antopun mulai usil, beberapa kali toketku sengaja digesek dengan lengannya. Aku kembali tersenyum membiarkan. Dia makin berani, toketku malah dirabanya. “Nes, kamu napsuin deh”, katanya to the point. “Masak sih mas napsu ngeliat Ines”. “Iya lah Nes, toket kamu montok banget, aku pengen ngeremes jadinya”, katanya sambil langsung meremes toketku. “Mas…”, keluhku. “Tuh yang jemput sudah dateng”. Aku gak tau berapa lama, kita main2 dilaut, tapi kayanya matahari sudah condong ke barat ketika kami sampai di pulau.
Mas Anto mengajakku ke kolam renang lagi untuk main air. Di kolam renang, Dina dan Sintia sedang main air juga dengan pasangannya masing2, mereka juga pake bikini yang seksi. Terutama Dina yang toketnya paling besar dari kami bertiga. Cowoknya tanpa sungkan meremas2 toket Dina, Dina hanya cekikikan aja. Juga Sintia yang diremas2 oleh cowoknya. Karena kami ke pulau ketika week day, maka di pulau tidak ada tamu lain selain kita. “Darimana Nes”, tanya Sintia.
“Aku snorkeling sama mas Anto, asik deh”. “Kok gak ngajak2″, protes Dina. “Aku nunggu kalian gak keluar2 dari cottage, makanya ditinggal. Tapi kalo ada kalia malah mengganggu aku dan mas Anto”. Kami main2 dikolam sampe lewat magrib, mas Antopun dengan napsunya meremas2 toketku terus. Aku membalas dengan meremas kon tolnya. Terasa kon tolnya sudah keras sekali dibalik celana pendek gombrongnya. Yang mengejutkanku ukurannya, terasa besar sekali dan panjang, kon tol kesukaanku.
“Mas besar sekali”, bisikku. “Mau ngerasain Nes, belon pernah ya ngerasain yang besar seperti punyaku”, jawabnya sambil berbisik juga. Karena sudah gelap, kami balik ke cottage masing2, mas Anto ikut ke cottageku walaupun pulau menyediakan kamar untuknya diperumahan staf. Dia duduk saja di teras yang menghadap ke laut, sementara aku mandi. Aku mengenakan celana super pendek dan bra bikini. Dia tetap saja memakai celana gombrongnya walaupun basah. Kita langsung menuju ke ruang makan karena perut sudah keroncongan. Kami makan malem sembari ngobrol dan becanda2.
Mas Anto mengelus2 pahaku terus. Paha kukangkangkan. Aku jadi menggeliat2 karena rabaannya pada paha bagian dalam, “Aah”, erangku, karena napsuku mulai naik. “Kenapa Nes, napsu ya”, katanya. “Tangan mas nakal sih”, kataku terengah. “Abis kamu napsuin sih”, jawabnya dengan tetap ngelus2 pahaku, elusannya makin lama makin naik ke atas.
Kini tangannya mulai meraba dan meremes no nokku dari luar celana pendekku, Aku semakin terangsang karena ulahnya, “Aku jadi napsu nih”, bisikku. Baiknya temen2ku sudah selesai makan dan ngajak karaokean. Aku terbebas dari elusan mas Anto. Di ruang karaoke, kami nyanyi2 bergantian. Bosen karaoke, mas Anto minta dvd sama operator karaoke dan memutarnya, ternyata film biru.
Asiknya ceweknya tampang melayu, cowoknya bule. Mereka maennya di kolam renang. Mulai dari ngelus, ngeremes, ngemut sampe akhirnya ngenjot dalam berbagai posisi. Mas anto kembali menggerayangi toketku. Kulihat temen2ku sudah tenggelam dalam pelukan pasangannya masing2. Gak lama kemudian Dina keluar ruang, diikuti dengan Sintia. Pastinya mereka akan meneruskan acara di cottage masing2. Mas Anto berbisik, “Kekamar aja yuk Nes”.
Aku ikut saja ketika tanganku ditariknya, sambil berpelukan kita menuju ke cottageku. Di cottage, mas Anto membereskan teras, dipan yang ada diteras dihampari selimut sebagai alas. Dia mengambil bantal dari kamar dan mematikan lampu teras. Suasana reman2 karena hanya disinari lampu dari kamar. Romantis sekali suasananya karena hanya terdengar demburan ombak dan terasa sekali2 ada angin membelai badan.
Aku berbaring di dipan yang sempit sehingga agak berdesakan dengan mas Anto. Dia terus meremas-remas gundukan di selangkanganku. Aku merespon dengan gerakan pinggulku yang
menekan-nekan tangannya. Perlahan-lahan celana pendekku dilbukanya, aku mengangkat pantatku supaya celana itu mudah dilepaskan. Terasa jarinya mulai menelusuri CDku. Dia meremas kembali gundukan yang kini hanya terlindung oleh cd.
Kemudian jarinya menguak cdku dari samping. Jari
tengahnya dengan trampil mencari belahan no nokku. Jari tengahnya mulai menelusuri kehangatan sekaligus kelembaban di balik jembut keritingku yang lebat. Sampai akhirnya mendarat di i tilku. Daging kecil itu sudah mengeras. Dia segera berkosentrasi pada bagian itu. Aku tidak mampu menahan kenikmatan akibat gelitikan jarinya di i tilku. Aku makin erat memeluknya dan dia makin intensif memainkan jariku di i tilku. Aku tidak bisa memperkirakan berapa lama jarinya bermain di
i tilku. Akhirnya aku mengejang.
Aku nyampe. “Mas, belum apa2 Ines dah nyampe. Hebat ih permainan jarinya mas. Apalagi kon tol mas ya”, kataku terengah. Dia mengangkangkan pahaku dan terasa hembusan napasnya yang hangat di pahaku. Dia mulai menjilati pahaku, dari bawah bergerak perlahan keatas sambil digigit2nya pelan. Aku menggigil menahan geli saat lidahnya menyelisuri pahaku. “Mas pinter banget ngerangsang Ines, udah biasa ngerangsang cewek ya”, kataklu terengah. CD ku yang minim itu dengan mudah dilepasnya, demikian pula bra bikiniku dan tak lama kemudian terasa lidahnya menghunjam ke no nokku yang sudah sangat basah.
Aku hanya pasrah saja atas perlakuannya, aku hanya bisa mengerang karena rangsangan pada no nokku itu. Lidahnya menyusup ke dalam no nokku dan mulai bergerak keatas. Aku makin mengejang ketika dia mulai menjilati i tilku. “Ines sudah pengen dien tot”, aku mengerang saking napsunya. Dia menghentikan aksinya, kemudian memelukku dan mencium bibirku dengan napsunya. Lidahnya menerobos bibirku dan mencari lidahku, segera aku bereaksi yang sama sehingga lidah kami saling membelit didalam mulutku.
Pelukannya makin erat. Terasa ada sesuatu yang mengganjal diperutku, kon tolnya rupanya sudah ngaceng berat. Tangannya mulai bergerak kebawah, meremas pantatku, sedang tangan satunya masih ketat mendekapku. Aku menggelinjang karena remasan dipantatku dan tekanan kon tolnya yang ngaceng itu makin terasa diperutku. “Aah”, lenguhku sementara bibirku masih terus dikulumnya dengan penuh napsu juga.
Lidahnya kemudian dikeluarkan dari mulutku, bibirku dijilati kemudian turun ke daguku. Tangannya bergeser dari pantatku ke arah no nokku, “Aah”, kembali aku mengerang ketika jarinya mulai mengilik no nokku. Lidahnya mengarah ke leherku, dijilatinya sehingga aku menggeliat2 kegelian. Sementara itu jarinya mulai mengelus2 no nokku yang sudah sangat basah itu dan kemudian kembali menjadikan i tilku sasaran berikutnya.
Digerakkannya jarinya memutar menggesek i tilku. Aku menjadi lemes dipelukannya. “Nes, jembut kamu lebat sekali, gak heran napsu kamu gede banget. Dikilik sebentar aja udah basah begini, padahal baru nyampe”, katanya sambil mengangkangkan pahaku lagi. Dia membuka celananya, sekaligus dengan cdnya. Ternyata kon tolnya besar dan panjang, berdiri tegak karena sudah ngaceng berat. Aku ditariknya bangun kemudian disuruh menelungkup ditembok teras.
Dia memposisikan dirinya dibelakangku, punggungku didorong sedikit sehingga aku menjadi lebih nungging. Pahaku digesernya agar lebih membuka. Aku menggelinjang ketika merasa ada menggesek2 no nokku. no nokku yang sudah sangat licin itu membantu masuknya kon tol besarnya dengan lebih mudah.
Kepala kon tolnya sudah terjepit di no nokku. Terasa sekali kon tolnya sesek mengganjal di
selangkanganku. “Aah, gede banget kon tol mas”, erangku. Mas Anto diam saja, malah terus mendorong kon tolnya masuk pelan2. Aku menggeletar ketika kon tolnya masuk makin dalam. Nikmat banget rasanya kemasukan kon tolnya yang besar itu. Pelan2 dia menarik kon tolnya keluar dan didorongnya lagi dengan pelan juga, gerakan keluar masuk kon tolnya makin cepat sehingga
akhirnya dengan satu hentakan kon tolnya nancep semua di no nokku. “Aah, enak banget kon tol mas”, jeritku. “No nokmu juga peret banget Nes. Baru sekali aku ngerasain no nok seperet no nokmu”, katanya sambil mengenjotkan kon tolnya keluar masuk no nokku.
“Huh”, dengusku ketika terasa kon tolnya nancep semua di no nokku. Terasa biji pelernya menempel ketat di pantatku. No nokku terasa berdenyut meremes2 kon tolnya yang nancep dalem sekali karena panjangnya. Tangannya yang tadinya memegang pinggulku mulai meremes toketku dengan gemesnya. Aku menjadi menggelinjang karenanya, sementara itu enjotan keluar masuk kon tolnya makin dipercepat. Tubuhku makin bergetar merasakan gesekan kon tolnya di no nokku. “Enak , enjotin yang keras, aah, nikmatnya”, erangku gak karuan. Keluar masuknya kon tolnya di no nokku makin lancar karena cairan no nokku makin banyak, seakan menjadi pelumas kon tolnya. Dia menelungkup dibadanku dan mencium kudukku.
Aku menjadi menggelinjang kegelian. Pinter banget dia merangsang dan memberi aku nikmat yang luar biasa. Toketku dilepaskannya dan tangannya menarik wajahku agar menengok ke belakang, kemudian bibirku segera diciumnya dengan napsunya. Lidahnya kembali menyusup kedalam mulutku dan membelit lidahku. Tangannya kembali meneruskan tugasnya meremes2 toketku. Sementara itu, kon tolnya tetep dienjotkan keluar masuk dengan cepat dan keras.
Jembutnya yang kasar dan lebat itu berkali2 menggesek pantatku ketika kon tolnya nancep semuanya di no nokku. Aku menjadi mengerang keenakan berkali2, ini menambah semangatnya untuk makin mgencar mengenjot no nokku. Pantatku mulai bergerak mengikuti irama enjotan kon tolnya. Pantatku makin cepat bergerak maju mundur menyambut enjotan kon tolnya sehingga rasanya kon tolnya nancep lebih dalem lagi di no nokku. “Terus , enjot yang keras, aah nikmat banget deh dien tot mas”, erangku. Dia makin seru saja mengenjot no nokku dengan kon tolnya. Aku tersentak.
Perutku terasa kejang menahan kenikmatan yang luar biasa. Bibirku kembali dilumatnya, aku membalas melumat bibirnya juga, sementara gesekan kon tolnya pada no nokku tetep saja terjadi. Akhirnya aku tidak dapat menahan rangsangan lebih lama, no nokku mengejang dan “Ines nyampe aah”, teriakku. no nokku berdenyut hebat mencengkeram kon tolnya sehingga akhirnya, kon tolnya mengedut mengecretkan pejunya sampe 5 semburan.
Terasa banget pejunya yang anget menyembur menyirami no nokku. Kon tolnya terus dienjotkan keluar masuk seiring ngecretnya pejunya. Napasku memburu, demikian juga napasnya. “Nes, gak apa2 kan aku ngecret didalem no nok kamu”, katanya. “Gak apa2 kok mas, Ines punya obat biar gak hamil”. Kon tolnya terlepas dari jepitan no nokku sehingga terasa pejunya ikut keluar mengalir di pahaku. Dia segera berbaring didipan. “Nes, nikmat banget deh no nok kamu, peret dan empotannya kerasa banget”, katanya. “Mas sudah sering ngen totin abg ya, ahli banget bikin Ines nikmat. “, jawabku sambil menelentangkan badanku disebelahnya. “Paling sama customer yang ngundang aku ke pulau seperti kamu gini. Ya aku milih yang bag lah, kalo sepantaran aku mana asik”, jawabnya.
Mas Anto bangun dan masuk kamar mandi. Dia rupanya sedang membersihkan dirinya karena sejak abis berenang di laut dia belum mandi, sementara aku masih saja telentang di dipan menikmati sisa2 kenikmatan yang baru saja aku rasakan. Dia keluar dari kamar mandi, duduk disampingku yang terkapar telanjang bulat. “Kamu bener2napsuin deh Nes, toket kamu gede dan kenceng, mana pentilnya gede lagi”, katanya. Aku hanya tersenyum mendengar ocehannya. “Aku paling suka liat jembut kamu, lebat banget sih.
Aku paling napsu ngeliat cewek kayak kamu ini, toketnya gede kenceng dan jembutnya lebat, nikmat banget dien totnya,” katanya lagi. Dia berbaring disebelahku dan memelukku, “Nes, aku pengen lagi deh”, katanya. Aku kaget juga dengernya, baru aja ngecret udah napsu lagi, tapi aku suka lelaki kaya begini, udah kon tolnya gede dan panjang, kuat lagi ngen totnya. Dia mulai menciumi leherku dan lidahnya menjilati leherku. Aku menggelinjang dan mulai terangsang juga. Bibirku segera diciumnya, lidahnya kembali menyusup kedalam mulutku dan membelit lidahku.
Sementara itu tangannya mulai meremes2 toketku dengan gemes. Dia melepaskan bibirku tetapi lidahnya terus saja menjilati bibirku, daguku, leherku dan akhirnya toketku. Pentilku yang sudah mengeras dijilatinya kemudian diemutnya dengan rakus. Aku menggeliat2 karena napsuku makin memuncak juga. “Aah, mas napsu banget sih, tapi aku suka banget”, erangku. Toketku yang sebelah lagi diremes2nya dengan gemes. Jari2nya menggeser kebawah, keperutku, Puserku dikorek2nya sehingga aku makin menggelinjang kegelian.
Akhirnya jembutku dielus2nya, tidak lama karena kemudian jarinya menyusup melalui jembutku mengilik2 no nokku. Pahaku otomatis kukangkangkan untuk mempermudah dia mengilik no nokku. “Aah”, aku melenguh saking nikmatnya. Dia membalik posisinya sehingga kepalanya ada di no nokku, otomatis kon tolnya yang sudah ngaceng ada didekat mukaku. Sementara dia mengilik no nok dan i tilku dengan lidahnya, kon tolnya kuremes dan kukocok2, keras banget kon tolnya. Kepalanya mulai kujilati dan kuemut pelan, lidahnya makin terasa menekan2 i tilku sehingga pantatku terangkat dengan sendirinya.
Enggak lama aku mengemut kon tolnya sebab dia segera membalikkan badannya dan menelungkup diatasku, kon tolnya ditancapkannya di no nokku dan mulai ditekennya masuk kedalam. Setelah nancep semua, mas Anto mulai mengenjotkan kon tolnya keluar masuk dengan cepat dan keras. Bibirku kembali dilumatnya dengan penuh napsu, sementara itu terasa banget kon tolnya mengisi seluruh ruang no nokku sampe terasa sesek. Nikmat banget ngen tot sama dia. Aku menggeliat2kan pantatku mengiringi enjotan kon tolnya itu.
Cukup lama dia mengenjotkan kon tolnya keluar masuk, tiba2 dia berhenti dan mencabut kon tolnya dari no nokku. Dia turun dari dipan
dan duduk di kursi yang ada didekat dipan, aku dimintanya untuk duduk dipangkuannya mengangkang diantara kedua kakinya. Dia memelukku dengan erat. Aku sedikit berdiri supaya dia bisa mengarahkan kon tolnya yang masih ngaceng itu masuk ke no nokku. Aku menurunkan badanku sehingga sedikit2 kon tolnya mulai ambles lagi di no nokku. Aku menggeliat merasakan nikmatnya kon tolnya mendesak masuk no nokku sampe nancep semuanya. Jembutnya menggesek jembutku dan biji pelernya terasa menyenggol2 pantatku. Aku mulai menaik turunkan badanku
mengocok kon tolnya dengan no nokku.
Dia mengemut pentilku sementara aku aktif bergerak naik turun. Nikmat banget, kayanya lebih nikmat dari tadi. “Aah, enak banget deh, lebih nikmat dari yang tadi”, erangku sambil terus menurun naikkan badanku mengocok kon tolnya yang terjepit erat di no nokku. No nokku mulai berdenyut lagi meremes2 kon tolnya, gerakanku makin liar, aku berusaha menancepkan kon tolnya sedalam2nya di no nokku sambil mengerang2. Tangannya memegang pinggulku dan membantu agar aku terus mengocok kon tolnya dengan no nokku. Aku memeluk lehernya supaya bisa tetep mengenjot kon tolnya, denyutan no nokku makin terasa kuat, dia juga melenguh saking nikmatnya, “Nes, empotan no nokmu kerasa banget deh, mau deh aku ngen tot ama kamu tiap hari”.
Akhirnya aku gak bisa menahan rangsangan lebih lama dan “Ines nyampe, aah”, teriakku dan kemudian aku terduduk lemas dipangkuannya. Hebatnya dia belum ngecret juga, kayanya ronde kedua membuat dia bisa ngen tot lebih lama. “Cape Nes”, tanyanya tersenyum sambil terus memelukku. “He eh”, jawabku singkat.
Pelan mas anto mengangkat badanku dari pangkuannya sehingga aku berdiri, kon tolnya lepas dari jepitan no nokku. kon tolnya masih keras dan berlumuran cairan no nokku. Kembali aku dimintanya nungging didipan, doyan banget dia dengan doggie style. Aku sih oke aja dengan gaya apa saja karena semua gaya juga nikmat buat aku. Dia menjilati kudukku sehingga aku menggelinjang kegelian, perlahan jilatannya turun ke punggung. Terus turun ke pinggang dan akhirnya sampe dipinggulku. Otot perutku terasa tertarik karena rangsangan jilatan itu. Mulutnya terus menjilati, yang menjadi sasaran sekarang adalah pantatku, diciuminya dan digigitnya pelan.
Apalagi saat lidahnya mulai menyapu daerah sekitar lubang pantatku. Geli rasanya. Jilatannya turun terus kearah no nokku, kakiku dikangkangkannya supaya dia bisa menjilati no nokku dari belakang. Aku lebih menelungkup sehingga pantatku makin menungging dan no nokku terlihat jelas dari belakang. Dia
menjilati no nokku, sehingga kembali aku berteriak2 minta segera dien tot, “nakal deh mas, ayo dong Ines cepetan dien totnya”. Dia berdiri dan memposisikan kon tolnya dibibir no nokku dan dienjotkannya kedalam dengan keras sehingga nancep semua dengan sekali enjotan. Dia mulai mengenjot no nokku dengan kon tolnya, makin lama makin cepat. Aku kembali menggeliat2kan pantatku mengimbangi enjotan kon tolnya dino nokku.
Jika dia mengejotkan kon tolnya masuk aku mendorong pantatku kebelakang sehingga menyambut kon tolnya supaya nancep sedalam2nya di no nokku. Toketku berguncang2 ketika dia mengenjot no nokku. Dia meremes2 toketku dan memlintir2 pentilnya sambil terus mengenjotkan kon tolnya keluar masuk. “Terus mas, nikmat banget deh”, erangku lagi. Enjotan berjalan terus, sementara itu aku mengganti gerakan pantatku dengan memutar sehingga efeknya seperti meremes kon tolnya.
Dengan gerakan memutar, i tilku tergesek kon tolnya setiap kali dia mengenjotkan kon tolnya masuk. Denyutan no nokku makin terasa keras, diapun melenguh, “Nes, nikmat banget empotan no nok kamu”. Akhirnya kembali aku kalah, aku nyampe lagi dengan lenguhan panjang, “Aah nikmatnya, Ines nyampeee”. Otot perutku mengejang dan aku ambruk ke dipan karena lemesnya.
Aku ditelentangkan di dipan dan segera mas Anto menaiki tubuhku yang sudah terkapar karena lemesnya. Pahaku dikangkangkannya dan segera dia menancapkan kembali kon tolnya di no nokku. Kon tolnya dengan mudah meluncur kedalam sehingga nancep semuanya karena no nokku masih licin karena cairan yang berhamburan ketika aku nyampe. Dia mulai mengenjotkan lagi kon tolnya keluar masuk. Hebat sekali staminanya, kayanya gak ada matinya ni orang. Aku hanya bisa terkapar menikmati sisa kenikmatan dan rangsangan baru dari enjotan kon tolnya.
Dia terus mengejotkan kon tolnya dengan cepat dan keras. Dia kembali menciumi bibirku, leherku dan dengan agak membungkukkan badan dia mengemut pentilku. Sementara itu enjotan kon tolnya tetap berlangsung dengan cepat dan keras. Aku agak sulit bergerak karena dia agak menindih badanku, keringatku sudah bercampur aduk dengan keringatnya. Enggak tau sudah berapa lama dia mengen toti ku sejak pertama tadi. Dia menyusupkan kedua tangannya kepunggungku dan menciumku lagi.
Kon tolnya terus saja dienjotkan keluar masuk. Perutku mengejang lagi, aku
heran juga kok aku cepet banget mau nyampe lagi dien tot dia. Aku mulai menggeliatkan pantatku, kuputar2 mengimbangi enjotan kon tolnya. No nokku makin mengedut mencengkeram kon tolnya, pantatku terkadang terangkat menyambut enjotannya yang keras, sampe akhirnya, “terus mas, yang cepet, Ines udah mau nyampe lagi”, teriakku. Dia dengan gencarnya mengenjotkan kon tolnya
keluar masuk dan, “Aah Ines nyampe lagi”, aku berteriak keenakan. Berbarengan dengan itu terasa sekali semburan pejunya yang kuat di no nokku. Diapun ngecret dan ambruk diatas badanku.
Kami sama2 terkulai lemes, lebih2 aku karena aku udah nyampe 3 kali sebelum dia akhirnya ngecret dino
nokku. ” Mas kuat banget deh ngen totnya, mana lama lagi. Nikmat banget ngen tot ama mas. Kapan mas ngen totin Ines lagi”, kataku. Dia tersenyum mendengar sanjunganku. “Kalo ada kesempatan ya aku sih mau aja ngen totin kamu. No nok kamu yang paling nikmat dari semua cewek yang pernah aku en tot”, jawabnya memuji.
Kita pindah kedalem kamar. Aku terkapar telanjang karena nikmat dan tak lama lagi tertidur. Paginya aku terbangun karena mas Anto memelukku. Kayanya sarapan pagi bakalan ngerasain kon tolnya lagi keluar masuk no nokku. “Nes, aku pengen ngerasain empotan no nok kamu lagi ya, boleh kan”, katanya. Dia lalu berbaring telentang di ranjang, lalu aku mulai jongkok di atasnya dan menciumi nya, tangannya mengusap-usap punggungku. Bibirnya kukulum, “Hmmmhh… hmmhhh…” dia mendesah-desah.
Setelah puas melumat bibir dan lidahnya, aku mulai bergerak ke bawah, menciumi dagunya, lalu lehernya. Kuciumi dadanya. “Hmmmhhh… aduh Nes enak ..” rintihnya. Dia terus mendesah sementara aku mulai menciumi perutnya, lalu pusarnya, sesekali dia berteriak kecil kegelian. Akhirnya , kon tolnya yang sudah ngaceng berat kupegang dan kukocok2, “Ahhhhh… Hhhh….Hmmhmh… Ohhh …” dia cuman bisa mendesah doang. Kon tolnya langsung kukenyot-kenyot, sementara dia meemas-remas rambutku saking enaknya, “Ehmm… Ehmm…” Mungkin sekitar 5 menitan aku ngemut kon tolnya, kemudian aku bilang, “sekarang giliran mas yach?” Dia cuma tersenyum, lalu bangkit sedangkan aku sekarang yang ganti tiduran. Dia mulai nyiumin bibirku, kemudian leherku sementara tangannya meraba-raba toketku dan diremasnya.
“Hmhmhhm… Hmhmhmh…” ganti aku yang mendesah keenakan. Apalagi ketika dia menjilati pentilku yang tebal dan berwarna coklat tua. Setelah puas melumat pentilku bergantian, dia mulai menjilati perutku. Dia langsung menciumi no nokku dengan penuh napsu, otomatis pahaku mengangkang supaya dia bisa mudah menjilati no nok dan i tilku. “Ahh.. Ahhhh…” aku mengerang dan mendesah keras keenakan. Sesekali kudengar “slurrp… slurrp…” dia menyedot no nokku yang sudah mulai basah itu. “Ahhhh… Enak …”, desahan ku semakin keras saja karena merasa nikmat, seakan tidak peduli kalau terdengar orang di luar. Napsuku sudah sampe ubun2, dia kutarik untuk segera menancapkan kon tol besarnya di no nokku yang sudah gatel sekali rasanya, pengen digaruk pake kon tol.
Pelan-pelan dia memasukkan kon tolnya ke dalam no nokku. dengan satu enjotan keras dia menancapkan seluruh kon tolnya dalam no nokku. “Uh… uhhh….aahh…nikmat banget” desahku ketika dia mulai asyik menggesek-gesekkan kon tolnya dalam no nokku. Aku menggoyang pinggulku seirama dengan keluar masuknya kon tolnya di no nokku. Dia mempercepat gerakannya. Gak lama dienjot aku sudah merasa mau nyampe, “Ah…Ines sepertinya mau… ahhh…” dia malah mempergencar enjotan kon tolnya dino nokku, “Bareng nyampenya ya Nes, aku juga dah mau ngecret”, katanya terengah.
Enjotan kon tolnya makin cepat saja, sampe akhirnya, “Ines nyampe aah”, badanku mengejang karena nikmatnya, terasa no nokku berdenyut2 meremas kon tolnya sehingga diapun menyodokkan kon tolnya dengan keras, “Nes, aku ngecret aah”, terasa semburan pejunya yang deres dino nokku. Dia terkapar lemes diatas badanku, demikian pula aku.
Habis makan pagi, kita siap2 untuk kembali ke Marina
Home → Arsip Untuk Februari 2013
cerita Dewasa paling hot | ML di pulau terpencil
kumpulan cerita dewasa hot, cerita dewasa seru, cerita ngentot, cerita ML, cerita sexs seks,dan cerita dewasa terbaru update terbaru dari www.alamatkonyol.blogspot.com
Pemerkosaan 3 orang Gadis
Cerita Dewasa | diperkosa 3 orang gadis
kumpulan cerita dewasa hot, cerita dewasa seru, cerita ngentot, cerita ML, cerita sexs seks,dan cerita dewasa terbaru update terbaru dari www.alamamatkonyol.blogspot.com
Diperkosa Tiga Orang Gadis
Sebenarnya aku tidak istimewa, wajahku juga tidak terlalu tampan, tinggi dan bentuk tubuhku juga biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa dalam diriku. Tapi entah kenapa aku banyak disukai wanita. Bahkan ada yang terang-terangan mengajakku berkencan. Tapi aku tidak pernah berpikir sampai ke sana. Aku belum mau pacaran. Waktu itu aku masih duduk di bangku kelas dua SMA. Padahal hampir semua teman-temanku yang laki, sudah punya pacar. Bahkan sudah ada yang beberapa kali ganti pacar. Tapi aku sama sekali belum punya keinginan untuk pacaran. Walau sebenarnya banyak juga gadis-gadis yang mau jadi pacarku.
Waktu itu hari Minggu pagi. Iseng-iseng aku berjalan-jalan memakai pakaian olah raga. Padahal aku paling malas berolah raga. Tapi entah kenapa, hari itu aku pakai baju olah raga, bahkan pakai sepatu juga. Dari rumahku aku sengaja berjalan kaki. Sesekali berlari kecil mengikuti orang-orang yang ternyata cukup banyak juga yang memanfaatkan minggu pagi untuk berolah raga atau hanya sekedar berjalan-jalan menghirup udara yang masih bersih.
Tidak terasa sudah cukup jauh juga meninggalkan rumah. Dan kakiku sudah mulai terasa pegal. Aku duduk beristirahat di bangku taman, memandangi orang-orang yang masih juga berolah raga dengan segala macam tingkahnya. Tidak sedikit anak-anak yang bermain dengan gembira.
Belum lama aku duduk beristirahat, datang seorang gadis yang langsung saja duduk di sebelahku. Hanya sedikit saja aku melirik, cukup cantik juga wajahnya. Dia mengenakan baju kaos yang ketat tanpa lengan, dengan potongan leher yang lebar dan rendah, sehingga memperlihatkan seluruh bahu serta sebagian punggung dan dadanya yang menonjol dalam ukuran cukup besar. Kulitnya putih dan bersih celana pendek yang dikenakan membuat pahanya yang putih dan padat jadi terbuka. Cukup leluasa untuk memandangnya. Aku langsung berpura-pura memandang jauh ke depan, ketika dia tiba-tiba saja berpaling dan menatapku.
"Lagi ada yang ditunggu?", tegurnya tiba-tiba.
Aku terkejut, tidak menyangka kalau gadis ini menegurku. Cepat-cepat aku menjawab dengan agak gelagapan juga. Karena tidak menduga kalau dia akan menyapaku.
"Tidak.., Eh, kamu sendiri..?", aku balik bertanya.
"Sama, aku juga sendirian", jawabnya singkat.
Aku berpaling dan menatap wajahnya yang segar dan agak kemerahan. Gadis ini bukan hanya memiliki wajah yang cukup cantik tapi juga punya bentuk tubuh yang bisa membuat mata lelaki tidak berkedip memandangnya. Apalagi pinggulnya yang bulat dan padat berisi. Bentuk kakinya juga indah. Entah kenapa aku jadi tertarik memperhatikannya. Padahal biasanya aku tidak pernah memperhatikan wanita sampai sejauh itu.
"Jalan-jalan yuk..", ajaknya tiba-tiba sambil bangkit berdiri.
"Kemana?", tanyaku ikut berdiri.
"Kemana saja, dari pada bengong di sini", sahutnya.
Tanpa menunggu jawaban lagi, dia langsung mengayunkan kakinya dengan gerakan yang indah dan gemulai. Bergegas aku mengikuti dan mensejajarkan ayunan langkah kaki di samping sebelah kirinya. Beberapa saat tidak ada yang bicara. Namun tiba-tiba saja aku jadi tersentak kaget, karena tanpa diduga sama sekali, gadis itu menggandeng tanganku. Bahkan sikapnya begitu mesra sekali. Padahal baru beberapa detik bertemu. Dan akujuga belum kenal namanya.
Dadaku seketika jadi berdebar menggemuruh tidak menentu. Kulihat tangannya begitu halus dan lembut sekali. Dia bukan hanya menggandeng tanganku, tapi malah mengge1ayutinya. Bahkan sesekali merebahkan kepalanya dibahuku yang cukup tegap.
"Eh, nama kamu siapa..?", tanyanya, memulai pembicaraan lebih dulu.
"Angga", sahutku.
"Akh.., kayak nama perempuan", celetuknya. Aku hanya tersenyum saja sedikit.
"Kalau aku sih biasa dipanggil Ria", katanya langsung memperkenalkan diri sendiri. Padahal aku tidak memintanya.
"Nama kamu bagus", aku memuji hanya sekedar berbasa-basi saja.
"Eh, boleh nggak aku panggil kamu Mas Angga?, Soalnya kamu pasti lebih tua dariku",� katanya meminta.
Aku hanya tersenyum saja. Memang kalau tidak pakai seragam Sekolah, aku kelihatan jauh lebih dewasa. Padahal umurku saja baru tujuh belas lewat beberapa bulan. Dan aku memperkirakan kalau gadis ini pasti seorang mahasiswi, atau karyawati yang sedang mengisi hari libur dengan berolah raga pagi. Atau hanya sekedar berjalan-jalan sambil mencari kenalan baru.
"Eh, bubur ayam disana nikmat lho. Mau nggak..?", ujarnya menawarkan, sambil menunjuk gerobak tukang bubur ayam.
"Boleh", sahutku.
Kami langsung menikmati bubur ayam yang memang rasanya nikmat sekali. Apa lagi perutku memang lagi lapar. Sambil makan, Ria banyak bercerita. Sikapnya begitu riang sekali, membuatku jadi senang dan seperti sudah lama mengenalnya. Ria memang pandai membuat suasana jadi akrab.
Selesai makan bubur ayam, aku dan gadis itu kembali berjalan-jalan. Sementara matahari sudah naik cukup tinggi. Sudah tidak enak lagi berjalan di bawah siraman teriknya mentari. Aku bermaksud mau pulang. Tanpa diduga sama sekali, justru Ria yang mengajak pulang lebih dulu.
"Mobilku di parkir disana..", katanya sambil menunjuk deretan mobil-mobil yang cukup banyak terparkir.
"Kamu bawa mobil..?", tanyaku heran.
"Iya. Soalnya rumahku kan cukup jauh. Malas kalau naik kendaraan umum", katanya beralasan.
"Kamu sendiri..?"
Aku tidak menjawab dan hanya mengangkat bahu saja.
"Ikut aku yuk..", ajaknya langsung.
Belum juga aku menjawab, Ria sudah menarik tanganku dan menggandeng aku menuju ke mobilnya. Sebuah mobil starlet warna biru muda masih mulus, dan tampaknya masih cukup baru. Ria malah meminta aku yang mengemudi. Untungnya aku sering pinjam mobil Papa, jadi tidak canggung lagi membawa mobil. Ria langsung menyebutkan alamat rumahnya. Dan tanpa banyak tanya lagi, aku langsung mengantarkan gadis itu sampai ke rumahnya yang berada di lingkungan komplek perumahan elite. sebenarnya aku mau langsung pulang. Tapi Ria menahan dan memaksaku untuk singgah.
"Ayo..", Sambil menarik tanganku, Ria memaksa dan membawaku masuk ke dalam rumahnya. Bahkan dia langsung menarikku ke lantai atas. Aku jadi heran juga dengan sikapnya yang begitu berani membawa laki-laki yang baru dikenalnya ke dalam kamar.
"Tunggu sebentar ya..", kata Ria setelah membawaku ke dalam sebuah kamar.
Dan aku yakin kalau ini pasti kamar Ria. Sementara gadis itu meninggalkanku seorang diri, entah ke mana perginya. Tapi tidak lama dia sudah datang lagi. Dia tidak sendiri, tapi bersama dua orang gadis lain yang sebaya dengannya. Dan gadis-gadis itu juga memiliki wajah cantik serta tubuh yang ramping, padat dan berisi.
Aku jadi tertegun, karena mereka langsung saja menyeretku ke pembaringan. Bahkan salah seorang langsung mengikat tanganku hingga terbaring menelentang di ranjang. Kedua kakiku juga direntangkan dan diikat dengan tali kulit yang kuat. Aku benar-benar terkejut, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Karena kejadiannya begitu cepat dan tiba-tiba sekali, hingga aku tidak sempat lagi menyadari.
"Aku dulu.., Aku kan yang menemukan dan membawanya ke sini", kata Ria tiba-tiba sambil melepaskan baju kaosnya.
Kedua bola mataku jadi terbeliak lebar. Ria bukan hanya menanggalkan bajunya, tapi dia melucuti seluruh penutup tubuhnya. Sekujur tubuhku jadi menggigil, dadaku berdebar, dan kedua bola mataku jadi membelalak lebar saat Ria mulai melepaskan pakaian yang dikenakannya satu persatu sampai polos sama sekali.. Akhh tubuhnya luar biasa bagusnya.. baru kali ini aku melihat payudara seorang gadis secara dekat, payudaranya besar dan padat. Bentuk pinggulnya ramping dan membentuk bagai gitar yang siap dipetik, Bulu-bulu vaginanya tumbuh lebat di sekitar kemaluannya. Sesaat kemudian Ria menghampiriku, dan merenggut semua pakaian yang menutupi tubuhku, hingga aku henar-benar polos dalam keadaan tidak berdaya. Bukan hanya Ria yang mendekatiku, tapi kedua gadis lainnya juga ikut mendekati sambil menanggalkan penutup tubuhnya.
"Eh, apa-apaan ini? Apa mau kalian..?", aku membentak kaget.
Tapi tidak ada yang menjawab. Ria sudah menciumi wajah serta leherku dengan hembusan napasnya yang keras dan memburu. Aku menggelinjang dan berusaha meronta. Tapi dengan kedua tangan terikat dan kakiku juga terentang diikat, tidak mudah bagiku untuk melepaskan diri. Sementara itu bukan hanya Ria saja yang menciumi wajah dan sekujur tubuhku, tapi kedua gadis lainnya juga melakukan hal yang sama.
Sekujur tubuhku jadi menggeletar hebat Seperti tersengat listrik, ketika merasakan jari-jari tangan Ria yang lentik dan halus menyambar dan langsung meremas-remas bagian batang penisku. Seketika itu juga batang penisku tiba-tiba menggeliat-geliat dan mengeras secara sempurna, aku tidak mampu melawan rasa kenikmatan yang kurasakan akibat penisku di kocok-kocok dengan bergairah oleh Ria. Aku hanya bisa merasakan seluruh batangan penisku berdenyut-denyut nikmat.
Aku benar-benar kewalahan dikeroyok tiga orang gadis yang sudah seperti kerasukan setan. Gairahku memang terangsang seketika itu juga. Tapi aku juga ketakutan setengah mati. Berbagai macam perasaan berkecamuk menjadi satu. Aku ingin meronta dan mencoba melepaskan diri, tapi aku juga merasakan suatu kenikmatan yang biasanya hanya ada di dalam hayalan dan mimpi-mimpiku.
Aku benar-benar tidak berdaya ketika Ria duduk di atas perutku, dan menjepit pinggangku dengan sepasang pahanya yang padat. Sementara dua orang gadis lainnya yang kutahu bernama Rika dan Sari terus menerus menciumi wajah, leher dan sekujur tubuhku. Bahkan mereka melakukan sesuatu yang hampir saja membuatku tidak percaya, kalau tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri.
Saat itu juga aku langsung menyadari kalau gadis-gadis ini bukan hanya menderita penyakit hiperseks, tapi juga biseks. Mereka bisa melakukan dan mencapai kepuasan dengan lawan jenisnya, dan juga dengan sejenisnya. Bahkan mereka juga menggunakan alat-alat untuk mencapai kepuasan seksual. Aku jadi ngeri dan takut membayangkannya.
Sementara itu Ria semakin asyik menggerak-gerakkan tubuhnya di atas tubuhku. Meskipun ada rasa takut dalam diriku, tetapi aku benar-benar merasakan kenikmatan yang amat sangat, baru kali ini penisku merasakan kelembutan dan hangatnya lubang vagina seorang gadis, lembut, rapat dan sedikit basah, Riapun merasakan kenikmatan yang sama, bahkan sesekali aku mendengar dia merintih tertahan. Ria terus menggenjot tubuhnya dengan gerakan-gerakan yang luar biasa cepatnya membuatku benar-benar tidak kuasa lagi menerima kenikmatan bertubi-tubi aku berteriak tertahan. Ria yang mendengarkan teriakanku ini tiba-tiba mencabut vaginanya dan secara cepat tangannya meraih dan menggenggam batang penisku dan melakukan gerakan-gerakan mengocok yang cepat, hingga tidak lebih dari beberapa detik kemudian aku merasakan puncak kenikmatan yang luar biasa berbarengan dengan spermaku yang menyemprot dengan derasnya. Ria terus mengocok-ngocok penisku sampai spermaku habis dan tidak bisa menyemprot lagi tubuhku merasa ngilu dan mengejang.
Tetapi Ria rupanya tidak berhenti sampai disitu, kemudian dengan cepat dia dibantu dengan kedua temannya menyedot seluruh spermaku yang bertebaran sampai bersih dan memulai kembali menggenggam batang penisku erat-erat dengan genggaman tangannya sambil mulutnya juga tidak lepas mengulum kepala penisku. Perlakuannya ini membuat penisku yang biasanya setelah orgasme menjadi lemas kini menjadi dipaksa untuk tetap keras dan upaya Ria sekarang benar-benar berhasil. Penisku tetap dalam keadaan keras bahkan semakin sempurna dan Ria kembali memasukkan batangan penisku ke dalam vaginanya kembali dan dengan cepatnya Ria menggenjot kembali vaginanya yang sudah berisikan batangan penisku.
Aku merasakan agak lain pada permainan yang kedua ini. Penisku terasa lebih kokoh, stabil dan lebih mampu meredam kenikmatan yang kudapat. Tidak lebih dari sepuluh menit Ria memperkosaku, tiba-tiba dia menjerit dengan tertahan dan Ria tiba-tiba menghentikan genjotannya, matanya terpejam menahan sesuatu, aku bisa merasakan vagina Ria berdenyut-denyut dan menyedot-nyedot penisku, hingga akhirnya Ria melepaskan teriakannya saat ia merasakan puncak kenikmatannya. Aku merasakan vagina Ria tiba-tiba lebih merapat dan memanas, dan aku merasakan kepala penisku seperti tersiram cairan hangat yang keluar dari vagina Ria. Saat Ria mencabut vaginanya kulihat cairan hangat mengalir dengan lumayan banyak di batangan penisku..
Setelah Ria Baru saja mendapatkan orgasme, Ria menggelimpang di sebelah tubuhku. Setelah mencapai kepuasan yang diinginkannya, melihat itu Sari langsung menggantikan posisinya. Gadis ini tidak kalah liarnya. Bahkan jauh lebih buas lagi daripada Ria. Membuat batanganku menjadi sedikit sakit dan nyeri. Hanya dalam tidak sampai satu jam, aku digilir tiga orang gadis liar. Mereka bergelinjang kenikmatan dengan dalam keadaan tubuh polos di sekitarku, setelah masing-masing mencapai kepuasan yang diinginkannya.
Sementara aku hanya bisa merenung tanpa dapat berbuat apa-apa. Bagaimana mungkm aku bisa melakukan sesuatu dengan kedua tangan dan kaki terikat seperti ini..?
Aku hanya bisa berharap mereka cepat-cepat melepaskan aku sehingga aku bisa pulang dan melupakan semuanya. Tapi harapanku hanya tinggal angan-angan belaka. Mereka tidak melepaskanku, hanya menutupi tubuhku dengan selimut. Aku malah ditinggal seorang diri di dalam kamar ini, masih dalam keadaan telentang dengan tangan dan kaki terikat tali kulit. Aku sudah berusaha untuk melepaskan diri. Tapi justru membuat pergelangan tangan dan kakiku jadi sakit. Aku hanya bisa mengeluh dan berharap gadis-gadis itu akan melepaskanku.
Sungguh aku tidak menyangka sama sekali. Ternyata ketiga gadis itli tidak mau melepaskanku. Bahkan mereka mengurung dan menyekapku di dalam kamar ini. Setiap saat mereka datang dan memuaskan nafsu birahinya dengan cara memaksa. Bahkan mereka menggunakan obat-obatan untuk merangsang gairahku. Sehingga aku sering kali tidak menyadari apa yang telah kulakukan pada ketiga gadis itu. Dalam pengaruh obat perangsang, mereka melepaskan tangan dan kakiku. Tapi setelah mereka mencapai kepuasan, kembali mengikatku di ranjang ini. Sehingga aku tidak bisa meninggalkan ranjang dan kamar ini.
Dan secara bergantian mereka mengurus makanku. Mereka memandikanku juga di ranjang ini dengan menggunakan handuk basah, sehingga tubuhku tetap bersih. Meskipun mereka merawat dan memperhatikanku dengan baik, tapi dalam keadaan terbelenggu seperti ini siapa yang suka? Berulang kali aku meminta untuk dilepaskan. Tapi mereka tidak pernah menggubris permintaanku itu. Bahkan mereka mengancam akan membunuhku kalau berani berbuat macam-macam. Aku membayangkan kalau orang tua dan saudara-saudara serta semua temanku pasti kebingungan mencariku.
Karena sudah tiga hari aku tidak pulang akibat disekap gadis-gadis binal dan liar ini. Meskipun mereka selalu memberiku makanan yang lezat dan bergizi, tapi hanya dalam waktu tiga hari saja tubuhku sudah mulai kelihatan kurus. Dan aku sama sekali tidak punya tenaga lagi. Bahkan aku sudah pasrah. Setiap saat mereka selalu memaksaku menelan obat perangsang agar aku tetap bergairah dan bisa melayani nafsu birahinya. Aku benar-benar tersiksa. Bukan hanya fisik, tapi juga batinku benar-benar tersiksa. Dan aku sama sekali tidak berdaya untuk melepaskan diri dari cengkeraman gadis-gadis binal itu.
Tapi sungguh aneh. Setelah lima hari terkurung dan tersiksa di dalam kamar ini, aku tidak lagi melihat mereka datang. Bahkan sehari semalam mereka tidak kelihatan. Aku benar-benar ditinggal sendirian di dalam kamar ini dalam keadaan terikat dan tidak berdaya. Sementara perutku ini terus menerus menagih karena belum diisi makanan. Aku benar-benar tersiksa lahir dan batin.
Namun keesokan harinya, pintu kamar terbuka. Aku terkejut, karena yang datang bukan Ria, Santi atau Rika Tapi seorang lelaki tua, bertubuh kurus. Dia langsung menghampiriku dan membuka ikatan di tangan dan kaki. Saat itu aku sudah benar-benar lemah, sehingga tidak mampu lagi untuk bergerak. Dan orang tua ini memintaku untuk tetap berbaring. Bahkan dia memberikan satu stel pakaian, dan membantuku mengenakannya.
"Tunggu sebentar, Bapak mau ambilkan makanan", katanya sambil berlalu meninggalkan kamar ini.
Dan memang tidak lama kemudian dia sudah kembali lagi dengan membawa sepiring nasi dengan lauk pauknya yang mengundang selera. Selama dua hari tidak makan, membuat nafsu makanku jadi tinggi sekali. Sebentar saja sepiring nasi itu sudah habis berpindah ke dalam perut. Bahkan satu teko air juga kuhabiskan. Tubuhku mulai terasa segar. Dan tenagaku berangsur pulih.
"Bapak ini siapa?", tanyaku
"Saya pengurus rumah ini", sahutnya.
"Lalu, ketiga gadis itu..", tanyaku lagi.
"hh.., Mereka memang anak-anak nakal. Maafkan mereka, Nak..", katanya dengan nada sedih.
"Bapak kenal dengan mereka?", tanyaku.
"Bukannya kenal lagi. Saya yang mengurus mereka sejak kecil. Tapi saya tidak menyangka sama sekali kalau mereka akan jadi binal seperti itu. Tapi untunglah, orang tua mereka telah membawanya pergi dari sini. Mudah-mudahan saja kejadian seperti ini tidak terulang lagi", katanya menuturkan dengan mimik wajah yang sedih.
Aku juga tidak bisa bilang apa-apa lagi. Setelah merasa tenagaku kembali pulih, aku minta diri untuk pulang. Dan orang tua itu mengantarku sampai di depan pintu. Kebetulan sekali ada taksi yang lewat. Aku langsung mencegat dan meminta supir taksi mengantarku pulang ke rumahku. Di dalam perjalanan pulang, aku mencoba merenungi semua yang baru saja terjadi.
Aku benar-benar tidak mengerti, dan hampir tidak percaya. Seakan-akan semua yang terjadi hanya mimpi belaka. Memang aku selalu menganggap semua itu hanya mimpi buruk. Dan aku tidak berharap bisa terulang lagi. Bahkan aku berharap kejadian itu tidak sampai menimpa orang lain. Aku selalu berdoa semoga ketiga gadis itu menyadari kesalahannya dan mau bertobat. Karena yang mereka lakukan itu merupakan suatu kesalahan besar dan perbuatan hina yang seharusnya tidak perlu terjadi.
Diperkosa Tiga Orang Gadis
Sebenarnya aku tidak istimewa, wajahku juga tidak terlalu tampan, tinggi dan bentuk tubuhku juga biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa dalam diriku. Tapi entah kenapa aku banyak disukai wanita. Bahkan ada yang terang-terangan mengajakku berkencan. Tapi aku tidak pernah berpikir sampai ke sana. Aku belum mau pacaran. Waktu itu aku masih duduk di bangku kelas dua SMA. Padahal hampir semua teman-temanku yang laki, sudah punya pacar. Bahkan sudah ada yang beberapa kali ganti pacar. Tapi aku sama sekali belum punya keinginan untuk pacaran. Walau sebenarnya banyak juga gadis-gadis yang mau jadi pacarku.
Waktu itu hari Minggu pagi. Iseng-iseng aku berjalan-jalan memakai pakaian olah raga. Padahal aku paling malas berolah raga. Tapi entah kenapa, hari itu aku pakai baju olah raga, bahkan pakai sepatu juga. Dari rumahku aku sengaja berjalan kaki. Sesekali berlari kecil mengikuti orang-orang yang ternyata cukup banyak juga yang memanfaatkan minggu pagi untuk berolah raga atau hanya sekedar berjalan-jalan menghirup udara yang masih bersih.
Tidak terasa sudah cukup jauh juga meninggalkan rumah. Dan kakiku sudah mulai terasa pegal. Aku duduk beristirahat di bangku taman, memandangi orang-orang yang masih juga berolah raga dengan segala macam tingkahnya. Tidak sedikit anak-anak yang bermain dengan gembira.
Belum lama aku duduk beristirahat, datang seorang gadis yang langsung saja duduk di sebelahku. Hanya sedikit saja aku melirik, cukup cantik juga wajahnya. Dia mengenakan baju kaos yang ketat tanpa lengan, dengan potongan leher yang lebar dan rendah, sehingga memperlihatkan seluruh bahu serta sebagian punggung dan dadanya yang menonjol dalam ukuran cukup besar. Kulitnya putih dan bersih celana pendek yang dikenakan membuat pahanya yang putih dan padat jadi terbuka. Cukup leluasa untuk memandangnya. Aku langsung berpura-pura memandang jauh ke depan, ketika dia tiba-tiba saja berpaling dan menatapku.
"Lagi ada yang ditunggu?", tegurnya tiba-tiba.
Aku terkejut, tidak menyangka kalau gadis ini menegurku. Cepat-cepat aku menjawab dengan agak gelagapan juga. Karena tidak menduga kalau dia akan menyapaku.
"Tidak.., Eh, kamu sendiri..?", aku balik bertanya.
"Sama, aku juga sendirian", jawabnya singkat.
Aku berpaling dan menatap wajahnya yang segar dan agak kemerahan. Gadis ini bukan hanya memiliki wajah yang cukup cantik tapi juga punya bentuk tubuh yang bisa membuat mata lelaki tidak berkedip memandangnya. Apalagi pinggulnya yang bulat dan padat berisi. Bentuk kakinya juga indah. Entah kenapa aku jadi tertarik memperhatikannya. Padahal biasanya aku tidak pernah memperhatikan wanita sampai sejauh itu.
"Jalan-jalan yuk..", ajaknya tiba-tiba sambil bangkit berdiri.
"Kemana?", tanyaku ikut berdiri.
"Kemana saja, dari pada bengong di sini", sahutnya.
Tanpa menunggu jawaban lagi, dia langsung mengayunkan kakinya dengan gerakan yang indah dan gemulai. Bergegas aku mengikuti dan mensejajarkan ayunan langkah kaki di samping sebelah kirinya. Beberapa saat tidak ada yang bicara. Namun tiba-tiba saja aku jadi tersentak kaget, karena tanpa diduga sama sekali, gadis itu menggandeng tanganku. Bahkan sikapnya begitu mesra sekali. Padahal baru beberapa detik bertemu. Dan akujuga belum kenal namanya.
Dadaku seketika jadi berdebar menggemuruh tidak menentu. Kulihat tangannya begitu halus dan lembut sekali. Dia bukan hanya menggandeng tanganku, tapi malah mengge1ayutinya. Bahkan sesekali merebahkan kepalanya dibahuku yang cukup tegap.
"Eh, nama kamu siapa..?", tanyanya, memulai pembicaraan lebih dulu.
"Angga", sahutku.
"Akh.., kayak nama perempuan", celetuknya. Aku hanya tersenyum saja sedikit.
"Kalau aku sih biasa dipanggil Ria", katanya langsung memperkenalkan diri sendiri. Padahal aku tidak memintanya.
"Nama kamu bagus", aku memuji hanya sekedar berbasa-basi saja.
"Eh, boleh nggak aku panggil kamu Mas Angga?, Soalnya kamu pasti lebih tua dariku",� katanya meminta.
Aku hanya tersenyum saja. Memang kalau tidak pakai seragam Sekolah, aku kelihatan jauh lebih dewasa. Padahal umurku saja baru tujuh belas lewat beberapa bulan. Dan aku memperkirakan kalau gadis ini pasti seorang mahasiswi, atau karyawati yang sedang mengisi hari libur dengan berolah raga pagi. Atau hanya sekedar berjalan-jalan sambil mencari kenalan baru.
"Eh, bubur ayam disana nikmat lho. Mau nggak..?", ujarnya menawarkan, sambil menunjuk gerobak tukang bubur ayam.
"Boleh", sahutku.
Kami langsung menikmati bubur ayam yang memang rasanya nikmat sekali. Apa lagi perutku memang lagi lapar. Sambil makan, Ria banyak bercerita. Sikapnya begitu riang sekali, membuatku jadi senang dan seperti sudah lama mengenalnya. Ria memang pandai membuat suasana jadi akrab.
Selesai makan bubur ayam, aku dan gadis itu kembali berjalan-jalan. Sementara matahari sudah naik cukup tinggi. Sudah tidak enak lagi berjalan di bawah siraman teriknya mentari. Aku bermaksud mau pulang. Tanpa diduga sama sekali, justru Ria yang mengajak pulang lebih dulu.
"Mobilku di parkir disana..", katanya sambil menunjuk deretan mobil-mobil yang cukup banyak terparkir.
"Kamu bawa mobil..?", tanyaku heran.
"Iya. Soalnya rumahku kan cukup jauh. Malas kalau naik kendaraan umum", katanya beralasan.
"Kamu sendiri..?"
Aku tidak menjawab dan hanya mengangkat bahu saja.
"Ikut aku yuk..", ajaknya langsung.
Belum juga aku menjawab, Ria sudah menarik tanganku dan menggandeng aku menuju ke mobilnya. Sebuah mobil starlet warna biru muda masih mulus, dan tampaknya masih cukup baru. Ria malah meminta aku yang mengemudi. Untungnya aku sering pinjam mobil Papa, jadi tidak canggung lagi membawa mobil. Ria langsung menyebutkan alamat rumahnya. Dan tanpa banyak tanya lagi, aku langsung mengantarkan gadis itu sampai ke rumahnya yang berada di lingkungan komplek perumahan elite. sebenarnya aku mau langsung pulang. Tapi Ria menahan dan memaksaku untuk singgah.
"Ayo..", Sambil menarik tanganku, Ria memaksa dan membawaku masuk ke dalam rumahnya. Bahkan dia langsung menarikku ke lantai atas. Aku jadi heran juga dengan sikapnya yang begitu berani membawa laki-laki yang baru dikenalnya ke dalam kamar.
"Tunggu sebentar ya..", kata Ria setelah membawaku ke dalam sebuah kamar.
Dan aku yakin kalau ini pasti kamar Ria. Sementara gadis itu meninggalkanku seorang diri, entah ke mana perginya. Tapi tidak lama dia sudah datang lagi. Dia tidak sendiri, tapi bersama dua orang gadis lain yang sebaya dengannya. Dan gadis-gadis itu juga memiliki wajah cantik serta tubuh yang ramping, padat dan berisi.
Aku jadi tertegun, karena mereka langsung saja menyeretku ke pembaringan. Bahkan salah seorang langsung mengikat tanganku hingga terbaring menelentang di ranjang. Kedua kakiku juga direntangkan dan diikat dengan tali kulit yang kuat. Aku benar-benar terkejut, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Karena kejadiannya begitu cepat dan tiba-tiba sekali, hingga aku tidak sempat lagi menyadari.
"Aku dulu.., Aku kan yang menemukan dan membawanya ke sini", kata Ria tiba-tiba sambil melepaskan baju kaosnya.
Kedua bola mataku jadi terbeliak lebar. Ria bukan hanya menanggalkan bajunya, tapi dia melucuti seluruh penutup tubuhnya. Sekujur tubuhku jadi menggigil, dadaku berdebar, dan kedua bola mataku jadi membelalak lebar saat Ria mulai melepaskan pakaian yang dikenakannya satu persatu sampai polos sama sekali.. Akhh tubuhnya luar biasa bagusnya.. baru kali ini aku melihat payudara seorang gadis secara dekat, payudaranya besar dan padat. Bentuk pinggulnya ramping dan membentuk bagai gitar yang siap dipetik, Bulu-bulu vaginanya tumbuh lebat di sekitar kemaluannya. Sesaat kemudian Ria menghampiriku, dan merenggut semua pakaian yang menutupi tubuhku, hingga aku henar-benar polos dalam keadaan tidak berdaya. Bukan hanya Ria yang mendekatiku, tapi kedua gadis lainnya juga ikut mendekati sambil menanggalkan penutup tubuhnya.
"Eh, apa-apaan ini? Apa mau kalian..?", aku membentak kaget.
Tapi tidak ada yang menjawab. Ria sudah menciumi wajah serta leherku dengan hembusan napasnya yang keras dan memburu. Aku menggelinjang dan berusaha meronta. Tapi dengan kedua tangan terikat dan kakiku juga terentang diikat, tidak mudah bagiku untuk melepaskan diri. Sementara itu bukan hanya Ria saja yang menciumi wajah dan sekujur tubuhku, tapi kedua gadis lainnya juga melakukan hal yang sama.
Sekujur tubuhku jadi menggeletar hebat Seperti tersengat listrik, ketika merasakan jari-jari tangan Ria yang lentik dan halus menyambar dan langsung meremas-remas bagian batang penisku. Seketika itu juga batang penisku tiba-tiba menggeliat-geliat dan mengeras secara sempurna, aku tidak mampu melawan rasa kenikmatan yang kurasakan akibat penisku di kocok-kocok dengan bergairah oleh Ria. Aku hanya bisa merasakan seluruh batangan penisku berdenyut-denyut nikmat.
Aku benar-benar kewalahan dikeroyok tiga orang gadis yang sudah seperti kerasukan setan. Gairahku memang terangsang seketika itu juga. Tapi aku juga ketakutan setengah mati. Berbagai macam perasaan berkecamuk menjadi satu. Aku ingin meronta dan mencoba melepaskan diri, tapi aku juga merasakan suatu kenikmatan yang biasanya hanya ada di dalam hayalan dan mimpi-mimpiku.
Aku benar-benar tidak berdaya ketika Ria duduk di atas perutku, dan menjepit pinggangku dengan sepasang pahanya yang padat. Sementara dua orang gadis lainnya yang kutahu bernama Rika dan Sari terus menerus menciumi wajah, leher dan sekujur tubuhku. Bahkan mereka melakukan sesuatu yang hampir saja membuatku tidak percaya, kalau tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri.
Saat itu juga aku langsung menyadari kalau gadis-gadis ini bukan hanya menderita penyakit hiperseks, tapi juga biseks. Mereka bisa melakukan dan mencapai kepuasan dengan lawan jenisnya, dan juga dengan sejenisnya. Bahkan mereka juga menggunakan alat-alat untuk mencapai kepuasan seksual. Aku jadi ngeri dan takut membayangkannya.
Sementara itu Ria semakin asyik menggerak-gerakkan tubuhnya di atas tubuhku. Meskipun ada rasa takut dalam diriku, tetapi aku benar-benar merasakan kenikmatan yang amat sangat, baru kali ini penisku merasakan kelembutan dan hangatnya lubang vagina seorang gadis, lembut, rapat dan sedikit basah, Riapun merasakan kenikmatan yang sama, bahkan sesekali aku mendengar dia merintih tertahan. Ria terus menggenjot tubuhnya dengan gerakan-gerakan yang luar biasa cepatnya membuatku benar-benar tidak kuasa lagi menerima kenikmatan bertubi-tubi aku berteriak tertahan. Ria yang mendengarkan teriakanku ini tiba-tiba mencabut vaginanya dan secara cepat tangannya meraih dan menggenggam batang penisku dan melakukan gerakan-gerakan mengocok yang cepat, hingga tidak lebih dari beberapa detik kemudian aku merasakan puncak kenikmatan yang luar biasa berbarengan dengan spermaku yang menyemprot dengan derasnya. Ria terus mengocok-ngocok penisku sampai spermaku habis dan tidak bisa menyemprot lagi tubuhku merasa ngilu dan mengejang.
Tetapi Ria rupanya tidak berhenti sampai disitu, kemudian dengan cepat dia dibantu dengan kedua temannya menyedot seluruh spermaku yang bertebaran sampai bersih dan memulai kembali menggenggam batang penisku erat-erat dengan genggaman tangannya sambil mulutnya juga tidak lepas mengulum kepala penisku. Perlakuannya ini membuat penisku yang biasanya setelah orgasme menjadi lemas kini menjadi dipaksa untuk tetap keras dan upaya Ria sekarang benar-benar berhasil. Penisku tetap dalam keadaan keras bahkan semakin sempurna dan Ria kembali memasukkan batangan penisku ke dalam vaginanya kembali dan dengan cepatnya Ria menggenjot kembali vaginanya yang sudah berisikan batangan penisku.
Aku merasakan agak lain pada permainan yang kedua ini. Penisku terasa lebih kokoh, stabil dan lebih mampu meredam kenikmatan yang kudapat. Tidak lebih dari sepuluh menit Ria memperkosaku, tiba-tiba dia menjerit dengan tertahan dan Ria tiba-tiba menghentikan genjotannya, matanya terpejam menahan sesuatu, aku bisa merasakan vagina Ria berdenyut-denyut dan menyedot-nyedot penisku, hingga akhirnya Ria melepaskan teriakannya saat ia merasakan puncak kenikmatannya. Aku merasakan vagina Ria tiba-tiba lebih merapat dan memanas, dan aku merasakan kepala penisku seperti tersiram cairan hangat yang keluar dari vagina Ria. Saat Ria mencabut vaginanya kulihat cairan hangat mengalir dengan lumayan banyak di batangan penisku..
Setelah Ria Baru saja mendapatkan orgasme, Ria menggelimpang di sebelah tubuhku. Setelah mencapai kepuasan yang diinginkannya, melihat itu Sari langsung menggantikan posisinya. Gadis ini tidak kalah liarnya. Bahkan jauh lebih buas lagi daripada Ria. Membuat batanganku menjadi sedikit sakit dan nyeri. Hanya dalam tidak sampai satu jam, aku digilir tiga orang gadis liar. Mereka bergelinjang kenikmatan dengan dalam keadaan tubuh polos di sekitarku, setelah masing-masing mencapai kepuasan yang diinginkannya.
Sementara aku hanya bisa merenung tanpa dapat berbuat apa-apa. Bagaimana mungkm aku bisa melakukan sesuatu dengan kedua tangan dan kaki terikat seperti ini..?
Aku hanya bisa berharap mereka cepat-cepat melepaskan aku sehingga aku bisa pulang dan melupakan semuanya. Tapi harapanku hanya tinggal angan-angan belaka. Mereka tidak melepaskanku, hanya menutupi tubuhku dengan selimut. Aku malah ditinggal seorang diri di dalam kamar ini, masih dalam keadaan telentang dengan tangan dan kaki terikat tali kulit. Aku sudah berusaha untuk melepaskan diri. Tapi justru membuat pergelangan tangan dan kakiku jadi sakit. Aku hanya bisa mengeluh dan berharap gadis-gadis itu akan melepaskanku.
Sungguh aku tidak menyangka sama sekali. Ternyata ketiga gadis itli tidak mau melepaskanku. Bahkan mereka mengurung dan menyekapku di dalam kamar ini. Setiap saat mereka datang dan memuaskan nafsu birahinya dengan cara memaksa. Bahkan mereka menggunakan obat-obatan untuk merangsang gairahku. Sehingga aku sering kali tidak menyadari apa yang telah kulakukan pada ketiga gadis itu. Dalam pengaruh obat perangsang, mereka melepaskan tangan dan kakiku. Tapi setelah mereka mencapai kepuasan, kembali mengikatku di ranjang ini. Sehingga aku tidak bisa meninggalkan ranjang dan kamar ini.
Dan secara bergantian mereka mengurus makanku. Mereka memandikanku juga di ranjang ini dengan menggunakan handuk basah, sehingga tubuhku tetap bersih. Meskipun mereka merawat dan memperhatikanku dengan baik, tapi dalam keadaan terbelenggu seperti ini siapa yang suka? Berulang kali aku meminta untuk dilepaskan. Tapi mereka tidak pernah menggubris permintaanku itu. Bahkan mereka mengancam akan membunuhku kalau berani berbuat macam-macam. Aku membayangkan kalau orang tua dan saudara-saudara serta semua temanku pasti kebingungan mencariku.
Karena sudah tiga hari aku tidak pulang akibat disekap gadis-gadis binal dan liar ini. Meskipun mereka selalu memberiku makanan yang lezat dan bergizi, tapi hanya dalam waktu tiga hari saja tubuhku sudah mulai kelihatan kurus. Dan aku sama sekali tidak punya tenaga lagi. Bahkan aku sudah pasrah. Setiap saat mereka selalu memaksaku menelan obat perangsang agar aku tetap bergairah dan bisa melayani nafsu birahinya. Aku benar-benar tersiksa. Bukan hanya fisik, tapi juga batinku benar-benar tersiksa. Dan aku sama sekali tidak berdaya untuk melepaskan diri dari cengkeraman gadis-gadis binal itu.
Tapi sungguh aneh. Setelah lima hari terkurung dan tersiksa di dalam kamar ini, aku tidak lagi melihat mereka datang. Bahkan sehari semalam mereka tidak kelihatan. Aku benar-benar ditinggal sendirian di dalam kamar ini dalam keadaan terikat dan tidak berdaya. Sementara perutku ini terus menerus menagih karena belum diisi makanan. Aku benar-benar tersiksa lahir dan batin.
Namun keesokan harinya, pintu kamar terbuka. Aku terkejut, karena yang datang bukan Ria, Santi atau Rika Tapi seorang lelaki tua, bertubuh kurus. Dia langsung menghampiriku dan membuka ikatan di tangan dan kaki. Saat itu aku sudah benar-benar lemah, sehingga tidak mampu lagi untuk bergerak. Dan orang tua ini memintaku untuk tetap berbaring. Bahkan dia memberikan satu stel pakaian, dan membantuku mengenakannya.
"Tunggu sebentar, Bapak mau ambilkan makanan", katanya sambil berlalu meninggalkan kamar ini.
Dan memang tidak lama kemudian dia sudah kembali lagi dengan membawa sepiring nasi dengan lauk pauknya yang mengundang selera. Selama dua hari tidak makan, membuat nafsu makanku jadi tinggi sekali. Sebentar saja sepiring nasi itu sudah habis berpindah ke dalam perut. Bahkan satu teko air juga kuhabiskan. Tubuhku mulai terasa segar. Dan tenagaku berangsur pulih.
"Bapak ini siapa?", tanyaku
"Saya pengurus rumah ini", sahutnya.
"Lalu, ketiga gadis itu..", tanyaku lagi.
"hh.., Mereka memang anak-anak nakal. Maafkan mereka, Nak..", katanya dengan nada sedih.
"Bapak kenal dengan mereka?", tanyaku.
"Bukannya kenal lagi. Saya yang mengurus mereka sejak kecil. Tapi saya tidak menyangka sama sekali kalau mereka akan jadi binal seperti itu. Tapi untunglah, orang tua mereka telah membawanya pergi dari sini. Mudah-mudahan saja kejadian seperti ini tidak terulang lagi", katanya menuturkan dengan mimik wajah yang sedih.
Aku juga tidak bisa bilang apa-apa lagi. Setelah merasa tenagaku kembali pulih, aku minta diri untuk pulang. Dan orang tua itu mengantarku sampai di depan pintu. Kebetulan sekali ada taksi yang lewat. Aku langsung mencegat dan meminta supir taksi mengantarku pulang ke rumahku. Di dalam perjalanan pulang, aku mencoba merenungi semua yang baru saja terjadi.
Aku benar-benar tidak mengerti, dan hampir tidak percaya. Seakan-akan semua yang terjadi hanya mimpi belaka. Memang aku selalu menganggap semua itu hanya mimpi buruk. Dan aku tidak berharap bisa terulang lagi. Bahkan aku berharap kejadian itu tidak sampai menimpa orang lain. Aku selalu berdoa semoga ketiga gadis itu menyadari kesalahannya dan mau bertobat. Karena yang mereka lakukan itu merupakan suatu kesalahan besar dan perbuatan hina yang seharusnya tidak perlu terjadi.
Mission Impossible 4: Ghost Protocol (2011) BluRay 720p 900MB Ganool
Info: http://www.imdb.com/title/tt1229238/
Release Date: 16 December 2011 (Indonesia)
Genre: Action | Adventure | Thriller
Stars: Tom Cruise, Jeremy Renner and Paula Patton
Quality: BluRay 720p
Encoder: Agoes@Ganool
Source: 720p BluRay x264-SPARKS
Release Info: NFO
Subtitle: Indonesia, English
Sinopsis:
Total Size 900 MB (.mkv)
Password=ganool.com
Download From Tinypaste
Release Date: 16 December 2011 (Indonesia)
Genre: Action | Adventure | Thriller
Stars: Tom Cruise, Jeremy Renner and Paula Patton
Quality: BluRay 720p
Encoder: Agoes@Ganool
Source: 720p BluRay x264-SPARKS
Release Info: NFO
Subtitle: Indonesia, English
Sinopsis:
The IMF is shut down when it’s implicated in the bombing of the Kremlin, causing Ethan Hunt and his new team to go rogue to clear their organization’s name.
Watch Trailer
ScreenshotTotal Size 900 MB (.mkv)
Password=ganool.com
Download From Tinypaste
Related Posts:
cerita porno ML dengan Anak ABG SMA yang Nakal
kumpulan cerita dewasa hot, cerita dewasa seru, cerita ngentot, cerita ML, cerita sexs seks,dan cerita dewasa terbaru update terbaru dari www.alamatkonyol.blogspot.com
Anak ABG SMA yang Nakal
Namaku adalah Andi (bukan nama yang sebenarnya), dan aku kuliah di salah satu universitas swasta di Bandung. Aku berasal dari luar daerah dan aku tinggal di kost. Aku pun termasuk orang yang berada, serta sangat menjalankan keagamaan yang kuat. Apalagi untuk mencoba narkoba atau segala macam, tidak deh. Kejadian ini bermula pada waktu kira-kira 4 bulan yang lalu. Tepatnya hari itu hari Selasa kira-kira jam 14:12, aku sendiri bingung hari itu beda sekali, karena hari itu terlihat mendung tapi tidak hujan-hujan. Teman satu
kostan-ku mengatakan kepadaku bahwa nanti temanya anak SMU akan datang ke kost ini, kebetulan temanku itu anak sekolahan juga dan hanya dia yang anak SMU di kost tersebut.
Setelah lama menunggu akhirnya orang yang ditunggu datang juga, kemudian temanku langsung mengajaknya ke tempat kamarku yang berada di lantai atas. Akhirnya aku dikenali sama perempuan tersebut, sebut saja namanya Ria. Lama-lama kami ngobrol akhirnya baru aku sadari bahwahari menjelang sore. Kami bertiga bersama dengan temanku nonton TV yang ada di kamarku. Lama-lama kemudian temanku pamitan mau pergi ke tempat temannya, katanya sih ada tugas.
Akhirnya singkat cerita kami berdua di tinggal berdua dengan Ria. Aku memang tergolong cowok yang keren, Tinggi 175 cm, dengan berat badan 62 kg, rambut gelombang tampang yang benar-benar cute, kata teman-teman sih. Ria hanya menatapku tanpa berkedip, akhirnya dia memberanikan diri untuk menggelitikku dan aku tidak tahu darimana dia mengetahui kelemahanku yang sangatvital itu kontan saja aku langsung kaget dan balik membalas serangan Ria yang terus menerus menggelitikiku. Lama kami bercanda-canda dan sambil tertawa, dan kemudian diam sejenak seperti ada yang lewat kami saling berpandang, kemudian tanpa kusadari Ria mencium bibirku dan aku hanya diam kaget bercampur bingung.
Akhirnya dilepaskannya lagi ciumannya yang ada di bibirku,
aku pun heran kenapa sih nih anak? pikirku dalam hati. Ria
pun kembali tidur-tiduran di kasur dan sambil menatapku
dengan mata yang uih… entah aku tidak tahu mata itu
seolah-olah ingin menerkamku. Akhirnya dia melumat kembali
bibirku dan kali ini kubalas lumatan bibirnya dengan
hisapan-hisapan kecil di bibir bawah dan atasnya. Lama
kami berciuman dan terus tanpa kusadari pintu kamar belum
tertutup, Ria pun memintaku agar menutup pintu kamarku,
entah angin apa aku hanya nurut saja tanpa banyak protes
untuk membantah kata-katanya.
Setelah aku menutup pintu kamar kost-ku Ria langsung
memelukku dari belakang dan mencumbuku habis-habisan.
Kemudian kurebahkan Ria di kasur dan kami saling berciuman
mesra, aku memberanikan diri untuk menyentuh buah dadanya
Ria yang kira-kira berukuran berapa ya…? 34 kali, aku
tidak tahu jelas tapi sepertinya begitu deh, karena baru
kali ini aku menuruni BH cewek. Dia mengenakan tengtop dan
memakai sweater kecil berwarna hitam. Aku menurunkan
tengtop-nya tanpa membuka kutangnya. Kulihat buah dada
tersebut… uih sepertinya empuk benar, biasanya aku
paling-paling lihat di BF dan sekarang itu benar-benar
terjadi di depan mataku saat ini.
Tanpa pikir panjang, kusedot saja buah dada Ria yang kanan dan yang kirinya aku pelintir-pelintir seperti mencari gelombang radio. Ria hanya mendesah, “Aaahhh… aaahhh… uuhhh…”Aku tidak menghiraukan gelagat Ria yang sepertinya benar-benar sedang bernafsu tinggi. Kemudian aku pun kepingin membuka tali BH tengtop-nya. Kusuruh Ria untuk jongkok dan kemudian baru aku melihat ke belakang Ria, untuk mencari resliting kutangnya. Akhirnya ketemu juga dan gundukan payudara tersebut lebih mencuat lagi karena Ria yang baru duduk di bangku SMU kelas 2 dengan paras yang aduhai sehingga pergumulan ini bisa terjadi. Dengan rakusnya kembali kulumat dada Ria yang tampak kembali mengeras, perlahan-lahan ciumanku pun turun ke bawah ke perut Ria dan aku melihat celana hitam Ria yang belum terbuka dan dia hanya telanjang dada.
Aku memberanikan diri untuk menurunkan celana panjang Ria, dan Ria pun membantu dengan mengangkat kedua pinggulnya. Ria pun tertawa dan berkata, “Hayo tidak bisa dibuka, soalnya Ria mempunyai celana pendek yang berwarna hitam satu lagi…” ejek Ria sambil tersenyum girang.Aku pun dengan cueknya menurunkanya kembali celana tersebut, dan kali ini barulah kelihatan celana dalam yang berwarna cream dan dipinggir-pinggirnya seperti ada motif bunga-bunga, aku pun menurunkanya kembali celana dalam milik Ria dan tampaklah kali ini Ria dalam keadaanbugil tanpa mengenakan apapun. Barulah aku melihat pemandangan yang benar-benar terjadi karena selama ini aku hanya berani berilusi dan nonton tidak pernah berbuat yang sebenarnya.
Aku pandangi dengan seksama kemaluan Ria dengan seksama yang sudah ditumbuhi bebuluan yang kira-kira panjangnya hanya 2 cm tapi sedikit, ingin rasanya mencium dan mengetahui aroma kemaluan Ria. Aku pun mencoba mencium perut Ria dan pusarnya perlahan tapi pasti, ketika hampir mengenai sasaran kemaluannya Ria pun menghindari dan mengatakan, “Jangan dicium memeknya akh.. geliii…” Ria
mengatakan sambil menutup rapat kedua selangkangannya.Yah, mau bagaimana lagi, langsung saja kutindih Ria, kucium-cium sambil tangan kiriku memegang kemaluan Ria dan berusaha memasukkanya ke dalam selangkangan Ria. Eh, Ria berontak iiihhh… ge.. li..” ujar Ria. Tahu-tahu Ria mendorong badanku dan terbaliklah keadaan sekarang, aku yang tadinya berada di atas kini berubah dan berganti aku yang berada di bawah, kuat sekali dorongan perempuan yang berbobot kira-kira 45 kg dengan tinggi 160 cm ini, pikirku dalam hati. “Eh… buka dong bajunya! masak sih Ria doang yang bugil Andinya tidak…?” ujar Ria sambil mencopotkanbaju kaos yang kukenakan dan aku lagi-lagi hanya diam dan menuruti apa yang Ria inginkan.
Setelah membuka baju kaosku, tangan kanan Ria masuk ke dalam celana pendekku dan bibirnya sambil melumat bibirku. Gila pikirku dalam hati, nih cewek kayaknya sdah berpengalaman dan dia lebih berpengalaman dariku.
Perlahan-lahan Ria mulai menurunkan celana pendekku dan muncullah kemaluanku yang besarnya minta ampun (kira-kira 22 cm). Dan Ria berdecak kagum dengan kejantananku, tanpa basa-basi Ria memegangnya dan membimbingnya untuk masuk ke dalam liang senggama miliknya Ria, langsung saja kutepis dan tidak jadi barang tersebut masuk ke lubang kemaluan Ria. “Eh, jangan dong kalau buat yang satu ini, soalnya gue belum pernah ngelakuinnya…” ujarku polos. “Ngapain kita udah bugil gini kalau kita tidak ngapa-ngapain, mendingan tadi kita tidak usah buka pakaian segala,” ujar Ria dengan nada tinggi.
Akhirnya aku diam dan aku hanya menempelkan kemaluanku di
permukaan kemaluan Ria tanpa memasukkanya. “Begini aja
ya…?” ujarku dengan nada polos. Ria hanya mengangguk dan
begitu terasanya kemaluanku bergesek di bibir kemaluan Ria
tanpa dimasukkan ke dalam lubang vaginanya milik Ria, aku
hanya memegang kedua buah pantat Ria yang montok dan
secara sembunyi-sembunyiaku menyentuh bibir kemaluan Ria,
lama kami hanya bergesekan dan tanpa kusadari akhirnya
kemaluanku masuk di dalam kemaluan Ria dan Ria
terus-terusan menggoyang pantatnya naik-turun.Aku kaget
dan bercampur dengan ketakutan yang luar bisa, karena
keperawanan dalam hal ML yang aku jaga selama ini akhirnya
hilang gara-gara anak SMU. Padahal sebelum-sebelumnya
sudah ada yang mau menawari juga dan dia masih perawan
lebih cantik lagi aku tolak dan sekarang hanya dengan anak
SMU perjakaku hilang.
Lama aku berpikir dan sedangkan Ria hanya naik-turun
menggoyangkan pentatnya semenjak aku melamun tadi, mungkin
dia tersenyum puas melihat apa yang baru dia lakukan
terhadapku. Yach, kepalang tanggung sudah masuk, lagi nasi
sudah jadi bubur akhirnya kugenjot juga pantatku
naik-turun secara berlawanan dengan yang dilakukan Ria,
dan bunyilah suara yang memecahkan keheningan, “Cplok..
cplok… cplok…” Ria mendesah kenikmatan karena
kocokanku yang kuat dilubang vaginanya. Lama kami berada
di posisi tersebut, yaitu aku di bawah dan dia di
atas.akhirnya aku mencoba mendesak Ria agar dia mau
mengganti posisi, tapi dorongan tangannya yang kuat
membatalkan niatku, tapi masa sih aku kalah sama cewek,
pikirku. Kudorong ia dengan sekuat tenagaku dan akhirnya
kami berada di posisi duduk dan kemaluanku tetap berdiri
kokoh tanpa dilepas. Ria tanpa diperintah menggerakkan
sendiri pantatnya, dan memang enak yah gituan, pikirku
dalam hati. Tapi sayang tidak perawan.
Akhirnya kudorong lagi Ria agar dia tiduran telentang dan
aku ingin sekali melihat kemaluanku yang besar membelah
selangkangan kemaluan Ria, makanya aku sambil memegang
batang kemaluanku menempelkannya di lubang kemaluan Ria
dan “Bless…” amblaslah semuanya. Kutekan dengan semangat
“45″ tentunya karena nasi sudah hancur. Kepalang tanggung
biarlah kuterima dosa ini, pikirku. Dengan ganasnya dan
cepat kuhentakkan kemaluanku keras-keras di lubang
kemaluan Ria dan kembali bunyi itu menerawang di ruangan
tersebut karena ternyata lubang kemaluan Ria telah banjir
dengan air pelumasnya disana, aku tidak tahu pasti apakah
itu spermanya Ria, apakah hanya pelumasnya saja? dan Ria
berkata,
“Loe.. udah keluar ya…?” ujarnya.
“Sembarangan gue belom keluar dari tadi..?” ujarku dengan
nada ketus.
Karena kupikir dia mengejekku karena mentang-mentang aku
baru pertama kali beginian seenaknya saja dia menyangka
aku keluar duluan. Akhirnya lama aku mencumbui Ria dan aku
ingin segera mencapai puncaknya.
Dengan cepat kukeluarkan kemaluanku dari lubang
kemaluannya dan kukeluarkan spermaku yang ada diperutnya
Ria, karena aku takut kalau aku keluarkan di dalam
vaginanya aku pikir dia akan hamil,kan berabe. Aku baru
sekali gituan sama orang yang yang tidak perawan malah
disuruh tanggung jawab lagi. Gimana kuliahku! Ria
tersenyum dengan puas atas kemenangannya menggodaku untuk
berbuat tidak senonoh terhadapnya. Huu, dasar nasib, dan
semenjak saat itu aku sudah mulai menghilangkan kebiasaaan
burukku yaitu onani, dan aku tidak mau lagi mengulang
perbuatan tersebut karena sebenarnya aku hanya mau
menyerahkannya untuk istriku seorang. Aku baru berusia 21
tahun saat ini. Aku nantikan keritik dan saran dengan apa
yang terjadi denganku saat inidan itu membuatku shock
Download Film Gratis | Project X (2012)
Update film Terbaru versi alamatkonyol.blogspot.com yang berjudul
Project X (2012) | silahkan download gratis di link di bawah..
BluRay 720p 650MB EXTENDED
Genre: Comedy
Runtime: 01:28:00
Release Date: 2 March 2012 (USA)
Movie Producer:
Stars: Thomas Mann, Oliver Cooper and Jonathan Daniel Brown
Country: USA
iMDB Rating: 6.5
Download MoviesPassword
Subtitles
CERITA SELINGKUH : ISTRI BERDUAAN DI KAMAR DENGAN PRIA LAIN
Cinta lama bersemi kembali istilah kerennya CLBK begitulah yang saat ini dialami Ac, hingga ia nekad selingkuh dengan mantan pacarnya semasa duduk di bangku SMA dulu, sebut saja Ah, warga Pontianak Utara.Keduanya tertangkap basah dalam kamar oleh adik iparnya, Lilimoi, Kamis malam kira-kira jam sembilan. Saat itu suami Ac, Lie Sie Fa berumur 36 tahun warga Gang Selat Karimata, Siantan Tengah, tidak ada di rumah karena berangkat kerja.
"Waktu itu saya tidak ada di rumah karena udah berangkat kerja,” kata Lie Sie Fa. Ia sendiri baru mengetahui istrinya itu berduan dalam kamar bersama pria lain, setelah dihubungi oleh adiknya, Lilimoi. ”Saya tahunya dari adik saya,” akunya.Setelah menerima telepon dari adiknya, Lie bergegas pulang. Setiba di rumahnya, Lie terkejut karena di rumahnya sudah banyak orang dan ditambah lagi ada ribut-ribut. Di rumahnya, Lilimoi menceritakan apa yang terjadi sewaktu dirinya bekerja. "Saat itu adik saya melihat istri saya berduan di kamar bersama Ah" tutur Lie.
Saat itu juga di kediaman Lie terjadi keributan. Keluarga Lie yang kesal dengan perbuatan yang dilakukan Ac, sempat melayangkan pukulan ke Ac karena merasa dipermalukan atas perbuatannya. Akibat pukulan itu Ac mengalami luka memar dibagian lengan kanan, paha dan perutnya. Melihat ada keributan, salah satu warga menghubungi pihak kepolisian.Tak lama berselang polisi datang dan langsung membawa mereka ke Polsekta Pontianak Utara. "Saya belum sempat ngapa-ngapain di kamar,” bela Ac. Teman saya itu hanya mau membantu saja,” lanjutnya. Dikatakan Ac, ia dan Ah, merupakan teman baik bahkan dulu sewaktu duduk di bangku sekolah, sempat pacaran namun kandas setelah Ac menikah dengan Lie.
CERITA TANTE
Kali ini alamatkonyol.blogspot.com akan memostingkan cerita "Dua tante-tante yang bernama Rina dan Siska lagi ngerumpi berdua" langsung saja simak cerita tersebut.
Kota Surabaya makin sunyi, ketika langkah – langkah kecil Riana membelah percikan air hujan yang makin deras jatuh ke bumi. Wajahnya yang basah tak tau lagi basah karena hujan atau air matanya, kepedihan ini makin membenamkan Riana hingga puncak kepedihan tertinggi. Akhirnya Riana duduk terkulai di bawah pokok yang rindang, Riana menggigil kedinginan air yang jatuh dari daun di tampung dengan tangannya yang mulai pucat. Entah berapa banyak tetesan air itu tertampung dan meleleh melewati jari – jari tangannya yang lentik, hingga air tak lagi menetes dan Riana tertegun, dan menengadah keatas memastikan apa yang terjadi.
Riana tersentak menatap sosok yang berdiri memayunginya, pemuda tampan dengan tatapan penuh iba. Riana berdiri dan berusaha lari dari pemuda yang tidak di kenalnya, tapi tangan itu lebih dulu mencekal lengan Riana hingga langkah Riana terhenti.
“Lepasin aku, kamu siapa ?”. kata Riana ketakutan.
“Tante, disini saja masih ujan .. aku David…”. Jawab pemuda yang ternyata bernama David.
“Jangan panggil aku Tante …”. Kata Riana ketus.
“Ok … aku panggil Kakak .. boleh ?”. Tanya David sambil melepaskan cekalan tangannya karena Riana terlihat kesakitan.
“Boleh .. kamu siapa, mau apa ?”. Tanya Riana mulai tenang karena David terlihat baik.
“Aku David kak, dari tadi aku liat kakak jalan tanpa tujuan, mau aku antar pulang?, ini sudah larut kak nggak baik perempuan jalan sendirian hujan lagi..”. Kata David memperhatikan wajah Riana yang mulai pucat.
“Aku nginap di hotel …”. Jawab Riana, dan membiarkan David mengantarkannya ke hotel tempat Riana menginap selama beberapa hari hingga pekerjaannya selesai.
Malam itu Riana tertidur kelelahan juga kedinginan ditambah dengan perasaan yang tak menentu, mimpi pun menemani tidurnya yang tak nyenyak, mimpi yang sama sekali tak indah, mimpi yang melenyapkan senyum dibibirnya, mimpi yang menghadirkan kernyit di keningnya. Riana tertidur dengan segumpal asa yang tak pernah sampai pada singgasananya.
***
Pagi yang cerah, Riana kembali berjalan menyusuri kota Surabaya, Riana masih ingin mencari jejak sosok manis yang selama ini menjadi impiannya, Adit si bronis yang telah menerbangkan angannya ke langit yang tinggi, dan sekaligus menenggelamkannya ke jurang kepedihan yang dalam. Riana masih berharap Adit datang dan mengatakan kalo yang kemaren itu adalah bohong. Ketika Riana menendang sebuah kaleng bekas minuman , kaleng itu mengenai kaki seseorang ,,
“Adow .. sakit tau “. Teriak seseorang kepada Riana.
“Maaf …… kamu ?”. Mata Riana menatap sosok pemuda tampan yang semalam mengantarnya kembali ke hotel.
“Nggak apa – apa kak, tadi sih sakit sekarang udah nggak kok “. Jawab pemuda yang tak lain adalah David sambil tersenyum.
“Kenapa kamu ada lagi disini, sepertinya kamu ngikutin aku terus ?”. Tanya Riana curiga.
“Eh jangan geer kak, ini daerah kekuasaan ku, tuh aku tinggal di dalam sana, jadi ini daerah ku, kakak yang orang baru di sini”. Jawab David sambil menunjuk gang kecil .
“O gitu ,, baik aku cuma numpang lewat, permisi “. Kata Riana sambil bergegas meninggalkan David.
“Silahkan .. tapi ngomong – ngomong kakak ke sini mau cari apa ya?”. David mengikuti langkah kaki Riana dan mulai melancarkan partanyaan awal.
“Cari Adit …”. Jawab Riana tanpa sadar .
“O .. Adit ,, dia dah punya pacar kak, ma aku aja mau gak? aku masih zendiri kak,,”. Kata David tersenyum menggoda.
“Mangnya kamu kenal ma Adit, kenal juga enggak kalee ?. Kata Riana lagi
“Kenal dong, temen ku itu kak, dia yang suruh aku ngikutin kakak semalam ……”. David keceplosan omong dan langsung membekap mulutnya sendiri.
“Temennya,,,, kenapa tidak bilang dari tadi, ayo kamu temenin aku jalan – jalan “. Kata Riana dengan senyuman yang mulai mengambang di bibirnya.
“Kenapa kakak suka ma Adit? zuami kakak mana? .. “. Tanya David bertubi – tubi.
“Adit ganteng kaya skuteng, zuami ku dah ilang ..”. Jawab Riana seenaknya.
“Kalo ilang di cari to kak, aku juga ganteng kan kak…?”. Tanya David lagi hingga Riana ketawa ngakak.
“Kamu lucu juga ya,, pantes jadi badut …”. Jawab Riana asal.
“Terzerah kakak, yang penting kakak tertawa gak nangis kayak semalam..” Kata David lagi dengan wajah lucu.
Pertemuan Riana dengan David mampu mengobati luka hati Riana, keluguan dan kelucuan David sedikit demi sedikit menghapus bayangan Adit dari pikiran Riana. Beberapa hari selanjutnya Riana selalu di temani oleh David, walaupun David lucu tapi memiliki pemikiran yang lebih dewasa. Seperti pagi itu ketika mereka menikmati pagi di taman kota.
“Dek, menurut kamu aku harus gimana ya ..”. Tanya Riana dengan wajah yang murung.
“Kakak cantik, bibir kakak sexy, ku pazrah ma kakak mau di apain juga boleh,, terzerah kakak..”. Jawab David yang betul – betul gak nyambung, tapi jawaban itu membuat wajah murung Riana kembali berseri karena tawa yang lepas landas .
“Aku bukan tanya itu dek, aku tanya harus bagaimana lagi melanjutkan hidup ku ini..”. Kata Riana menegaskan pertanyaannya, tapi wajahnya sudah tidak murung lagi.
“Kakak cari zuami baru, tapi jangan Adit dia cuma mau ngabisin uang kakak … aku boleh daftar gak kak ..?”. Jawab David lugu tapi tawa Riana lepas lagi.
“Ya udah, kamu benar aku harus cari suami lagi, bukan Adit bukan juga kamu ..”. Kata Riana tersenyum
“Terzerah kakak, yang penting kakak bahagia ..”. kata David lagi dengan mimik yang kecewa.
“Dek, kamu jangan kayak gitu, sini aku sun kening kamu, ini ciuman sayangku buat kamu, siang ini aku kembali ke jakarta..”. Kata riana sambil mendaratkan ciumannya di kening David.
“Ya kak, sini aku cium bibir kakak yang sexy …….. ………. “. David mencoba merangkul Riana, tapi riana udah keburu kabur menjauh dari jangkauan David yang lucu. David pun tersenyum menatap bayangan Riana yang sudah menemukan keceriaannya kembali.
David merelakan dirinya menjadi tempat curahan hati sang Tante yang sudah terluka hatinya oleh sahabatnya Adit. David sebenarnya sudah ingatkan Adit untuk tidak bermain – main dengan wanita yang sudah dewasa, tapi namanya juga Adit si pengembara cinta semua mau di embat. Sebenarnya David juga sudah jatuh cinta pada sang Tante, yang tidak mau di panggil Tante alasannya cuma Adit yang boleh gunain panggilan itu, tapi ya sudahlah ” ketika mimpi mu “..… ( jadi nyanyi deh …).
***
Akhirnya Riana kembali ke Jakarta, kembali pada dudanya Heru. Langkah ini di ambil setelah melewati pergulatan seru antara Riana dan hatinya, kegelisahan hati mendatangkan perdebatan panjang, perdebatan yang melelahkan,
“Nggak pantas kamu larut dalam kesedihan seperti ini, hanya karna anak kecil itu kamu biarkan air mata kamu mengalir deras, tangisan yang sia – sia. Masih banyak tempat untuk kamu, bukan disini menangisi masa lalu … lihat wajah kamu kusam, diri kamu berantakan, tubuh kamu kurus, coba ingat kapan terakhir kamu makan dengan lahap …”. Suara entah dari mana asalnya menggema memenuhi gendang telinga Riana.
“Menurut kamu aku harus bagaimana ?..”. Tanya Riana sendu dan mulai merasakan lapar di perutnya.
“Banyak pilihan untuk kamu, pilihan terbaik kembali pada Heru, kamu aman bersamanya, kamu cantik, kamu cerdas, kamu mandiri, gunakan semua itu, dan yang harus kamu lakukan kembali pada yang Memiliki kamu, kepada yang telah Menganugerahkan semua kebaikan kepada kamu, kamu telah melupakan- Nya. Lihat hatimu kotor di penuhi sampah duniawi, hingga aku tak mampu menembus tebalnya kotoran itu, hingga aku hanya bisa menatap mu dari tempat ku yang kian terjepit …”. Suara itu semakin kuat membahana.
“Iya ……….. “. Bisik Riana lirih, dan air mata mulai berjatuhan.
“Tugas ku selesai, kamu sudah lihat jalan mana yang seharusnya kamu tempuh, jangan biarkan hati kamu kalah oleh dunia ini, dunia ini sangat tidak pantas untuk kamu cintai …”. Suara itu kian memudar.
“Kalau aku butuh kamu, kemana aku harus mencari mu …”. Riana mulai tersentak dan merasakan kehilangan.
“Aku selalu ada di pojok hati mu … aku selalu ada .. aku salalu ada …”. Dan suara itu benar – benar lenyap.
Entah kenapa, tiba – tiba saja semangat Riana kembali tumbuh, Riana merasakan rindu yang memuncak pada yang Memiliki hidup, Riana merasakan getir karena telah melupakan-Nya, Riana ingin kembali, kembali dalam kedamaian. Perlahan Riana menemukan arah yang seharusnya ia ambil dari kemaren – kemaren.
***
Jakarta menyapa kehadiran Riana dengan ramahnya, di tambah dengan tugas yang Riana lakukan sangat memuaskan, hingga Heru tak segan memberikan pujian pada bekas istrinya ini. Riana tak mau buang – buang waktu, ia langsung ke salon , menikmati makanan yang enak, Riana mengelilingi kota Jakarta menghirup udara kebebasan yang telah lama tak di lakukannya.
Kecantikan Riana kembali seperti semula, di tambah dengan bathin yang tak lagi resah. Hari – hari Riana kembali di sibukkan dengan aktifitas rutin seperti yang dulu ia lakukan sewaktu masih menjadi istri Heru, Riana mengambil alih tugas – tugas dari kantor Heru. Riana kembali menjadi tangan kanan nya Heru.
Semakin hari Heru makin tersentak dengan keberadaan Riana, hati Heru mulai merasakan getar yang aneh setiap kali menatap mata Riana yang semakin di tatap semakin indah. Heru mulai mengingat kenangannya bersama riana, kenangan yang sudah lama tersimpan jauh di lubuk hati.
“Sayank , ntar kalo kita nikah kamu mau masakin aku apa ..?”. Itu pertanyaan Heru dulu sewaktu masih pacaran dengan Riana.
“Ku gak bisa masak, .. “. Jawab Riana pelan.
“Ya udah, ntar masaknya rebusan aja semua..”. Kata Heru sekedar menyenangkan hati Riana.
Dan pernikahan sederhana itu pun terlaksana, pernikahan yang penuh do’a dan harapan. Sepuluh tahun pernikahan yang di penuhi oleh pergulatan ekonomi, tiap hari Riana harus bekerja pagi hingga malam, tak jauh beda dengan Heru yang terus menekuni pekerjaan yang ia cintai. Karena kesibukan itu hingga mereka berdua tidak mempersoalkan tidak hadirnya buah hati di tengah keluarga. Hingga tahun ke tujuh pernikahan itu, ekonomi mulai membaik, tapi kesibukan bukannya mereda tetapi malah semakin padat hingga pertemuan mereka berdua pun bisa dihitung dengan hitungan jam. Hingga perselisihan itu mulai ketika datang orang ketiga, Fanny merebut hati Heru dengan kelembutannya, dan Heru mulai mencari alasan untuk bisa menikah dengan Fanny. Dengan kejamnya Heru mengatakan kalau ia ingin memiliki anak, Riana memberi ijin untuk menikah dengan Fanny tapi sebelumnya ceraikan dulu dirinya, karena bagaimanapun ia tetap perempuan yang tidak bisa berbagi cinta dengan wanita lain.
Perceraian itu pun tidak bisa di elakkan lagi, Riana menangis karena dirinya telah merasakan bahwa Heru akan mendampinginya hingga akhir hayat. Ternyata takdir berkehendak lain, Riana bisa saja menerima Fanny sebagai madunya , tapi Riana terlanjur sakit dengan kata -kata yang di lontarkan Heru padanya. Heru mengatakan Riana mandul, hingga kesabaran Riana pun habis.
Namun sekarang, pesona Riana kembali menghipnotis Heru, apalagi Fanny tak kunjung hamil, dan bisanya hanya berdiam di rumah tanpa aktifitas yang bisa membantu Heru. Heru sudah pernah mengajak Riana rujuk, tapi sampai saat ini Riana masih bungkam belum memberikan jawaban pasti, hingga malam itu Heru bisa mengajak Riana makan malam berdua, itu juga dengan sedikit trik bo’ong.
“Lho, kita kok malah kesini kak ?”. tanya Riana heran karena Heru membelokkan mobil yang di kendarainya masuk ke parkiran sebuah Resto yang unik.
“Iya, temani aku makan dulu, aku lapar dari tadi siang belum makan..”. Tuh kan keliatan banget bo’ongnya.
“Baik, tapi kasian Fanny lo, sendiri di rumah, kamu malah makan ma aku ..”. Kata Riana mengingatkan Heru pada istrinya.
“Udah, aku dah sering ajak Fanny makan di luar, kamu yang belum pernah ku ajak..”. Jawab Heru membuat Riana terdiam.
Kecanggungan antara mereka berdua terasa sekali, hingga diam pun meraja hingga makanan tersaji di depan mereka. Makanan kesukaan Riana sengaja di pesan oleh Heru.
“Kamu masih suka kan sama Gurame bakar ini ?”. Tanya Heru sambil meletakkan potongan yang besar di piring Riana.
“Masih lah,….. “. Jawab Riana tanpa basa – basi dan langsung menyantap daging ikan bakar yang gurih itu.
“Kalau aku, kamu masih suka tidak …?”. Tanya Heru pelan sambil memperhatikan Riana yang makan dengan lahapnya, pertanyaan Heru membuat Riana terbatuk, dan harus menenggak segelas teh manis.
“Maksud kamu apa …?”. Tanya Riana setelah batuknya reda.
“Maksud ku, kamu tinggal di rumahku, tapi kamu masih berstatus janda , apa itu tidak mengganggu kamu ?”. Tanya Heru lagi.
“Ini jakarta kak, bukan kampung, lagian aku tidur di kamar tamu di bawah, atau kamu merasa keberatan dengan keberadaan ku, baik besok aku cari kontrakan “. Kata Riana mulai merasa tidak nyaman.
“Bukan begitu Riana, aku masih cinta sama kamu, aku mau kita kembali menjadi pasangan suami istri seperti dulu…”. Kata Heru berusaha meraih tangan Riana.
Riana diam tak bergeming, matanya perlahan mulai buram, air mata mulai jatuh perlahan menetes di pipinya yang indah.
“Kamu mengapa menangis?, kalau kamu tidak mau tidak apa – apa, aku tidak akan memaksa …”. Kata Heru gelisah melihat air mata Riana yang jatuh tak terbendung.
Riana sibuk dengan air matanya yang kian deras, hingga Riana tak mampu berkata – kata. Heru diam menunggu Riana tenang, makan malam yang tadinya di harapkan manis dan romantis, eh malah jadi kacau begini, Heru menyesal kenapa tidak bisa menunggu hingga mereka makan dulu sampai kenyang.
“Sudah nangis nya … sekarang kamu mau lanjut makan atau langsung pulang, kata – kata ku tadi tidak usah di pikirkan “. Kata Heru menenangkan Riana.
“Aku belum kenyang ..”. Jawab Riana sambil mulai menyantap hidangan yang ada di depannya.
“Baik , kita makan lagi ..” . Kata Heru tersenyum melihat Riana mulai makan lagi dengan lahap.
“Masalah yang tadi kak, sebenarnya aku dah nunggu lama, bahkan terlalu lama ..”. Kata Riana cuek.
“Kalau gitu, kenapa nangis ..?”. Tanya Heru semangat.
“Habis nya, aku terharu, aku sedih, bahagia, kamu bisa liat aku lagi, walaupun sudah ada Fanny di samping kamu.” . Jawab Riana tenang.
“Ya udah, aku akan urus semuanya, kamu tinggal tau beres, masalah Fanny terserah kamu, kalau kamu minta aku untuk menceraikan Fanny, aku akan lakukan itu”. Kata Heru lagi.
“Jangan, biarkan Fanny tetap di posisinya sekarang, aku akan coba untuk ikhlas berbagi dengan dia, aku sudah rasakan bagaimana tidak enaknya menjadi janda, aku tidak mau Fanny merasakan hal yang sama, cukup aku “. Jawab Riana membuat Heru tertegun.
Akhirnya makan malam itu menjadi titik balik kehidupan mereka berdua, cinta kembali hadir bersemi di hati, lagu merdu mengalun perlahan di balik relung hati terdalam, menghangatkan malam yang semakin sunyi. Kemesraan yang pernah hilang, kini kembali datang menyapa, di antara tangisan dan air mata Riana yang jatuh bangun mengejar cinta, ternyata cinta itu dekat teramat dekat, namun Riana tak menyadarinya.
Hidup ini akan indah pada waktunya, begitulah jika kita mampu sedikit bersabar menunggu waktu ketika bahagia itu menyapa. Dan Riana kembali menemukan bahagia yang selama ini ia cari.
Rina: 'Sis, guwe bingung neh. Kadang guwe lagi gak nafsu tapi suami guwe gatel dan horny mulu, jadi kepaksa guwe ladenin terus dianya'.
Siska : 'Oh kalo guwe sih Hampir gak punya masalah kayak gitu Rin.'
Rina : 'Wah emangnya apa yang elu lakukan kalo suami elu lagi horny gitu?'
Siska : 'Biasanya si kalo guwe lagi males terus dia udah mulai grèpè2, guwe tahan napas kenceng2, terus guwe kenthut. Entar dia pasti bete trus elu aman deh.'
Malamnya Rina udah mau tidur. Dan lampu udah dimatiin. Suaminya baru keluar kamar mandi langsung mulai grépè2 pantatnya dan Rina langsung memperagakan jurus baru yang diajarkan Siska.
Ketika Rina udah kentut, suaminya berkata, 'Loh Siska, Elu kok disini?'
TANTE SEBELAH
Pada suatu malam, Onyod dan Odah, sepasang suami-istri sedang melakukan ritual "malam jumat suci" mereka. Saking hot-nya melakukan kewajiban mulia tersebut, mereka lupa mengunci pintu kamar.
Saat sedang asyik-asyiknya Odah "fly" dan sedang "on" dalam posisi di atas perut Onyod, dibumbui dan disertai irama desahan-desahan birahi cinta membara mereka, tiba-tiba Ntong anak laki-laki mereka yang berumur 8 tahun menerobos masuk kamar, dan sempet ngeliat adegan mesra Odah menindih perut Onyod.
Nggak tau karena terkejut atau ketakutan dimarahin Bapak dan Emaknya karena udah ngeliat adegan terlarang buat bocah, Ntong pun cepet-cepet lari keluar kamar dan ngumpet di kolong meja makan.
Odah sang Emak, ngerasa bersalah juga sama Ntong, karena lupa nutup pintu waktu dia dan Onyod ngelakuin hajat malam jumatan, dan langsung berlari ke tempat Ntong ngumpet: "Jangan takut, Ntong. Emak tadi sedang usaha bikin perut Babe lu agak kempesan dikit. Pan Ntong tau, gimana perut Babe lu, buncitnya kebangeten kan...?" Kata Odah berusaha membujuk agar Ntong nggak takut, dan nggak punya pikiran macem-macem, maklum masih bocah kelas 3 SD.
Ntong rada lega, Emaknya nggak marah karena udah nerobos masuk kamar Emak dan Babenya kaga pake permisi.
Trus Ntong nanggepin omongan Emaknya: "Menurut Ntong sih percuma deh, Mak. Perut Babe kagak akan pernah kempes-kempes, karena ampir setiap pagi pas Emak ke pasar, sebelum Babe ngantor, Ntong sering liat Tante Ikoh, tante yang tinggalnya persis di sebelah rumah kita, suka tiduran di bawah perut Babe sambil mulutnya niup-niup gitu, Mak.!"TANTE RIANA
Kota Surabaya makin sunyi, ketika langkah – langkah kecil Riana membelah percikan air hujan yang makin deras jatuh ke bumi. Wajahnya yang basah tak tau lagi basah karena hujan atau air matanya, kepedihan ini makin membenamkan Riana hingga puncak kepedihan tertinggi. Akhirnya Riana duduk terkulai di bawah pokok yang rindang, Riana menggigil kedinginan air yang jatuh dari daun di tampung dengan tangannya yang mulai pucat. Entah berapa banyak tetesan air itu tertampung dan meleleh melewati jari – jari tangannya yang lentik, hingga air tak lagi menetes dan Riana tertegun, dan menengadah keatas memastikan apa yang terjadi.
Riana tersentak menatap sosok yang berdiri memayunginya, pemuda tampan dengan tatapan penuh iba. Riana berdiri dan berusaha lari dari pemuda yang tidak di kenalnya, tapi tangan itu lebih dulu mencekal lengan Riana hingga langkah Riana terhenti.
“Lepasin aku, kamu siapa ?”. kata Riana ketakutan.
“Tante, disini saja masih ujan .. aku David…”. Jawab pemuda yang ternyata bernama David.
“Jangan panggil aku Tante …”. Kata Riana ketus.
“Ok … aku panggil Kakak .. boleh ?”. Tanya David sambil melepaskan cekalan tangannya karena Riana terlihat kesakitan.
“Boleh .. kamu siapa, mau apa ?”. Tanya Riana mulai tenang karena David terlihat baik.
“Aku David kak, dari tadi aku liat kakak jalan tanpa tujuan, mau aku antar pulang?, ini sudah larut kak nggak baik perempuan jalan sendirian hujan lagi..”. Kata David memperhatikan wajah Riana yang mulai pucat.
“Aku nginap di hotel …”. Jawab Riana, dan membiarkan David mengantarkannya ke hotel tempat Riana menginap selama beberapa hari hingga pekerjaannya selesai.
Malam itu Riana tertidur kelelahan juga kedinginan ditambah dengan perasaan yang tak menentu, mimpi pun menemani tidurnya yang tak nyenyak, mimpi yang sama sekali tak indah, mimpi yang melenyapkan senyum dibibirnya, mimpi yang menghadirkan kernyit di keningnya. Riana tertidur dengan segumpal asa yang tak pernah sampai pada singgasananya.
***
Pagi yang cerah, Riana kembali berjalan menyusuri kota Surabaya, Riana masih ingin mencari jejak sosok manis yang selama ini menjadi impiannya, Adit si bronis yang telah menerbangkan angannya ke langit yang tinggi, dan sekaligus menenggelamkannya ke jurang kepedihan yang dalam. Riana masih berharap Adit datang dan mengatakan kalo yang kemaren itu adalah bohong. Ketika Riana menendang sebuah kaleng bekas minuman , kaleng itu mengenai kaki seseorang ,,
“Adow .. sakit tau “. Teriak seseorang kepada Riana.
“Maaf …… kamu ?”. Mata Riana menatap sosok pemuda tampan yang semalam mengantarnya kembali ke hotel.
“Nggak apa – apa kak, tadi sih sakit sekarang udah nggak kok “. Jawab pemuda yang tak lain adalah David sambil tersenyum.
“Kenapa kamu ada lagi disini, sepertinya kamu ngikutin aku terus ?”. Tanya Riana curiga.
“Eh jangan geer kak, ini daerah kekuasaan ku, tuh aku tinggal di dalam sana, jadi ini daerah ku, kakak yang orang baru di sini”. Jawab David sambil menunjuk gang kecil .
“O gitu ,, baik aku cuma numpang lewat, permisi “. Kata Riana sambil bergegas meninggalkan David.
“Silahkan .. tapi ngomong – ngomong kakak ke sini mau cari apa ya?”. David mengikuti langkah kaki Riana dan mulai melancarkan partanyaan awal.
“Cari Adit …”. Jawab Riana tanpa sadar .
“O .. Adit ,, dia dah punya pacar kak, ma aku aja mau gak? aku masih zendiri kak,,”. Kata David tersenyum menggoda.
“Mangnya kamu kenal ma Adit, kenal juga enggak kalee ?. Kata Riana lagi
“Kenal dong, temen ku itu kak, dia yang suruh aku ngikutin kakak semalam ……”. David keceplosan omong dan langsung membekap mulutnya sendiri.
“Temennya,,,, kenapa tidak bilang dari tadi, ayo kamu temenin aku jalan – jalan “. Kata Riana dengan senyuman yang mulai mengambang di bibirnya.
“Kenapa kakak suka ma Adit? zuami kakak mana? .. “. Tanya David bertubi – tubi.
“Adit ganteng kaya skuteng, zuami ku dah ilang ..”. Jawab Riana seenaknya.
“Kalo ilang di cari to kak, aku juga ganteng kan kak…?”. Tanya David lagi hingga Riana ketawa ngakak.
“Kamu lucu juga ya,, pantes jadi badut …”. Jawab Riana asal.
“Terzerah kakak, yang penting kakak tertawa gak nangis kayak semalam..” Kata David lagi dengan wajah lucu.
Pertemuan Riana dengan David mampu mengobati luka hati Riana, keluguan dan kelucuan David sedikit demi sedikit menghapus bayangan Adit dari pikiran Riana. Beberapa hari selanjutnya Riana selalu di temani oleh David, walaupun David lucu tapi memiliki pemikiran yang lebih dewasa. Seperti pagi itu ketika mereka menikmati pagi di taman kota.
“Dek, menurut kamu aku harus gimana ya ..”. Tanya Riana dengan wajah yang murung.
“Kakak cantik, bibir kakak sexy, ku pazrah ma kakak mau di apain juga boleh,, terzerah kakak..”. Jawab David yang betul – betul gak nyambung, tapi jawaban itu membuat wajah murung Riana kembali berseri karena tawa yang lepas landas .
“Aku bukan tanya itu dek, aku tanya harus bagaimana lagi melanjutkan hidup ku ini..”. Kata Riana menegaskan pertanyaannya, tapi wajahnya sudah tidak murung lagi.
“Kakak cari zuami baru, tapi jangan Adit dia cuma mau ngabisin uang kakak … aku boleh daftar gak kak ..?”. Jawab David lugu tapi tawa Riana lepas lagi.
“Ya udah, kamu benar aku harus cari suami lagi, bukan Adit bukan juga kamu ..”. Kata Riana tersenyum
“Terzerah kakak, yang penting kakak bahagia ..”. kata David lagi dengan mimik yang kecewa.
“Dek, kamu jangan kayak gitu, sini aku sun kening kamu, ini ciuman sayangku buat kamu, siang ini aku kembali ke jakarta..”. Kata riana sambil mendaratkan ciumannya di kening David.
“Ya kak, sini aku cium bibir kakak yang sexy …….. ………. “. David mencoba merangkul Riana, tapi riana udah keburu kabur menjauh dari jangkauan David yang lucu. David pun tersenyum menatap bayangan Riana yang sudah menemukan keceriaannya kembali.
David merelakan dirinya menjadi tempat curahan hati sang Tante yang sudah terluka hatinya oleh sahabatnya Adit. David sebenarnya sudah ingatkan Adit untuk tidak bermain – main dengan wanita yang sudah dewasa, tapi namanya juga Adit si pengembara cinta semua mau di embat. Sebenarnya David juga sudah jatuh cinta pada sang Tante, yang tidak mau di panggil Tante alasannya cuma Adit yang boleh gunain panggilan itu, tapi ya sudahlah ” ketika mimpi mu “..… ( jadi nyanyi deh …).
***
Akhirnya Riana kembali ke Jakarta, kembali pada dudanya Heru. Langkah ini di ambil setelah melewati pergulatan seru antara Riana dan hatinya, kegelisahan hati mendatangkan perdebatan panjang, perdebatan yang melelahkan,
“Nggak pantas kamu larut dalam kesedihan seperti ini, hanya karna anak kecil itu kamu biarkan air mata kamu mengalir deras, tangisan yang sia – sia. Masih banyak tempat untuk kamu, bukan disini menangisi masa lalu … lihat wajah kamu kusam, diri kamu berantakan, tubuh kamu kurus, coba ingat kapan terakhir kamu makan dengan lahap …”. Suara entah dari mana asalnya menggema memenuhi gendang telinga Riana.
“Menurut kamu aku harus bagaimana ?..”. Tanya Riana sendu dan mulai merasakan lapar di perutnya.
“Banyak pilihan untuk kamu, pilihan terbaik kembali pada Heru, kamu aman bersamanya, kamu cantik, kamu cerdas, kamu mandiri, gunakan semua itu, dan yang harus kamu lakukan kembali pada yang Memiliki kamu, kepada yang telah Menganugerahkan semua kebaikan kepada kamu, kamu telah melupakan- Nya. Lihat hatimu kotor di penuhi sampah duniawi, hingga aku tak mampu menembus tebalnya kotoran itu, hingga aku hanya bisa menatap mu dari tempat ku yang kian terjepit …”. Suara itu semakin kuat membahana.
“Iya ……….. “. Bisik Riana lirih, dan air mata mulai berjatuhan.
“Tugas ku selesai, kamu sudah lihat jalan mana yang seharusnya kamu tempuh, jangan biarkan hati kamu kalah oleh dunia ini, dunia ini sangat tidak pantas untuk kamu cintai …”. Suara itu kian memudar.
“Kalau aku butuh kamu, kemana aku harus mencari mu …”. Riana mulai tersentak dan merasakan kehilangan.
“Aku selalu ada di pojok hati mu … aku selalu ada .. aku salalu ada …”. Dan suara itu benar – benar lenyap.
Entah kenapa, tiba – tiba saja semangat Riana kembali tumbuh, Riana merasakan rindu yang memuncak pada yang Memiliki hidup, Riana merasakan getir karena telah melupakan-Nya, Riana ingin kembali, kembali dalam kedamaian. Perlahan Riana menemukan arah yang seharusnya ia ambil dari kemaren – kemaren.
***
Jakarta menyapa kehadiran Riana dengan ramahnya, di tambah dengan tugas yang Riana lakukan sangat memuaskan, hingga Heru tak segan memberikan pujian pada bekas istrinya ini. Riana tak mau buang – buang waktu, ia langsung ke salon , menikmati makanan yang enak, Riana mengelilingi kota Jakarta menghirup udara kebebasan yang telah lama tak di lakukannya.
Kecantikan Riana kembali seperti semula, di tambah dengan bathin yang tak lagi resah. Hari – hari Riana kembali di sibukkan dengan aktifitas rutin seperti yang dulu ia lakukan sewaktu masih menjadi istri Heru, Riana mengambil alih tugas – tugas dari kantor Heru. Riana kembali menjadi tangan kanan nya Heru.
Semakin hari Heru makin tersentak dengan keberadaan Riana, hati Heru mulai merasakan getar yang aneh setiap kali menatap mata Riana yang semakin di tatap semakin indah. Heru mulai mengingat kenangannya bersama riana, kenangan yang sudah lama tersimpan jauh di lubuk hati.
“Sayank , ntar kalo kita nikah kamu mau masakin aku apa ..?”. Itu pertanyaan Heru dulu sewaktu masih pacaran dengan Riana.
“Ku gak bisa masak, .. “. Jawab Riana pelan.
“Ya udah, ntar masaknya rebusan aja semua..”. Kata Heru sekedar menyenangkan hati Riana.
Dan pernikahan sederhana itu pun terlaksana, pernikahan yang penuh do’a dan harapan. Sepuluh tahun pernikahan yang di penuhi oleh pergulatan ekonomi, tiap hari Riana harus bekerja pagi hingga malam, tak jauh beda dengan Heru yang terus menekuni pekerjaan yang ia cintai. Karena kesibukan itu hingga mereka berdua tidak mempersoalkan tidak hadirnya buah hati di tengah keluarga. Hingga tahun ke tujuh pernikahan itu, ekonomi mulai membaik, tapi kesibukan bukannya mereda tetapi malah semakin padat hingga pertemuan mereka berdua pun bisa dihitung dengan hitungan jam. Hingga perselisihan itu mulai ketika datang orang ketiga, Fanny merebut hati Heru dengan kelembutannya, dan Heru mulai mencari alasan untuk bisa menikah dengan Fanny. Dengan kejamnya Heru mengatakan kalau ia ingin memiliki anak, Riana memberi ijin untuk menikah dengan Fanny tapi sebelumnya ceraikan dulu dirinya, karena bagaimanapun ia tetap perempuan yang tidak bisa berbagi cinta dengan wanita lain.
Perceraian itu pun tidak bisa di elakkan lagi, Riana menangis karena dirinya telah merasakan bahwa Heru akan mendampinginya hingga akhir hayat. Ternyata takdir berkehendak lain, Riana bisa saja menerima Fanny sebagai madunya , tapi Riana terlanjur sakit dengan kata -kata yang di lontarkan Heru padanya. Heru mengatakan Riana mandul, hingga kesabaran Riana pun habis.
Namun sekarang, pesona Riana kembali menghipnotis Heru, apalagi Fanny tak kunjung hamil, dan bisanya hanya berdiam di rumah tanpa aktifitas yang bisa membantu Heru. Heru sudah pernah mengajak Riana rujuk, tapi sampai saat ini Riana masih bungkam belum memberikan jawaban pasti, hingga malam itu Heru bisa mengajak Riana makan malam berdua, itu juga dengan sedikit trik bo’ong.
“Lho, kita kok malah kesini kak ?”. tanya Riana heran karena Heru membelokkan mobil yang di kendarainya masuk ke parkiran sebuah Resto yang unik.
“Iya, temani aku makan dulu, aku lapar dari tadi siang belum makan..”. Tuh kan keliatan banget bo’ongnya.
“Baik, tapi kasian Fanny lo, sendiri di rumah, kamu malah makan ma aku ..”. Kata Riana mengingatkan Heru pada istrinya.
“Udah, aku dah sering ajak Fanny makan di luar, kamu yang belum pernah ku ajak..”. Jawab Heru membuat Riana terdiam.
Kecanggungan antara mereka berdua terasa sekali, hingga diam pun meraja hingga makanan tersaji di depan mereka. Makanan kesukaan Riana sengaja di pesan oleh Heru.
“Kamu masih suka kan sama Gurame bakar ini ?”. Tanya Heru sambil meletakkan potongan yang besar di piring Riana.
“Masih lah,….. “. Jawab Riana tanpa basa – basi dan langsung menyantap daging ikan bakar yang gurih itu.
“Kalau aku, kamu masih suka tidak …?”. Tanya Heru pelan sambil memperhatikan Riana yang makan dengan lahapnya, pertanyaan Heru membuat Riana terbatuk, dan harus menenggak segelas teh manis.
“Maksud kamu apa …?”. Tanya Riana setelah batuknya reda.
“Maksud ku, kamu tinggal di rumahku, tapi kamu masih berstatus janda , apa itu tidak mengganggu kamu ?”. Tanya Heru lagi.
“Ini jakarta kak, bukan kampung, lagian aku tidur di kamar tamu di bawah, atau kamu merasa keberatan dengan keberadaan ku, baik besok aku cari kontrakan “. Kata Riana mulai merasa tidak nyaman.
“Bukan begitu Riana, aku masih cinta sama kamu, aku mau kita kembali menjadi pasangan suami istri seperti dulu…”. Kata Heru berusaha meraih tangan Riana.
Riana diam tak bergeming, matanya perlahan mulai buram, air mata mulai jatuh perlahan menetes di pipinya yang indah.
“Kamu mengapa menangis?, kalau kamu tidak mau tidak apa – apa, aku tidak akan memaksa …”. Kata Heru gelisah melihat air mata Riana yang jatuh tak terbendung.
Riana sibuk dengan air matanya yang kian deras, hingga Riana tak mampu berkata – kata. Heru diam menunggu Riana tenang, makan malam yang tadinya di harapkan manis dan romantis, eh malah jadi kacau begini, Heru menyesal kenapa tidak bisa menunggu hingga mereka makan dulu sampai kenyang.
“Sudah nangis nya … sekarang kamu mau lanjut makan atau langsung pulang, kata – kata ku tadi tidak usah di pikirkan “. Kata Heru menenangkan Riana.
“Aku belum kenyang ..”. Jawab Riana sambil mulai menyantap hidangan yang ada di depannya.
“Baik , kita makan lagi ..” . Kata Heru tersenyum melihat Riana mulai makan lagi dengan lahap.
“Masalah yang tadi kak, sebenarnya aku dah nunggu lama, bahkan terlalu lama ..”. Kata Riana cuek.
“Kalau gitu, kenapa nangis ..?”. Tanya Heru semangat.
“Habis nya, aku terharu, aku sedih, bahagia, kamu bisa liat aku lagi, walaupun sudah ada Fanny di samping kamu.” . Jawab Riana tenang.
“Ya udah, aku akan urus semuanya, kamu tinggal tau beres, masalah Fanny terserah kamu, kalau kamu minta aku untuk menceraikan Fanny, aku akan lakukan itu”. Kata Heru lagi.
“Jangan, biarkan Fanny tetap di posisinya sekarang, aku akan coba untuk ikhlas berbagi dengan dia, aku sudah rasakan bagaimana tidak enaknya menjadi janda, aku tidak mau Fanny merasakan hal yang sama, cukup aku “. Jawab Riana membuat Heru tertegun.
Akhirnya makan malam itu menjadi titik balik kehidupan mereka berdua, cinta kembali hadir bersemi di hati, lagu merdu mengalun perlahan di balik relung hati terdalam, menghangatkan malam yang semakin sunyi. Kemesraan yang pernah hilang, kini kembali datang menyapa, di antara tangisan dan air mata Riana yang jatuh bangun mengejar cinta, ternyata cinta itu dekat teramat dekat, namun Riana tak menyadarinya.
Hidup ini akan indah pada waktunya, begitulah jika kita mampu sedikit bersabar menunggu waktu ketika bahagia itu menyapa. Dan Riana kembali menemukan bahagia yang selama ini ia cari.
Langganan:
Postingan (Atom)